Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Seenak Apa pun Rasanya, Saya Nggak Akan Pernah Makan Jengkol!

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
19 Desember 2020
A A
Seenak Apa pun Rasanya, Saya Nggak Akan Pernah Makan Jengkol! Terminal Mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Jengkol sudah menjadi makanan favorit sebagian orang sejak lama. Cara mengolahnya pun terbilang sederhana dan beragam. Kita bisa makan jengkol yang dijadikan semur, jengkol balado atau dicocol menggunakan sambal. Bagi sebagian orang, jengkol adalah salah satu jenis makanan dengan rasa yang sangat nikmat.

Deskripsi mengenai bagaimana cita rasa jengkol, tak jarang disampaikan secara ekspresif dan sangat persuasif oleh para penggemarnya. Tujuannya apa lagi kalau bukan mengajak orang lain ikut makan jengkol. Dan saya, jadi salah satu orang yang terkena bujuk rayu dari rekan yang mengaku sudah menjadi penggemar berat jengkol sejak kecil. Kira-kira sudah 20 tahun ia menjadi FBJ alias Fans Berat Jengkol.

Sejak pertama kali mencoba, rasanya jengkol kurang cocok dengan lidah saya. Rasa dan after taste-nya meninggalkan sensasi pahit di lidah. Dua kali saya mencicipi jengkol, jengkol semur dan jengkol balado, after taste-nya sama saja. Variasi olahan hanya sebagai pelengkap.

Beberapa rekan saya yang menjadikan jengkol sebagai salah satu makanan favorit, sering kali salah paham dengan ketidaksukaan saya terhadap jengkol. Banyak yang bilang saya belagu, seleranya tinggi, nggak suka makanan murah, dan masih banyak lagi kata-kata ngece yang, jujur saja, nggak tepat sasaran.

Pertama, nggak suka dengan rasa jengkol nggak ada hubungannya dengan belagu atau nggaknya seseorang. Kedua, makanan itu soal selera masing-masing individu. Bukan soal rendah atau tingginya selera. Ketiga, apa? Jengkol harganya murah? Please deh. Harga rata-rata satu kilogram jengkol di pasaran itu sekitar Rp 20 ribu. Bahkan jengkol dengan kualitas super, jika harganya sedang melambung tinggi, bisa mencapai Rp 60 ribu sampai Rp 125 ribu. Harga tersebut dua kali lipat dari harga satu ekor ayam! Sebagai suatu komoditas, pada suatu titik, harga jengkol betul-betul menggiurkan bagi para penjualnya dan para penggemar jengkol tetap membelinya. Jadi, apanya yang murah, Bosku?

Selain after taste di lidah, yang bikin saya nggak suka jengkol adalah after eat setelah dicerna oleh perut. Apa yang dikeluarkan, baik berupa air kencing, kentut, maupun pup, sama-sama menghasilkan bau nggak enak dan berpotensi membuat orang lain nggak nyaman dengan aromanya.

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, saya sarankan jika setelah makan jengkol dan ingin kencing, baiknya siram sampai bersih. Kalau perlu berulang kali. Pastikan aroma yang nggak sedap itu betul-betul hilang agar orang lain nggak nelangsa karenanya. Akan jauh lebih baik jika jengkol dikonsumsi saat sedang di rumah. Jadi, toilet yang digunakan adalah milik pribadi dan bisa meminimalisir ketidaknyamanan orang lain.

Pasalnya, sudah beberapa kali di mal atau fasilitas umum lainnya, saat masuk toilet, aroma nggak sedap khas jengkol kadang nggak sengaja terhirup oleh banyak pengunjung dan baunya mengendap di dalam toilet. Kejadian ini juga sering kali merepotkan penjaga toilet. Bukan satu atau dua kali saya mendengar para penjaga toilet misuh dan ngedumel sendiri, “Duh, ada orang habis makan jengkol nyiramnya nggak bersih, nih. Bikin nggak nyaman.”

Baca Juga:

10 Makanan yang Sering Bikin Salah Paham karena Namanya

Cara Kotor Warung Makan Menarik Pembeli: Punya Banyak Menu, tapi Sering Kosong

Soal bau mulut mungkin masih bisa ditangani dengan cara minum yang banyak, gosok gigi, kumur-kumur atau makan permen. Mudah lah menanganinya. Makanya, sepersuasif apa pun orang lain dalam mempromosikan jengkol, rasanya saya tetap nggak selera dan kurang tertarik untuk mencobanya kembali.

Meski banyak orang bilang bahwa bau nggak sedap dari jengkol bisa hilang dengan cara memasak yang baik dan benar, juga penambahan bumbu atau rempah-rempah secukupnya, tetap nggak mengubah sikap saya untuk nggak ingin mencobanya kembali. Sebab, pengalaman masa lalu dan kejadian yang terkadang masih saya alami hingga saat ini, terkait aroma nggak sedap setelah makan jengkol, masih terbayang-bayang.

Walaupun sebagian orang berpendapat jengkol yang enak itu rasanya mirip kentang atau daging ayam yang sangat lembut. Hal itu nggak akan mengubah sikap saya. Saya nggak akan mencoba atau makan jengkol lagi. Bukan karena saya belagu atau memiliki selera tinggi, namun lebih kepada saya nggak selera saja gitu. Dan selera tiap orang kan berbeda-beda. Termasuk soal makanan apa yang dikonsumsi.

Sumber Gambar: kompas.com

BACA JUGA Permasalahan Memiliki Nama Seto: Dari Candaan Si Komo, Sampai Dikira Kak Seto Mulyadi dan artikel Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 18 Desember 2020 oleh

Tags: jengkolMakanan
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

zat kimia dalam makanan terminal mojok

Memahami Ketakutan Orang terhadap Zat Kimia dalam Makanan

19 Januari 2021
2 Makanan yang Mudah Ditemukan di Kota Lain tapi Sangat Sulit Ditemukan di Magelang

2 Makanan yang Mudah Ditemukan di Kota Lain tapi Sangat Sulit Ditemukan di Magelang

25 Oktober 2024
Cara Kotor Warung Makan Menarik Pembeli: Punya Banyak Menu, tapi Sering Kosong Mojok.co

Cara Kotor Warung Makan Menarik Pembeli: Punya Banyak Menu, tapi Sering Kosong

27 Desember 2024
jagung titi mojok

Jagung Titi, Contoh Nyata Bagaimana Masyarakat Lamaholot Menciptakan Ketahanan Pangan

16 Juli 2020
Wonogiri dan Gunungkidul, Saudara Kembar Beda Nasib

10 Makanan Legendaris Kota Wonogiri selain Mi Ayam

22 November 2022
5 Rekomendasi Menu Warteg Populer buat Vegetarian Terminal Mojok

3 Makanan Red Flag dan Sebaiknya Dihindari di Warteg karena Nggak Dijaga Kebersihannya

3 Juli 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.