Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Unfollow Instagram, Blokir WA, dan Sejenisnya Tidak Menandakan Kedewasaan Seseorang

Betris Candra oleh Betris Candra
10 Desember 2020
A A
Saya Punya Alasan untuk Tidak Perhitungan Follow IG Orang terminal mojok.co

Saya Punya Alasan untuk Tidak Perhitungan Follow IG Orang terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Ngomongin medsos cakupannya memang sangat luas. Mulai dari perang komentar, isu-isu viral, dan dinamika di dalamnya yang super dinamis sering kali bikin kita heran setiap saat.Tapi, yang aku ingin tekankan adalah soal fitur blokir WA, unfollow Instagram, bahkan mute yang biasanya ada di media sosial. Fitur ini sering dituduh sebagai fitur yang “jahat”, padahal menurutku fitur tersebut sah saja digunakan asal dengan tujuan yang jelas.

Mungkin tidak perlu dijelaskan lagi apa kegunaan dari fitur unfollow, blokir, dan mute. Sederhananya, blokir diperuntukkan agar kita dapat membatasi orang lain untuk tidak dapat menghubungi kita, unfollow Instagram (dan medsos lain) bertujuan agar aktivitas orang lain tidak lagi muncul di beranda kita, dan mute (story) digunakan agar kita tidak melihat lagi unggahan keseharian orang tersebut, biasanya karena unggahan cenderung bersifat spamming atau terkesan mengganggu.

Fitur story bukanlah hal baru di platform Instagram. Fitur ini memungkinkan kita untuk mengunggah keseharian kita secara sementara karena story akan hilang dalam waktu 24 jam. Sering kali, kita merasa bahwa kehidupan seluruh manusia di sana terlihat “sempurna” dan tidak seperti kita. Mulai dari update keseharian di restoran mewah, foto-foto liburan, OOTD baju yang fashionable dan modis, pencapaian dan prestasi yang telah dilalui, sampai cerita ke-uwu-an bersama pacar. Kehidupan orang lain di media sosial, entah mengapa terlihat sangat bahagia.

Pernah lihat stories Instagram yang sampai titik-titik alias panjang banget kayak jalan Anyer-Panarukan? Ya, itulah yang kusebut sebagai salah satu story yang bersifat spamming. Kalau kontennya memang kita suka nggak masalah, tapi kalau nggak suka? Tentu akan sedikit mengganggu. Atau cerita orang lain yang dapat menimbulkan gejolak iri hati dan dengki karena mereka selalu memamerkan kebahagiaan. Di situlah mute story bekerja. Fitur ini sangat berguna bagi kita yang tidak ingin lagi mengetahui kabar dari orang lain (tapi tidak enak untuk unfollow).

Aku sendiri pernah melakukan unfollow Instagram teman ketika aku sudah tidak menyukai atau tidak sepaham lagi dengan orang yang aku ikuti. Makanya, aku sering bingung dengan orang yang suka berkomentar buruk di kolom komentar ketika tidak menyukai seseorang atau mulai tidak sepaham dengan orang tersebut. Biar di-notice kali ya? Hehehe. Nggak tahu juga. Kita tentu berhak menyaring apa saja yang menjadi konsumsi pribadi kita. Dan ketika kita tidak lagi cocok atau tidak lagi menyukai konten yang diberikan seseorang, daripada melakukan hate speech di kolom komentar, solusi tercepat ya melakukan unfollow. Beres.

Kemudian soal blokir WA dan Instagram, sebenarnya fitur ini juga sama dan sah-sah saja dilakukan. Tidak ada larangan, bebas. Di Instagram misalnya, ketika kita upload konten dan ada seseorang yang menuliskan komentar negatif, tentu saja kita berhak memblokir orang tersebut.

Bakal buang energi banget kalau kita menanggapi cuitan tersebut. Dia ngetiknya pakai jari, kamu bacanya pakai hati. Sedangkan melakukan blokir WA terhadap kontak orang lain yang kita anggap “mengganggu” juga wajar saja. Fitur blokir WA ini membuat orang lain tidak bisa lagi melihat profil kita dan tidak memiliki akses untuk melakukan kontak dengan kita. Sayangnya, banyak orang yang menganggap bahwa jika kita menggunakan fitur blokir WA, unfollow, maupun mute story menandakan berarti kita tidak dewasa karena tidak kuat mental alias mental tempe.

“Lebay banget sampai block kontak, bersikap biasa aja lah.”
“Sakit hati sewajarnya dong, nggak usah sampe block kontak juga.”
“Memang Instagram bukan tempat untuk orang-orang insekyur”

Baca Juga:

4 Jasa yang Tidak Saya Sangka Dijual di Medsos X, dari Titip Menfess sampai Jasa Spam Tagih Utang

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya

Begitulah kurang lebih kata beberapa teman yang tidak terima ketika kita memanfaatkan fitur yang sudah disediakan pengembang media sosial. Padahal, menurutku sendiri, ketiga fitur tersebut sama sekali tidak berkorelasi dengan kedewasaan atau perkara mental seseorang yang lemah karena menyaksikan silaunya kehidupan orang lain.

Kedewasaan diukur dengan bagaimana kita bertindak atas sesuatu dan ukuran tidak kuatnya mental seseorang tidak dapat disamaratakan. Menggunakan fitur blokir WA, unfollow Instagram, maupun mute story di media sosial menurutku lebih merujuk pada keinginan kita untuk mencapai ketenangan jiwa. Kita tentu bebas menyaring mana saja hal baik untuk kita dan mana yang buruk untuk kita. Sebab, kita tidak bisa mengatur orang lain, namun kita bisa memegang kontrol atas diri sendiri.

Kalau sudah begini, coba pikirkan lagi siapa yang tidak dewasa. Orang yang menggunakan fiturnya atau yang baper karena temannya pakai fitur tersebut?

BACA JUGA Saya Membisukan Story WA Semua Orang dan Saya Tidak Menyesal

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 9 Desember 2020 oleh

Tags: Media Sosialunfollow
Betris Candra

Betris Candra

Manusia penyuka daging sapi.

ArtikelTerkait

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya Mojok.co

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya

9 November 2025
Format Akun 'txtdari' Belakangan Bikin Twitter Jadi Toksik terminal mojok.co

Format Akun ‘txtdari’ Belakangan Bikin Twitter Jadi Toksik

29 Oktober 2020
20 Istilah yang Harus Diketahui KOL Specialist

20 Istilah yang Harus Diketahui KOL Specialist

22 September 2023
TikTok, SnackVideo, dan Reels Instagram: Mana yang Lebih Cocok dengan Circle Kalian? terminal mojok.co

TikTok, SnackVideo, dan Reels Instagram: Mana yang Lebih Cocok dengan Circle Kalian?

22 Juli 2021
caper

Ketika Benda-Benda di Sekitar Kita Beralih Fungsi Jadi Properti Aksi Caper di Medsos

27 Agustus 2019
facebook

Menjadi Orang yang Berbeda di Facebook, Twitter, dan Instagram

21 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025
Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

13 Desember 2025
Suzuki S-Presso, Mobil "Aneh" yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

Suzuki S-Presso, Mobil “Aneh” yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

13 Desember 2025
Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.