Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Menganalisis ‘Ndasku Mumet Ndasmu Piye?’ Lagu yang Cocok buat Sarana Self Healing

Raihan Yuflih Hasya oleh Raihan Yuflih Hasya
30 Oktober 2020
A A
Menganalisis 'Ndasku Mumet Ndasmu Piye?' Lagu yang Cocok buat Sarana Self Healing terminal mojok.co

Menganalisis 'Ndasku Mumet Ndasmu Piye?' Lagu yang Cocok buat Sarana Self Healing terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Kalau diibaratkan matematika, cara supaya viral di Indonesia itu nggak ada rumusnya—alias nggak bisa ditebak. Merekam suara klakson telolet bus, membeli cupang, atau joget-joget nggak jelas di TikTok adalah bukti kalau kamu nggak perlu buat sesuatu yang super ribet untuk bisa viral. Karena sejujurnya, algoritma dan selera masyarakat kita di media sosial itu abstrak. Walaupun keberuntungan berperan cukup penting dalam hal ini, sisi kreatif juga nggak bisa dianggap remeh. Semua hal yang viral di media sosial kita tak lepas dari unsur kreatif pelakunya. Misalnya, lagu “Ndasku Mumet Ndasmu Piye?” yang sekarang sedang viral.

“Ndasku Mumet Ndasmu Piye?” merupakan lagu yang diunggah oleh akun YouTube Ewen Channel pada 23 April lalu. Lagu ini mulai viral di media sosial kita seperti Instagram, Twitter, WhatsApp, dll. pada sekitar Agustus. Bahkan hingga kini, potongan video musik lagu ini masih sering berseliweran di timeline media sosial. Sepemahaman saya, lagu ini sebenarnya dibuat Ewen Channel untuk menyambut Ramadhan tahun ini yang bisa dibilang berbeda dengan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, yakni pandemi Covid-19 yang hadir di Indonesia.

Sejak mengetahui potongan lagu tersebut di akun humor media sosial, saya langsung mencari video penuhnya di Youtube dan akhirnya ketemu. Yang menarik, saya seperti menemukan unsur magis pada lagu ini. Hal itu dibuktikan dengan betahnya saya ketika menontonnya dari awal hingga akhir. Padahal, lagunya bisa dibilang monoton alias gitu-gitu aja. Tidak hanya berhenti di situ, sejak mengetahuinya pada Agustus lalu hingga kini lagu tersebut masih menjadi andalan saya ketika menghadapi kehidupan yang mumet.

Sudah tiga bulan menjadikan “Ndasku Mumet Ndasmu Piye?” sebagai anthem menghilangkan mumet saya dalam menjalani hidup, akhirnya saya bertanya-tanya kepada diri saya sendiri. Mengapa saya bisa mengandalkan lagu sederhana ini sebagai sarana self-healing? Lalu, apa yang membuat lagu ini viral, padahal dari total durasi lima menit lagu ini hanya memiliki lirik “Ndasku mumet ndasmu piye?” yang diulang secara terus menerus?

Ya, pertanyaan terakhir itu memang jawabannya, kesederhanaan. Ewen Channel (saya nggak tahu nama grup musiknya, kayaknya Mas Ewen ini salah satu personilnya) berhasil menciptakan mahakarya dari sebuah kesederhanaan. Bayangkan, grup musik ini hanya beranggotakan dua orang—atau yang biasa kita sebut duo—dengan jobdesk yang praktis. Bapak-bapak yang kelihatannya lebih tua dari personil satunya menjadi vokalis dan orang yang kelihatan lebih muda ini menjadi personil serba bisa alias memegang organ tunggal yang multifungsi.

Musik videonya juga sederhana, yakni berlatar di depan gazebo yang ada di halaman sekolah. Nggak perlu wardrobe yang sensasional, masing-masing orang ini hanya memakai sarung, baju koko, dan peci putih yang biasa dipakai untuk salat Jumat. Tanpa polesan makeup, tetapi saya melihat bapak-bapak ini memang habis mandi atau ditambahkan bedak tabur agar wajahnya terlihat lebih segar.

Video musik ini sebenarnya bisa dibilang live session juga, karena musik yang dihasilkan sepertinya langsung dari rekaman video musik tersebut. Hanya ada polesan yang dilakukan sound engineer pada proses editing—yang saya prediksi itu dilakukan oleh mas-mas yang memegang organ tunggal. Untuk sinematografi, karena dari awal hingga akhir hanya ada satu shot, saya melihat hanya ada satu kameramen yang merekamnya dengan tripod. Atau bahkan tidak ada sama sekali kameramen dalam video musik tersebut alias grup musik ini memang menggunakan konsep berdikari.

Kualitas lagu? Saya jatuh cinta dengan kesederhanaan yang ada dalam lagu ini. Mas-mas pengendali organ tunggal ini benar-benar memainkan musiknya dengan penuh syahdu. Sepengetahuan saya, nada instrumen yang dipakai dalam lagu ini merupakan nada yang dipakai dalam lagu salawat badar (puji-pujian untuk agama islam). Saya tidak tahu apa ia sudah izin atau belum, tapi kayaknya kalau mau izin juga bingung ke siapa alias instrumen lagu salawat tersebut juga saya nggak tahu siapa yang menciptakan.

Baca Juga:

Aksi Liar Sok Rock n Roll dan Destruktif di Panggung Musik yang Kerap Merugikan Tidak Bisa Dibenarkan!

5 Starter Pack Remaja Jompo Saat Nonton Festival Musik

Bicara kedalaman lirik, saya melihat vokalis sangat mendalami keberadaan setiap lirik. Baru intro saja, ia sudah menimpal pada instrumen dengan doa “Ya Allah, corona, corona….” yang disertai dengan gestur berdoa dan mimik wajah penuh kepasrahan. Tidak hanya berhenti di situ, pada setiap bagian interlude—yang notabenenya bagian personil lain show off, sang vokalis selalu menyisipkan doa, seperti “Ya Allah, semoga cepat hilang korona, ya Allah….”

Vokalis sangat menghayati lagu. Hal itu dibuktikan dengan pelafalannya yang penuh penghayatan. Mungkin, orang banyak bisa menilai kalau tidak ada yang spesial dari suaranya, tetapi ketulusan dalam menyanyikannya yang menjadikannya nilai lebih. Hal itu juga ditambah dengan gestur-gestur memegang kepala seolah mumet dengan keadaan saat ini. Penghayatan itulah yang membuat lagu “Ndasku Mumet Ndasmu Piye?” seperti relate dengan kemumetan khalayak umum akan menjalani hidup di tahun pandemi.

Lagu “Ndasku Mumet Ndasmu Piye?” seolah mengajarkan bahwa kita semua bisa mumet dalam menjalani hidup, apalagi di masa-masa yang sulit seperti ini. Tetapi, lagu ini juga mengajarkan bahwa mumet adalah hal yang manusiawi dan hal yang wajar. Saya menyarankan grup musik ini untuk melakukan tur pasca pandemi agar seluruh umat manusia dapat merasakan kesyahduan lagu ini dan keresahan-keresahan yang hadir ketika pandemi dapat berangsur-angsur pulih.

Sumber gambar: YouTube Ewen Channel

BACA JUGA Pemakaian Nama Gubernur sebagai Pengganti Nama Stadion Papua Bangkit Akan Mendapat Reaksi Berbeda Jika Hal Itu Dilakukan di Jakarta dan tulisan Raihan Yuflih Hasya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 Oktober 2020 oleh

Tags: lagu hitsMusik
Raihan Yuflih Hasya

Raihan Yuflih Hasya

Sedang berusaha menyelesaikan studi Sastra Indonesia, pernah menjabat Wali Kota di game Simcity.

ArtikelTerkait

Semua Tidak Harus Lofi pada Akhirnya, tapi Wajib Dicoba jika Anda Musicaholic terminal mojok.co

Semua Tidak Harus Lofi pada Akhirnya, tapi Wajib Dicoba jika Anda Musicaholic

22 Oktober 2020
Mari Bersepakat 'Terbang Bersamaku' Adalah Lagu Kangen Band yang Terbaik terminal mojok.co

Mari Bersepakat ‘Terbang Bersamaku’ Adalah Lagu Kangen Band yang Terbaik

29 Desember 2020
Selera Musik Berhenti Berkembang, Tanda Kita Terlalu Sibuk Menjadi Orang Dewasa? Mojok

Selera Musik Berhenti Berkembang, Tanda Kita Terlalu Sibuk Menjadi Orang Dewasa?

13 November 2023
Lagu Hindia Ternyata Nggak Related Blas dengan Kehidupan Saya terminal mojok.co

Lagu Hindia Ternyata Nggak Related Blas dengan Kehidupan Saya

8 Desember 2020
dear diary

Kapan Terakhir Kali Kita Menulis ‘Dear Diary’?

29 Agustus 2019
Goyang Denny Caknan Adalah Goyangan Dangdut Paling Magis Saat Ini terminal mojok.co

Goyang Denny Caknan Adalah Goyangan Dangdut Paling Magis Saat Ini

12 Desember 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Indomaret Tidak Bunuh UMKM, tapi Parkir Liar dan Pungli (Pixabay)

Yang Membunuh UMKM Itu Bukan Indomaret atau Alfamart, Tapi Parkir Liar dan Pungli

6 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.