Beberapa hari ini, Tegal lagi jadi sorotan banyak pihak. Sayangnya bukan karena prestasi, tapi gara-gara ada konser dangdut megah di tengah pandemi yang diselenggarakan oleh yang terhormat Wakil Ketua DPRD Tegal, Wasmad Edi Susilo. Tau nih Tegal, sejak covid-19 menyerang sering banget masuk berita. Mulai dari Walikotanya yang menyebut diri sebagai Mr.Lockdown, kota dengan jumlah positif Covid-19-nya (pernah jadi) paling rendah se-Indonesia sampai yang paling anyar: konser dangdut.
Seperti yang sudah bisa ditebak, Pak Wali Kota ngeles. Beliau mengaku tidak menahu soal adanya panggung dangdut megah di hajatan wakil ketua DPRD. Pernyataan bela diri beliau ada di mana-mana, contohnya ini.
Tapi, dasare netizen +62 ini pancen pinter-pinter. Nggak lama setelah berita ini naik, langsung beredar video Pak Wali lagi naik panggung dan nyawer sang biduan. Iya, nyawer. Epic banget, kan? Bilang nggak tahu ada dangdutan, tapi ketahuan lagi nyawer. Duh.
Menanggapi kejadian ini biar nggak berburuk sangka, sebagaimana kita tahu bahwa buruk sangka itu tidak baik, saya beri panduan memahami sikap Wali Kota Tegal yang ngakunya nggak tau ada konser tapi ketahuan nyawer.
Blio itu orang sibuk
Sungguh hal yang mungkin sekali bila menyebut Pak Wali ini sebagai orang yang paling sibuk di Kota Tegal. Bayangkan, beliau harus memikirkan nasib ratusan warganya. Belum soal urusan kedinasan yang menuntut beliau untuk keluar kota. Baca tidak yang pas beliau bilang habis kondangan langsung meluncur ke Semarang untuk urusan dinas? Cukup membuktikan kalau beliau ini sibuknya nggak kaleng-kaleng? Emangnya kita, yang habis kondangan malah mampir lagi ke rumah makan?
Jadi, kalian pikir orang sesibuk beliau sempat buka-buka undangan dan membaca ada keterangan hiburan di situ? Trus, sempat melihat poster pesta dangdutan di hajatan Pak Wasmad yang sebelumnya viral di media sosial? Gitu? Ya jelas tidak lah.
Buka undangan, sesekali menciumnya kalau pas undangannya wangi dan seluncuran di media sosial mah kerjaan kita. Jadi wajar bila beliau bilang tidak tahu karena beliau memang tidak tahu. Kan beliau syibuk syekalih. Alasan ini juga bisa dipakai untuk nyinyiran yang menyebut, “Eh, Pak Walinya mana? Kok kalau ada masalah yang maju ngomong Wakilnya?” Duh mbak…mas..maaf, ya…Pak Wali sibuk. Catat itu.
Salah orang
Soal video Pak Wali yang terlihat seperti sedang menyawer sang biduan dangdut, please deh, tidak usah terlalu dibesar-besarkan. Bisa jadi saat itu sebenarnya Pak Wali bukan bermaksud untuk nyawer. Mungkin beliau salah orang. Dikira yang di atas panggung itu adalah mempelai wanita atau bahkan shohibul bait yang punya hajatan. Bukankah suatu kewajaran bila kita kondangan trus “ngamplopi”?
Ta-tapi kan, Bapake nggak pakai amplop…
Lho…bukannya malah bagus? Sudah terlalu banyak amplop kondangan bekas yang berakhir di tempat sampah. Jadi mending nggak usah pakai amplop-amplopan, langsung cash saja. Eco-friendly dan duitnya lebih kelihatan.
Usaha untuk menyesuaikan diri
Tidak semua orang bisa menyesuaikan diri dengan situasi pelik, apalagi jika situasi tersebut seperti tahu bulat yang digoreng dadakan lima ratusan. Pak Wali ini termasuk jempolan karena belio bisa menyesuaikan diri. Mungkin benar, beliau awalnya tidak tahu ada acara dangdutan. Tapi, begitu datang dan melihat ada panggung dangdutan, beliau segera menyesuaikan diri. Dengan gagah beliau naik ke panggung dan memberi sejumlah uang. Sesuatu yang pasti akan dikenang oleh sang biduan. Maka bukan tidak mungkin biduan ini nantinya akan memberi testimoni positif di media sosialnya tentang betapa hebatnya orang Tegal. Sudah berani ngundang pas musim corona, pemimpinnya nyawer lagi!
Bayangkan bila Pak Wali tidak cepat menyesuaikan diri. Bayangkan bila beliau datang hanya menyalami shohibul bait trus pulang. Apa kata dunia?? Eh, biduan?? Bisa-bisa mereka berpikir, “Ih, Wali Kota Tegal sombong!” Walahhhh, bahaya ini. Jelas hal tersebut tidak boleh terjadi. Bukanlah pemimpin daerah itu representasi dari warganya?
Itulah tiga panduan memahami sikap Walikota Tegal yang viral beberapa waktu lalu. Jika setelah diberi panduan seperti ini masih saja ada yang gagal paham dengan sikap Wali Kota Tegal ini, saya hanya bisa bilang… sama!
BACA JUGA Selain ‘Anjay’, 5 Kata Ini Seharusnya Juga Dilarang Komnas Perlindungan Anak atau artikel Dyan Arfiana Ayu Puspita lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.