Sebagai seseorang yang tidak selalu ingin memakan nasi di tiap harinya, biasanya saya mencari alternatif lain agar perut tetap kenyang. Memakan kentang goreng, kwetiau, bahkan saya seringkali memakan lauknya saja tanpa nasi—ada kalanya merasa bosan jika makan nasi setiap hari. Tidak lupa dan tidak mungkin terlewat, pastinya saya menyisipkan makan mie instan sebagai pilihan lain atau di kala tidak tahu ingin makan apa.
Selain memang tidak sulit untuk di dapatkan karena tersedia juga di warung terdekat, mie instan juga bisa dipesan di warung kopi terdekat, biasanya lengkap dengan suguhan aneka kopi, teh manis, juga beberapa gorengan. Kekurangannya mungkin terbatas pada rasa, di warkop biasanya hanya ada rasa ayam bawang, kari ayam, soto mie, dan mie goreng. Setidaknya itu yang tersedia di warkop di lingkungan sekitar tempat saya tinggal.
Itu kenapa saya lebih memilih membeli Indomie sendiri dan dimasak di rumah karena sebelumnya bisa membeli Indomie dengan varian rasa sesuai keinginan. Walau kita semua tahu, Indomie yang dimasak di warkop atau burjo itu hampir selalu lebih enak. Ada yang bilang karena air rebusan mie yang tidak diganti walau beberapa kali digunakan, ada juga yang berpendapat karena menggunakan saos botolan khusus—yang kita semua tahu lebih murah dibanding dengan merk lain.
Apapun itu, Indomie yang dibuat di warkop atau burjo selalu tetap terasa lebih enak. Dimasak tanpa bahan tambahan, pun ditambah beberapa sayuran justru akan semakin menambah kenikmatan. Irisan cabe rawit, mentimun, telur, juga daun caisim—atau pok coy—adalah beberapa topping yang biasa digunakan. Seiring perkembangannya, di warkop sampai ada istilah internet yang berarti perpaduan antara Indomie, telur, dan kornet—jika ada dalam satu mangkuk akan menjadi variasi yang menggugah selera.
Saya ingat bagaimana ketika kecil Ibu selalu membeli dua dus Indomie, yang satu sudah pasti rasa mie goreng dan satu lagi mie kuah bisa rasa ayam bawang atau soto mie. Mengingat sekitar 20 tahun yang lalu tidak banyak rasa Indomie yang tersedia, seingat saya hanya ada mie goreng, ayam bawang, ayam spesial, kari ayam, dan soto mie.
Berbeda dengan saat ini yang banyak sekali varian rasa, ada mie goreng rendang, cabe hijau, aneka atau ragam soto dari beberapa daerah di Indonesia, mie goreng aceh, salted egg, bahkan yang paling baru ada mie goreng chitato sapi panggang. Beberapa hari yang lalu saya mencoba dan betul-betul enak, sesuai dengan ekspektasi ditambah dengan sedikit tambahan remahan chitato.
Berasarkan hal tersebut, rasanya tidak berlebihan jika saya menobatkan diri sebagai penyuka Indomie dibanding mie instan lain. Dari segi rasa sudah pasti enak, dari varian rasa sudah jelas banyak dan selalu ada rasa baru. Hal itu cukup membuat saya menaruh hati pada Indomie. Ketika kuliah, bahkan indomie menjadi penyelamat sewaktu uang bulanan sudah sekarat.
Maka dari itu, tidak heran jika salah satu kafe kekinian dan tersebar di beberapa wilayah bernama Warunk Upnormal memilih Indomie sebagai salah satu menu utama mereka dengan beragam variasi beserta topingnya. Namun perlu saya tegaskan bahwa, penulisan bertemakan Indomie ini bukan karena sudah dibayar apalagi diminta untuk mempromosikan, lebih kepada bernostalgia dan kesukarelaan menjadi tim Indomie—walau tidak sampai setara garis keras.
Dan terima kasih kepada Ibu Nunuk Nuraini sebagai pencipta semua rasa Indomie, karenanya sebagian besar orang Indonesia—bahkan sampai dengan mancanegara—merasakan bagaimana sedapnya salah satu produk terbaik dalam negeri.
Kakak ipar saya juga pernah bercerita dalam suatu kunjungan dinasnya ke kawasan Afrika Timur, tepatnya Republik Kenya, beberapa rekan kerja dan warga di sana mengaku menyukai Indomie. Disamping karena rasanya enak, bumbu serta rempahnya pun terasa. Selain rendang, Agnes Monica, dan Brian Imanuel, yang harus banyak orang tahu Indomie juga sudah go international dan disukai beberapa kalangan. Uwuwu~
Jadi, jelas sudah dan tidak perlu perbandingan lagi bahwa Indomie memang sudah selayaknya jadi pilihan banyak orang dibanding beberapa merk mie instan lain. Kecuali memang ada yang mau menanggapi, sih.