Kita memang bisa memilih menikah dengan siapa. Tapi kita tidak akan pernah bisa memilih untuk jatuh cinta dengan siapa. Bahkan di negeri yang menjunjung tinggi tatanan demokrasi ini, tidak lantas membuat urusan jatuh cinta juga turut demokratis pula. Terlebih lagi dalam kasus mencintai suami orang.
Bagi sebagian wanita, menjalani peran sebagai orang ketiga, melakoni cerita kisah cinta berbahaya, menginginkan suami orang, atau tindakan affair lainnya bukan hal yang tabu. Berbagai pembenaran logika selalu mereka sampaikan untuk sekadar membela diri. Salah satunya adalah tidak mampu menghentikan perasaan cinta yang terlanjur menghanyutkannya.
Well, apa pun alasan yang kamu utarakan untuk membenarkan ego selingkuh mencintai suami orang, pikirkan dulu beberapa hal berikut.
Kamu sebatas camilan
Ibarat kata pasangan sebuah makanan, kamu itu hanya camilan. Bukan makanan pokok. Yang namanya camilan, cuma selingan.
Kamu cuma dianggap mainan yang dicari buat selingan. Bukan dicari ketika lapar dan benar-benar membutuhkan makanan.
Jadi, agar hatimu tidak sakit, sebaiknya jangan mencintai suami orang meskipun dia yang terang-terangan mengajak menjalin hubungan. Jangan serahkan seluruh perasaan cinta atau hal berharga milikmu untuk membuatnya bahagia atau bisa membuatmu memiliki seutuhnya. Tetap terapkan protokol kesehatan jaga jarak. Jarak fisik maupun jarak hati.
Lalu bagaimana jika dia serius mengatakan “Aku benar-benar mencintaimu”? Lanjut baca point kedua!
Yakin? Dia benar jatuh cinta sama kamu?
Darimana kamu tahu kalau kalimat “Aku benar-benar mencintaimu,” itu hanya diucapkan untukmu saja? Bagaimana kamu bisa yakin kalau kamu menjadi yang kedua baginya? Karena bisa jadi justru menjadi yang ketiga, keempat, kelima, dan seterusnya. Kalau sudah begini, apa yang kamu harapkan darinya?
Dia tidak akan meninggalkan istrinya demi kamu
Pernikahan itu sebuah hubungan sakral, yang dilindungi Undang-Undang agama maupun negara. Tidak hanya sebatas masalah cinta. Menikah mengikat dua manusia untuk menjalankan tanggung jawabnya masing-masing. Selain istri, dia juga punya anak-anak yang mengikat pertalian batinnya.
Inilah yang menjadi alasan kenapa dia tidak akan semudah untuk meninggalkan keluarganya demi kamu. Please! Jangan percaya mulut manisnya kalau kamu tidak ingin kecewa.
Kamu membuang waktu untuk hal yang sia-sia
Ingat! Berapa waktu yang kamu habiskan hanya untuk mencintai suami orang? Menjalani hubungan yang ngambang dan tidak ada kejelasan hanya menghabiskan waktu. Kamu membuang waktu, tenaga, emosi, bahkan materi hanya untuk berakhir kecewa.
Oke, mungkin saat bersamanya kamu merasa bahagia. Tapi bahagia itu tak ubahnya candu. Hanya sementara, berakhir menderita. Yakin masih mau terus menjalaninya?
Kamu juga yang akan sakit hati
Apakah dengan menjadi orang ketiga dan mencintai suami orang, lantas membuatmu bahagia? Apa pun hasil yang kamu dapatkan setelah peperangan, kamu akan tetap sakit hati. Kok bisa?
Jika menjadi pihak yang kalah, kamu akan dicampakkan begitu saja. Jika kamu menang hingga berhasil membuat mereka bercerai, selamanya hatimu akan dihantui rasa was-was. Khawatir karena bisa jadi suatu saat, dia akan meninggalkanmu sebagaimana dia meninggalkan istrinya. Kalau sudah begini, letak bahagianya di mana?
Stigma “pelakor” menjadi titel di belakang namamu
Stigma pelakor sudah pasti menjadi titel abadi di belakang namamu. Apalagi jika kamu tidak berhasil merebut. Sudah gagal, dapat titel pelakor pula.
Nama baik yang sudah kamu bangun susah payah akan hancur begitu saja. Sesuci apa pun arti cinta menurut versimu, mencintai suami orang bukan wujud sucinya cinta. Bisa saja kamu bilang “Terserah apa kata orang.” Tapi ingat, stigma itu tidak akan terhapus begitu saja dari sosokmu.
Berhenti sebelum terbakar atau tenggelam
Mencintai suami orang sama saja main api. Sebagian ujung gaunmu sudah terbakar. Jadi berhentilah sebelum api itu sempurna melalap seluruh tubuh. Atau mungkin kamu tidak ingin disebut bermain api?
Baiklah. Aku akan menyebut kamu telah bermain air. Kamu mencoba bermain air di tepi kolam renang yang dalam. Ketika keasyikan bermain, tak terasa kamu terpeleset dan tenggelam. Jadi, sebelum tenggelam dan nyaris kehabisan nafas, berhentilah bermain-main air.
BACA JUGA Cara Ampuh Mengatasi Pelakor atau Pebinor atau tulisan lainnya di Terminal Mojok.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.