Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Betapa Apesnya Nasib Orang Miskin di Negeri Ini

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
18 Juli 2020
A A
nadin amizah orang miskin empati kemiskinan orang miskin mojok

empati kemiskinan orang miskin mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa waktu lalu, sesaat setalah membaca tulisan dari Cik Prima yang berjudul “Orang Miskin Dilarang Punya Anak”, saya jadi teringat saat awal – awal kuliah dulu, saya menyaksikan tiga orang bocah yang berumur di bawah 15 tahun sedang memilah-milah sampah di kawasan Stasiun Tawang, Semarang saat sore hari. Tampilan mereka tidak seperti pemulung, tidak terlalu kumuh. Mereka seperti sedang mencari sesuatu ditumpukan sampah itu. Salah dua dari mereka bertopi merah bertuliskan tut wuri handayani.

Saat memperhatikan mereka, tanpa sadar, bocah yang paling tua menghampiri saya dan meminta botol teh kemasan yang saya pegang. “meh dige opo le? Dikiloke ya? (mau dibuat apa nang? Mau dijual yah).  Tanya saya kepada bocah itu. Dia kemudian menjawab, “orak Mas, nek oleh aku jalok botol kui gawe variasi mobil-mobilan adekku neng omah”. (enggak Mas, kalau boleh saya minta botolnya untuk variasi mobil-mobilan adik saya di rumah”. Dia berkata sambil menunjuk adiknya yang dari kejauhan sedang memperhatikan.

Setelahnya, saya berbicara dengannya cukup lama, sekitar 15 menitan. Dia bercerita bahwa dia sekolah hanya sampai SLTP. Kemudian dia tidak melanjutkannya lagi. Selepas SLTA, dia lebih memilih membantu pamannya yang berjualan nasi kucing pada malam hari.

Dia mengatakan, sebenarnya orang tuanya marah ketika dia memilih tidak melanjutkan sekolah, tapi dengan pertimbangan bahwa Ibunya yang hanya jadi tukang bersih-bersih di kawasan perumahan Elite BSB City dan Ayahnya yang hanya jadi juru parkir di kawasan pasar Johar, membuatnya memilih berhenti sekolah ketimbang menambah beban orang tuanya dengan biaya pendidikan yang mencekik. Dia ingin menhasilkan uang sendiri, membeli mainan untuk dirinya, dan adiknya.

Secara realitas sosial, kondisi seperti itu tidak hanya ada di kisah fiksi super sedih yang ada di Indosiar, tapi memang benar dialami oleh masyarakat pinggiran yang berada di kota-kota besar.

Nasib yang dialami oleh bocah tersebut bila dimaklumi, akan menjadi siklus kemiskinan yang berkepanjangan, karena kebutuhan basic yang tidak mampu disediakan pemerintah secara praktis akan membuat mindset atau pola pikir mereka menjadi pragmatis. “asal besok bisa makan”.

Kalau sudah begitu, meminjam pendapat dari mbaknya yang nyalahin orang miskin punya anak dalam tulisannya Cik Prima, maka yang disalahkan yah “kenapa juga jadi orang tua miskin? Sekolah gratis kan banyak, kenapa anaknya nggak dipaksa sekolah?” atau “kenapa masih nekat punya anak kalau tahu miskin?”.

Lantas ketika anaknya disekolahkan dan dibiayai dengan susah payah, kemudian anaknya menanggung beban hidup orang tuanya, maka natijen lain pun menyahut. Jadi orang tua kok benalu sih? Mengeksploitasi anak gitu? Nggak malu yah?

Baca Juga:

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

Miris memang. Sebagai mahasiswa lulusan ekonomi, saya paham betul, bahwa kemiskinan memang fenomena sosial yang selalu muncul di hampir semua negara di seluruh Dunia, bukan hanya Indonesia. Tapi, entah kenapa, saya merasa masyarakat miskin di negeri ini terlihat lebih sengsara dari negara lain. Meskipun secara solidaritas masyarakat kita cukup tinggi saat momen-momen tertentu, tapi bacotan kelas menengah ke atasnya itu loh, terkesan kasar, asal jeplak dan tak berempati.

Kalau melihat kompilasi bacotan orang-orang kelas menengah ke atas itu, mulai dari para pemuka negeri di kalangan pemerintahan, sampai para netijen media sosial yang maha benar, sungguh kasihan betul jadi orang miskin di negeri ini. Ada saja justifikasi yang bikin sakit hati mewarnai kehidupan mereka.

Misalnya seperti justifikasi yang sempat disampaikan oleh Menteri Yassona bahwa daerah dengan banyak penduduk miskin seperti Tanjung Priok adalah sarang kriminalitas. Tega betul ucapan seperti itu. Sudahlah mereka susah mendapatkan kepastian hukum ketika terjerat kasus hukum, ini malah dituduh sebagai sarang dari penjahat sosial.

Ada lagi, masih tekenang dalam ingatan bagaimana seorang Juru Bicara Pemerintah untuk Penangananan Covid-19 dengan gagahnya mengimbau kepada masyarakat miskin menjaga agar tidak menularkan penyakitnya kepada masyarakat kaya. Ngenes betul, mereka yang miskin yang tidak tahu apa-apa soal tetek bengek corona yang dibawa oleh orang-orang kaya, harus menanggung stereotip sebagai sumber dari penyakit.

Selain itu, bantuan sosial yang harusnya menjadi hak masyarakat miskin, seringnya diselundupkan oleh oknum-oknum kelas menengah atas yang tidak bertanggung jawab. Dan dengan santai mereka bacot bahwa mereka juga berhak mendapatkan bantuan sosial tersebut.

Bahkan saat ini, saya menyangsikan lirik dalam lagu wajib belajar yang berbunyi “memberantas kebodohan dari kemiskinan”. Nyatanya, yang ada saat ini, pendidikan hanya mendiskriminasi kaum miskin dengan biaya komplomenter yang mencekik. Akibatnya, kemiskinan pun makin dibodohi oleh pendidikan itu sendiri.

Semua keapesan itu diperparah dengan fakta bahwa pemerintah tak pernah mampu, dan selalu gagap dalam menyediakan kebutuhan dasar yang seharusnya sudah dimandatkan oleh Undang-Undang. Nyatanya, perbaikan presentase kemiskinan di bawah satu digit yang di-euforiakan, hanya sekadar angka-angka statistic yang mempercantik sebagai klaim prestasi. Selebihnya, ketimpangan antar kelas semakin dalam.

Betapa menderitanya orang miskin di negeri ini. Pemerintah yang tak bisa memenuhi hak rakyatnya dalam hal pendidikan dan kesejahteraan, yang kena semprot orang miskin. Orang-orang, dengan entengnya mengucap salah sendiri menjadi miskin, seakan ciri orang open minded dan intelek adalah berani untuk memaki kemiskinan.

Kalau sudah begitu, saya cuma bisa menolong sebisa saya, dan berdoa supaya orang-orang miskin di negeri ini diberikan kekuatan serta kesabaran yang tinggi. Toh mau bagaimana lagi, mereka mengeluh, sudah kadung dianggap benalu. Mau berusaha  sekeras apapun, mentok-mentoknya mereka hanya mampu mendapatkan upah untuk mempertahankan hidup. Andai saja Planet Namek benar-benar ada, mungkin pindah ke sana jauh lebih baik. Tapi, asudahlaaah.

BACA JUGA Suka Duka Pakai Honda Revo: Sering Dikira Debt Collector dan tulisan Muhamad Iqbal Haqiqi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 18 Juli 2020 oleh

Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

2 Hal yang Membuat Lulusan PPG Prajabatan Menjadi Tumbal (Pexels)

2 Hal yang Membuat Lulusan PPG Prajabatan Menjadi Tumbal

19 Februari 2025
3 Ciri Bebek Goreng Surabaya yang Enak Terminal Mojok

3 Ciri Bebek Goreng Surabaya yang Enak

2 Januari 2022
5 Cara Crowdfunding IKN yang Bisa Dicoba oleh Pemerintah

5 Cara Crowdfunding IKN yang Bisa Dicoba oleh Pemerintah

26 Maret 2022
Rahasia Alumni UT Paling Banyak Diterima CPNS terminal mojok.co

Rahasia Alumni UT Paling Banyak Diterima CPNS

11 November 2020
Pentingnya Kerja Cerdas dan Work-Life Harmony agar Ngarso Dalem Nggak Kerja 24/7 terminal mojok.co

Pentingnya Kerja Cerdas dan Work-Life Harmony agar Ngarso Dalem Nggak Kerja 24/7

5 Juli 2021
Akun @tiktokjelek di Twitter Adalah Akun Satire yang Berhasil terminal mojok.co

Akun @tiktokjelek di Twitter Adalah Akun Satire yang Berhasil

3 Desember 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.