Saya senang tinggal di negara ini. Jika dahulu dikenal sebagai tongkat dan batu jadi tanaman, kini hal apa pun bisa jadi guyonan. Wung puyuh yang sudah mati guyonannya di Malaysia, seakan dihidupkan kembali oleh negara ini. Orang ngutip quotes guyonan ala Gus Dur contoh lainnya. Terbaru, ada orang yang nagih utang, eh malah dipenjara.
Sebagai orang nggak tegaan yang sering diutangi, saya jadi mawas. Jangan-jangan, jika nanti saya minta uang pinjaman dikembalikan, bukannya dapat uang yang seharusnya jadi hak saya, malah bisa-bisa saya dipenjara. Bukan apa-apa, hyung, nggak elit aja jika semisalnya napi lain masuk penjara lantaran kasus high, lha ada orang jawab dipenjara karena nagih utang.
Sebagai catatan yang nggak penting-penting amat, saya bukan bank plecit lho ya. Saya meminjamkan uang ikhlas untuk dikembalikan sesuai nominal. Walau yang minjam ini bangsat juga. Bukannya untuk nambal keperluan bulanan buat makan di burjonan, uang pinjaman itu malah untuk yang-yangan nongton Dilan. Sering terjadi, saya yakin bukan hanya saya yang mengalami.
Sebagai veteran target teman pinjam uang, adanya fenomena nagih utang dipenjara bikin ngeri juga. Maka dari itu, saya punya formula defensif untuk menolak dan ofensif kala menagih. Dua kiat ini adalah cara bodoh untuk pintar. Mbodoni lawan yang kadang lebih galak padahal kita yang menagih nggak salah.
Formula defensif
Formula ini dipakai semisal menghadapi lawan yang klemet-klemet kakehan alasan nggak mau bayar. Salah kaprah jika kamu melancarkan aksi maksa dan jalan kekerasan untuk target yang seperti ini. Dan kesalahan ini yang digunakan si penagih bisa diganjar UU ITE lantaran menagih utang melalui Instastory.
Selagi peraturan ini masih karet, melar ke sana melar ke sini dan belum tegang, menagih lewat sosial media adalah kesalahan. Bisa pencemaran nama baik, menuduh tanpa bukti, mengganggu privasi orang lain dan mengancam pihak tertentu. Untuk melawan orang seperti ini, jalan paling aman, pakai formula saya.
Cara defensif pertama, pakai sosial media. Tunggu dulu, kita nggak menyerang secara langsung, tapi kita serang idealisme dan pola pikirnya. Caranya bagaimana? Cari akun dakwah, ketika ada yang membahas bahaya mempunyai utang, langsung retweet sebanyak-banyaknya. Si target ketika berjelajah di lini masa, pasti membaca dan mendapatkan sepercik hidayah. Atau kemungkinan terburuknya akun kamu dimute atau diblokir.
Cara defensif kedua, pura-pura mau mati. Di sosial mediamu, tweet saja kata-kata bijak dan memikat hati tapi bikin medeni. Dan ingat satu hal, harus diakhiri dengan “kalau aku punya salah….” wah, itu pasti menyerang psikis si target. Ia akan mbatin, “aduh, kalau dia mati dan aku masih berutang, ntar dia gentayangan gimana dong?”.
Cara defensif ketiga, masih berhubungan dengan sosmed tapi agar terhindar dari pasal karet, cerita kesedihan keuangan keluarga. Wah, ini jitu, saya pernah. Suatu saat saya nge-tweet begini, “ealah akhir bulan, bingung milih sarden atau intel” ndilalah, beberapa saat kemudian, target langsung chat mau bayar utang. Cara ini makin mbois jika kamu membubuhi foto sedang makan di kaki lima atau angkringan.
Formula ofensif
Singkatnya, cara ini dilakukan dengan sedikit maksa tapi tidak pakai kekerasan. Cara ini penuh risiko walau kemungkinan berhasil lebih besar ketimbang formula pertama. Risikonya persahabatan kamu dipertaruhkan. Tinggal pilih mana, uang atau sahabat? Jangan tanya Patrick karena kasusnya beda. Patrick tidak pernah diutangi oleh Spongebob jadi bisa mengeluarkan statemen quotable.
Cara ofensif pertama, chat langsung. Chat bukan hanya sekadar chat, tapi tambahi keterangan kenapa kamu butuh uangmu segera dikembalikan. Cara ini kadang bikin saya heran, si target yang minjem uang, kok ya kita yang ribet. Pakai segala menambahkan keterangan uangnya buat apa. Padahal yo uang-uang kita, mau beli intisari juga suka-suka.
Cara ofensif kedua, semisal sosmed dan komunikasi sudah diputus atau diblokir seperti kasus penagih terancam dipenjara itu, datangi rumahnya. Jika nggak tahu rumahnya, datangi sanak familinya. Jika nggak tahu juga, cari jejak digitalnya dengan fake akun. Jika dirasa malas, ikhlaskan saja. Ya, kit sama-sama tahu bahwa mengikhlaskan rupiah di masa seperti ini berat juga.
Cara ofensif yang pamungkas dan termutakhir, usaha kamu tinggal satu, ikutan acara Rumah Uya yang wagu itu. Lumayan, ada tukang hipnotis dan penceramah. Selain dibawa ke alam bawah sadar dan didoakan, si target bisa dipisuhi satu Indonesia Raya.
BACA JUGA Menghitung Penghasilan Sandy Cheeks, Tupai Jenius di Bikini Bottom dan tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.