Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Kesehatan

Membuang Sampah Sendiri Seusai Nonton di Bioskop adalah Perkara Kemanusiaan

Atanasius Rony Fernandez oleh Atanasius Rony Fernandez
15 Juli 2019
A A
bioskop

bioskop

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa waktu lalu ramai perdebatan di antara netizen tentang perlunya penonton di bioskop membawa keluar sampah bekas makanan mereka. Ada pihak yang setuju dan ada yang tidak setuju pada wacana itu. Awalnya, saya tidak begitu peduli pada perdebatan itu, hingga pada suatu ketika saya menonton film tentang superhero yang tengah digandrungi masyarakat. Tak ada satu pun kursi kosong. Setelah itulah saya merasa bahwa membuang sampah sendiri seusai menonton di bioskop adalah perkara kemanusiaan.

Mungkin judul tulisan ini terkesan berlebihan bagi sebagian orang. Bagi yang tidak setuju  penonton membawa keluar sampahnya sendiri, kebanyakan beralasan bahwa petugas kebersihan bioskop sudah digaji. Jika kita membantu mereka dikhawatirkan malah membuat mereka tidak bisa bekerja lagi, karena pekerjaan mereka sudah diambil alih oleh penonton.

Saya menonton film superhero yang mulai tayang pekan lalu itu di jam prime time. Penonton sangat banyak, benar-benar tak ada kursi kosong di dalam studio, bahkan kursi terbawah dekat layar pun terisi. Hampir semua orang membawa makanan dan minuman. Film itu berdurasi cukup panjang lebih dari dua jam, dan parahnya tayangan paling penting ada di ujung film seusai credit  film. Saya dan sebagian besar penonton harus rela menunggu sembari menahan pipis.

Ketika film benar-benar usai saya segera berlari keluar bioskop untuk ke kamar kecil, karena terburu-buru saya lupa membawa sampah bekas makanan saya. Ketika saya berjalan dengan cepat menuju pintu keluar, saya melihat tiga orang petugas kebersihan dengan peralatan lengkap menunggu di sisi lain studio yang cukup gelap. Awalnya saya tidak begitu memperhatikan. Saya ke kamar mandi dan menyelesaikan urusan itu hanya dalam waktu sekitar tiga menit.

Ketika saya melintasi depan studio tempat saya menonton tadi, ternyata  studio itu sudah kembali dimasuki oleh segerombolan penonton lainnya di jam tayang berikutnya. Seketika saya terenyuh. Gila, bagaimana caranya petugas kebersihan itu bisa membereskan semua sampah di dalam satu studio dalam waktu sekejap? Saya benar-benar merasa sangat bersalah.

Iya, itu memang sudah pekerjaan mereka. Namun mari kita bayangkan mereka harus membersihkan tak kurang dari 200 kursi dalam waktu sekejap, yang saya yakin kurang dari lima menit. Sebelumnya saya tidak begitu merisaukan perdebatan soal membawa keluar sampah. Karena awalnya saya berpikir pasti ada jeda cukup panjang bagi petugas kebersihan untuk menyelesaikan tugasnya. Ternyata saya salah, setelah saya melihat sendiri, ternyata tidak ada waktu yang panjang bagi mereka menyelesaikan tugasnya.

Coba kita bayangkan, misalnya kita bekerja dengan tugas yang sudah jelas, tiba-tiba atasan memberikan tambahan tugas dalam waktu yang sangat singkat dan harus dengan hasil yang bagus. Kebanyakan dari kita pasti gusar dan menggerutu. Apalagi petugas kebersihan yang harus berjuang membersihkan setiap bagian dari kursi agar penonton berikutnya bisa nyaman. Itu memang sudah tugasnya dan bukan merupakan tambahan pekerjaan, hanya saja waktu yang sangat singkat pasti akan membuat mereka menguras tenaga lebih besar dari biasanya.

Sampah di dalam gedung bioskop tidak hanya berupa bekas botol minum atau kertas pembungkus pop corn. Banyak juga remahan pop corn  berjatuhan di sela-sela kursi dan lantai, belum lagi sampah berbentuk cairan. Untuk membersihkan itu semua dituntut kejelian dan ketangkasan yang lebih. Petugas kebersihan itu akan bekerja dua kali lebih keras yang diperberat dengan waktu yang sangat singkat.

Baca Juga:

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Nonton Film Horor di Mall “Mati”: Pengalaman Unik di Mall Hermes Place Polonia Medan

Saya dan kebanyakan dari kita mudah simpati pada posting-an di media sosial tentang seorang tua renta yang berjualan. Kita akan beramai-ramai membeli di para penjual itu karena merasa iba. Itu tandanya kita memiliki rasa kemanusiaan. Jika melihat petugas kebersihan bioskop yang harus bekerja dengan lebih keras dan dalam waktu yang sangat singkat, apakah tidak bisa mengusik rasa simpati kita?

Begini, tak perlu kita berbuat besar jika rasa kemanusiaan di dalam diri kita terketuk melihat mereka bekerja. Sederhana saja, seusai menonton kita membawa keluar sampah bekas makanan kita masing-masing. Saya yakin sampah itu tidak berat, tidak mungkin sampah bekas makanan yang kita bawa beratnya sampai 50 kilogram, bukan? Toh itu sampah bekas makanan yang kita bawa masing-masing. Petugas kebersihan tinggal membersihkan sampah yang luput dari pandangan kita. Setiap bioskop juga menyediakan tempat sampah yang mudah diakses, kita hanya tinggal membuang sampah di tempat sampah yang disediakan. Selesai perkara!

Iya, sesederhana itu untuk bisa saling memberikan simpati kepada sesama manusia. Setiap pekerjaan memiliki risikonya masing-masing, tapi jika kita bisa membantu orang lain dan sedikit meringankan tugas mereka, tentu semakin baik lagi.

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: BioskopKebersihankemanusiaanKritik Sosialmembuang sampahNonton
Atanasius Rony Fernandez

Atanasius Rony Fernandez

ArtikelTerkait

merindu tapi tak dirindu

Merindu Tapi Tak Dirindu Itu Enak Nggak Sih?

10 Juni 2019
menghakimi secara sosial

Menghakimi Secara Sosial Adalah Budaya Kita

11 Juli 2019

Membandingkan XXI dan CGV, Penguasa Bioskop di Indonesia, Mana yang Lebih Unggul?

17 April 2022
pak tua

Pak Tua itu Lebaran di Penjara

5 Juni 2019
pura-pura miskin

Pura-Pura Miskin Sama Sulitnya dengan Pura-Pura Kaya

14 Juni 2019
Iklan Indomilk Gemas 2022 Iklan Cerdas yang Sarat Kritik Sosial Terminal Mojok

Iklan Indomilk Gemas 2022: Iklan Cerdas yang Tampar Masyarakat Indonesia

22 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.