Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Kesehatan

Ilusi dalam Iklan Susu Menyusui

Rian Andini oleh Rian Andini
8 Juli 2019
A A
iklan susu menyusui

iklan susu menyusui

Share on FacebookShare on Twitter

Teman-teman mungkin pernah memperhatikan iklan susu untuk ibu menyusui di televisi. Isinya rata-rata serupa, yakni gambaran seorang ibu yang baru melahirkan namun ajaibnya terlihat langsing dan cantik, sedang duduk manis di kursi, menggendong sambil menyusui bayi. Mereka berdua terlihat sangat bahagia karena sang ibu sudah meminum susu yang katanya bisa meningkatkan produksi ASI itu. Sungguh iklan yang sangat menyentuh dan membuat iri. Dan setelah melahirkan, saya termasuk salah satu emak-emak yang baru menyadari bahwa iklan menyusui adalah mimpi, ambisi, sekaligus delusi dalam dunia emak-emak.

Sewaktu baru merencanakan kehamilan, saya pikir semua akan berjalan lurus. Di dalam angan-angan, saya yang waktu itu habis melahirkan langsung langsing dan cantik, sedang menyusui bayi yang sedang setengah terpejam. Setelah dedek bayi tertidur pulas, saya kembali mengurus cucian piring ditemani lagu A Whole New World. Ternyata ini memang hanya jadi angan-angan. Rupanya, saya dan iklan menyusui tak ubahnya seperti jomblo yang selalu ditemani drama Korea di malam Minggu.

Setelah punya dedek bayi, saya baru mengetahui beberapa fakta yang mungkin selama ini hampir selalu disembunyikan mamah muda yang selalu terlihat bahagia di Instagram. Di balik rasa lega karena sudah selamat menghantarkan manusia baru ke bumi yang sudah penuh sesak ini, ada perubahan fisik, hormon, serta tingkah laku yang turut serta hadir memeriahkan bahtera kehidupan dengan status baru sebagai seorang ibu.

Kenyataan soal bayi yang seringkali menganggap malam sebagai waktu untuk merayakan kehidupan dan siang sebagai waktu untuk bobo cantik, juga baru saya ketahui setelah memiliki anak sendiri. Seiring waktu, kita pun harus melatih skill baru yakni meletakkan bayi yang sudah tertidur di gendongan ke kasur tanpa terbangun. Saya juga harus terbiasa untuk makan, mandi, dan buang air dalam suasana hectic, karena dirongrong tangisan bayi yang tak ingin terpisah dari emaknya barang semenit. Sungguh emak keluarga Halilintar adalah sosok yang warbiasah. 

Fakta lainnya yang juga tidak pernah dibahas adalah rasa sakit ketika pertama kali menyusui. Yah, gegara melihat emak cantik di iklan yang selalu memasang wajah tersenyum saat menyusui, saya pun tak pernah tahu tentang resiko mastitis atau lecet pada payudara saat pertama kali menyusui. Seharusnya emak-emak di iklan tidak memasang wajah tersenyum sumringah dong ketika menyusui bayinya di depan kamera! Atau setidaknya tolong buat satu mata kuliah yang membahas semua hal ini, sehingga para mahasiswa yang sedang galau karena revisian skripsi tidak mengeluh, ”Mending nikah aja daripada ngerjain skripsi!”.

Tapi hal lain yang jelas jadi penderitaan utama ibu baru ialah stigma sosial yang kadang suka kelewatan. Bahkan, sindiran halus pun bisa membuat ibu sakit hati. Misalnya celetukan tak berarti seperti, “Kok gendutan, ya?”

Saran saya kalau ada yang nyeletuk begini segera sodorkan Undang-undang no 19 tahun 2016 tentang pidana body shaming dengan ancaman penjara maksimal empat tahun dan denda 750 juta rupiah. Yah, EMPAT TAHUN untuk celetukkan “Kok gendutan ya?”. Mamam! Wuahahahaha (ketawa jahat).

Sebenarnya, ada alasan khusus kita semua mesti menjaga kata serta perilaku di depan ibu pasca melahirkan. Secara teori ibu yang sedang mengalami proses melahirkan memang mengalami proses pasang surut hormon yang lumayan signifikan. Saat melahirkan, ibu akan mengalami tumpahan hormon endorfin untuk membantu tubuhnya sendiri mengurangi rasa sakit. Setelah itu, pada hari ketiga hormon ini akan menyusut tajam diikuti dengan hormon lainnya seperti estrogen dan progesteron. Pada momen seperti inilah, kaum emak-emak newbie di seluruh dunia akan rentan mengalami depresi. 

Baca Juga:

Sambatan Seorang Ibu Anak Satu Pasca Persalinan SC ERACS: Ini Salah, Itu Salah, Situ Emang Bayarin Biaya Persalinan?

Anatomi Perasaan Ibu oleh Sophia Mega: Ibu Tak Harus Selalu Sempurna

Secara empiris, saya pun mengalami hal ini. Ringkasnya, selama beberapa hari setelah melahirkan saya menjadi pribadi yang mudah sekali menangis. Apalagi setelah buka instagram dan melihat bahwa teman-teman saya sedang jalan-jalan cantik ke Korea sementara saya mandi saja belum sempat. Rambut acak-acakan, rumah acak-acakan, jiwa pun berantakan. Memang benar ungkapan bahwa kita akan bersedih ketika teman sedang mengalami petaka, tapi jauh lebih sedih lagi kalau mereka lebih bahagia.

Tapi, berkaca dari semua keluhan tentang betapa tidak enaknya jadi emak newbie, masih lebih tidak enak lagi menjadi perempuan yang merindukan status jadi emak-emak tapi belum jua diberikan kesempatan. Mungkin, dibalik perjuangan yang memang tak mudah itu, kita mesti banyak-banyak bersyukur.

Semua masalah pasti ada solusinya, katanya sih begitu. Kalau cuma harus jadi sedikit jelek, gendut, dan acak-acakan demi melihat buah hati yang bisa tumbuh dengan bahagia, mungkin itu hanyalah sebuah pengorbanan yang nilainya amat kecil.

Sementara itu, bisakah setidaknya bintang iklan ibu menyusui memakai sedikit realita dengan menggunakan artis yang dibuat sedikit jelek, gendut, dan acak-acakan?

Terakhir diperbarui pada 20 Januari 2022 oleh

Tags: air susu ibuasiiklan susumelahirkanmenyusuiwanita hamil
Rian Andini

Rian Andini

ArtikelTerkait

Emak-emak Sufor Melawan Sinisme Fanatikus ASI

Emak-emak Sufor Melawan Sinisme Fanatikus ASI

27 Maret 2023
pengalaman menemani kucing melahirkan persiapannya apa saja cara mendampingi tanda-tanda kucing melahirkan mojok.co

Pengalaman Berkali-kali Membantu Kucing Melahirkan

29 Agustus 2020
sunat

Tentang Sunat dan Melahirkan: Mana yang Lebih Sakit?

31 Juli 2019
3 Kalimat yang Haram Diucapkan pada Ibu Hamil Terminal Mojok

3 Kalimat yang Haram Diucapkan pada Ibu Hamil

4 Februari 2023
Menahan Sakit Melahirkan dan Rasa Rindu Setelahnya mojok.co/terminal

Menahan Sakit Melahirkan dan Rasa Rindu Setelahnya

11 Maret 2021
Bidan: Dewi Penyelamat yang Nyata bagi Orang Desa

Bidan: Dewi Penyelamat yang Nyata bagi Orang Desa

30 April 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.