Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Dulu Saya Kira Anak Teater Itu Gila, Eh Ternyata Memang Beneran Gila

Dyan Arfiana Ayu Puspita oleh Dyan Arfiana Ayu Puspita
13 Mei 2020
A A
anak teater lautan jilbab teater emha ainun nadjib drama pementasan mojok

anak teater lautan jilbab teater emha ainun nadjib drama pementasan mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Orang seni itu nyentrik. Apalagi kalau mengerucut ke seni peran atau teater. Langsung, deh, diidentikkan dengan rambut gondrong, berantakan, ketawa keras, dan baju dominasi warna hitam. Seolah semuanya seperti itu. Padahal ya tidak. Anak teater yang rapi dan wangi juga banyak. Kalau baju hitam sih memang untuk kebutuhan panggung, terutama mereka yang kebagian tugas di belakang, seperti kru lighting, properti, make up, dll.

Mungkin karena jumlah yang rapi dan wangi ini lebih sedikit dibanding yang gondrong dan berantakan, banyak juga orang yang menganggap mereka yang tergabung dalam teater adalah orang-orang gila. Hahaha….

Dulu, saya pun mikir seperti itu. Anak teater itu gila. Dan setelah terjun langsung, ehhh ternyata benar. Lebih tepatnya: harus “gila”.

Sabar, sabar…. Pernah dengar perluasan makna alias generalisasi, tak? Bahwa ada kata-kata tertentu yang mengalami pergeseran makna dari yang semula bermakna khusus menjadi umum. Contoh, kata “bapak”. Dulu kata “bapak” merujuk kepada kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah. Tapi sekarang, kata “bapak” bisa digunakan untuk menyebut laki-laki yang sudah berumur atau yang kita hormati.

Nah, begitu pun dengan gila. Gila ini tidak hanya digunakan untuk menggambarkan orang yang punya gangguan mental, telanjang, dan cengar-cengir sendiri di pinggir jalan. Tidak. Tapi mereka yang bisa berpikir dan bertindak out of the box juga bisa disebut gila. Tentunya gila yang positif, dong, seperti gilanya anak-anak teater.

Ada beberapa alasan kenapa anak teater itu harus gila.

#1 Supaya bisa mendalami peran

Main teater itu gampang-gampang susah. Gampang kalau pas kebetulan dapat peran yang mudah. Jadi pohon di pinggir jalan, misalnya. Kan tinggal berdiri doang. Tidak ada dialog dan tidak harus cerdas soal bloking. Atau dapat peran yang aman. Jadi tokoh ibu, teman yang baik, atau jadi redaktur sekalipun: aman. Bayangkan kalau kebagian jatah peran yang ajaib? Jadi psikopat atau transgender, misalnya. Atau bisa juga peran yang dialognya sedikit, tapi banyak main gerak dan ekspresi. Wow. Cuma “orang gila” yang bisa seperti itu. Cuma orang yang gila berproses kreatif juga yang tahu bagaimana cara menghidupkan suatu karakter dan meninggalkan kesan bagi penonton setelah pertunjukan usai.

#2 Bisa improvisasi

Pertunjukan teater bukan seperti syuting film yang bisa di retake ketika terjadi kesalahan. Sekali layar panggung terbuka, sekali itu pula kesempatan untuk bermain dengan baik. Apa yang terjadi di atas panggung, itulah yang penonton lihat. Sayangnya, tidak ada kesalahan dalam pertunjukan teater, adanya improvisasi. Itu sebabnya dibutuhkan orang-orang gila yang bisa segera berimprovisasi manakala terjadi salah atau lupa dialog.

Baca Juga:

Sisi Lain Jasa Joki Skripsi yang Nggak Banyak Orang Tahu, dari Hukum sampai Elitenya Remuk Bukan Main!

10 Aktor Korea Ahjussi yang Tetap Eksis di Layar Kaca, Buktikan Usia Cuma Angka!

Dalam sebuah lakon “Alis” yang pernah saya sutradarai, misalnya. Ada adegan istri bertengkar hebat dengan suami. Jadi ceritanya si suami protes gara-gara punya istri kok seharian di meja riasss mulu, sampai lupa kewajiban sama suami dan anak.

Nah, setelah dimarahi, si istri ini kembali duduk di depan meja riasnya dengan emosi yang sudah di ubun-ubun. Namanya juga orang sedang kesel, duduknya tidak mungkin halus, dong…. Duduknya pasti… apa, ya? Tiba-tiba dan mengentak, gitu. Ngosog, kalau kata orang Tegal. Tahu tidak yang terjadi setelahnya? Kursi meja riasnya patah, gaesss… hahaha…. Untung tokoh istri bisa improvisasi, jadi tidak terlihat kalau itu adalah suatu kesalahan. Penonton mengira kursi patah itu memang bagian dari skenario. Ini tidak akan terjadi andaikan pemainya tidak gila.

#3 Kesegaran ide

Menggarap pertunjukan teater dibutuhkan ide-ide yang segar. Apa temanya? Di mana konfliknya? Bagaimana setting-nya? Selama yang menggarap tidak gila, ya pertunjukannya gitu-gitu aja. Lagi-lagi soal cinta, lagi-lagi rebutan warisan. Bosen. Itu sebabnya dibutuhkan orang-orang gila yang bisa berpikir out of the box. Tidak hanya penulis naskah, sutradara, dan pemain, tapi gila ini juga berlaku untuk semua elemen yang terlibat dalam pertunjukan: lighting, kostum, penata musik, dll. Ketika kegilaan untuk berkreasi ini terpenuhi, maka pertunjukan teater yang berkesan dapat terwujud.

Ngomong-ngomong, kapan terakhir kali kamu dan dia nonton teater?

Sumber gambar: Wikimedia Commons

BACA JUGA Pementasan Teater dan Hal-Hal yang Terjadi Setelahnya dan tulisan Dyan Arfiana Ayu Puspita lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Mei 2020 oleh

Tags: aktorperanTeater
Dyan Arfiana Ayu Puspita

Dyan Arfiana Ayu Puspita

Alumnus Universitas Terbuka yang bekerja sebagai guru SMK di Tegal. Menulis, teater, dan public speaking adalah dunianya.

ArtikelTerkait

Jang Nara Main Drama Bareng Jung Yong Hwa, 'Sell Your Haunted House' Layak Masuk Daftar Drakor yang Wajib Ditonton terminal mojok

Jang Nara Main Drama Bareng Jung Yong Hwa, ‘Sell Your Haunted House’ Layak Masuk Daftar Drakor Tahun 2021 yang Wajib Ditonton

30 April 2021
Rekomendasi 7 Drama Korea yang Diperankan Chungmuro’s Blue Chip Terminal Mojok

7 Drama Korea yang Diperankan Chungmuro’s Blue Chip

26 April 2022
Mempertanyakan Totalitas Akting Aktor dan Aktris dalam Drama Korea terminal mojok (1)

Menguak Alasan Totalitas Akting Aktor dan Aktris dalam Drama Korea yang Nggak Ngadi-ngadi

5 April 2021
perfilman

CGI di Perfilman Indonesia yang Semakin Baik dan Patut Diapresiasi

3 September 2019
Kandungan Vitamin Nicholas Saputra, Langka dan Nggak Dijual di Apotek terminal mojok

Kandungan Vitamin Nicholas Saputra, Langka dan Nggak Dijual di Apotek

8 Juli 2021
Mahesh Babu, Artis India yang Semestinya Digandrungi Orang Indonesia terminal Mojok

Mahesh Babu, Artis India yang Semestinya Digandrungi Orang Indonesia

22 Desember 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas Mojok.co

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

13 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.