Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Sidoarjo yang Membuat Wisatawan Bertanya-tanya, Antara Resah dan Heran karena ini Bukan Kabupaten tapi Kota yang Menyamar

Andre Rizal Hanafi oleh Andre Rizal Hanafi
28 Oktober 2025
A A
Sidoarjo yang Nyatanya Membuat Wisatawan Resah dan Heran (Unsplash)

Sidoarjo yang Nyatanya Membuat Wisatawan Resah dan Heran (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Pertama kali main ke Kabupaten Sidoarjo, saya kaget. Serius, kaget beneran. Kabupaten yang secara geografis cuma nempel di sebelah timur Surabaya itu rasanya lebih pantas disebut “kota kecil” daripada “kabupaten”.

Bayangin, di sini sudah ada mall-mall besar, restoran cepat saji macam McD, KFC, Burger King, sampai tempat nongkrong kekinian yang kalau difoto pasti dikira tempatnya di tengah Kota Surabaya.

Sebagai orang yang berasal dari Kendal, Jawa Tengah, kabupaten yang letaknya juga nempel banget di Semarang saya jadi merasa sedikit minder. Soalnya, di Kendal, mall besar aja belum ada. Kalau mau ngerasain suasana kota, ya harus melipir dulu sejam ke Semarang.

Di sana baru bisa makan McD sambil pura-pura ngerjain tugas biar keliatan sibuk kayak mahasiswa produktif. Tapi di Sidoarjo? Orang-orangnya nggak perlu ke Surabaya buat ngerasain “jadi orang kota.” Semuanya sudah ada di sini.

Mau belanja ke mall bisa, nongkrong di kafe juga banyak pilihannya, bahkan mau makan burger atau ayam goreng tepung pun tinggal melangkah dikit. Sidoarjo ini kayak kota satelit yang bener-bener berkembang, tapi tetap punya suasana kabupaten yang hangat dan tenang.

Padahal ini bukan kali pertama saya melewati Sidoarjo. Dulu, setiap kali bepergian ke Bali atau pulang dari sana ke Kendal, pasti lewat sini.

Tapi cuma lewat, nggak pernah berhenti. Baru kali ini saya beneran mampir padahal saya punya banyak teman di Sidoarjo. Dan, ya, pengalaman pertama saya ternyata meninggalkan kesan mendalam.

UMK Sidoarjo bikin kaget, harga makanannya bikin senyum

Salah satu hal yang bikin saya heran dan bengong adalah ketika tahu UMK 2025 tembus Rp4.940.090. Itu hampir dua kali lipat UMK Kendal yang cuma Rp2.783.455. Saya sempat mikir, “Waduh, pasti harga-harga di sini mahal dong.” Tapi ternyata tidak. 

Baca Juga:

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

Waktu saya mampir makan bakso malang di pinggir jalan harganya cuma sepuluh ribu. Sepuluh ribu! Dan itu bukan porsi “ala-ala” yang berisi bakso 2 biji tapi semangkuk penuh bakso, tahu, mie, dan pangsit. Rasanya? Enak banget, gurih, dan bikin kenyang.

Bandingkan dengan di Kendal, harga makanan semacam itu sudah mentok di lima belas ribu ke atas. Padahal dari segi UMK-nya jauh lebih kecil. 

Teman saya di Sidoarjo bilang, rata-rata harga makanan pinggir jalan di sini memang sekitar Rp10 sampai Rp20 ribu, tergantung menunya. Katanya, di Jawa Timur, makanan pinggir jalan memang cenderung lebih murah dibanding makanan di Jawa Tengah.

Entah kenapa, mungkin karena daya saing warungnya tinggi atau karena masyarakatnya punya budaya kuliner yang kuat. Tapi yang jelas, buat saya yang doyan makan, itu merupakan sebuah kabar yang baik.

Lontong kupang: Cinta pada suapan pertama

Sebelum berangkat ke Sidoarjo, saya sudah bertekad saya harus makan lontong kupang. Itu makanan khas yang sering saya dengar tapi belum pernah saya coba. Begitu sampai, teman saya langsung ngajak makan itu. Katanya, “Kamu belum ke Sidoarjo kalau belum makan lontong kupang.”

Begitu sepiring lontong kupang disajikan di depan saya, aromanya langsung menggoda. Isinya sederhana lontong, kupang (sejenis kerang kecil), siraman kuah bening gurih, sambal, dan perasan jeruk nipis. Sekilas tampak biasa saja, tapi setelah suapan pertama, rasanya langsung nempel di ingatan. Segar, gurih, dan unik.

Kupangnya kecil-kecil tapi rasanya kuat, kuahnya ringan tapi berasa lautnya. Saya langsung paham kenapa makanan ini begitu disukai warga Sidoarjo. Apalagi kalau dimakan siang siang di warung pinggir jalan, ditemani angin sepoi dan suara motor lalu-lalang. Rasanya seperti menemukan bentuk sederhana dari kebahagiaan.

Lapis kukus, bakso sepuluh ribuan, dan nongkrong di gedung terbengkalai yang aneh tapi nyaman

Sebelum pulang, saya dikasih oleh-oleh lapis kukus Pahlawan. Teman saya bilang, ini salah satu oleh-oleh yang lagi naik daun di Sidoarjo.

Saya juga sempat nongkrong di sebuah tempat agak nyentrik gedung terbengkalai yang jadi tempat parkir armada yang saya pakai untuk ke Sidoarjo sebelum diculik teman saya untuk jalan jalan berkeliling Sidoarjo.

Anehnya, meski terbengkalai, tempat itu rame banget buat nongkrong. Ada yang jual kopi, bakso, gorengan. Suasananya santai dan akrab, kayak versi “underground” dari tempat nongkrong modern.

Dari sanalah saya beli bakso sepuluh ribuan tadi. Saya makan sambil ngobrol ngalor-ngidul, sesekali denger musik dari speaker kecil dan TV 14 inch milik penjual kopi yang anehnya malah pada nonton pertandingan Arema FC vs Borneo FC bukan menonton pertandingan antara tim asal Sidoarjo Deltras vs PSIS.

Entah kenapa, suasana semacam itu justru lebih menyenangkan daripada nongkrong di kafe ber-AC.

Kabupaten serba dekat

Hal lain yang bikin saya makin kagum, ternyata Sidoarjo ini secara infrastruktur juga sangat strategis. Kalau naik kereta dari Semarang, tinggal turun di Stasiun Pasar Turi Surabaya, terus pindah ke Gubeng dan naik semacam KRL ke Stasiun Sidoarjo. Tiketnya cuma Rp8 ribu. Murah banget.

Belum lagi, Terminal Bungurasih yang banyak orang kira ada di Surabaya ternyata letaknya di Sidoarjo. Bahkan Bandara Juanda yang katanya bandara yang berada di Surabaya itu juga sebenarnya masuk wilayah Sidoarjo. 

Jadi, kalau dipikir-pikir, Sidoarjo ini seperti pintu gerbang besar ke Jawa Timur bagian timur. Semua lalu lintas manusia dan barang seolah melewati kabupaten ini.

Di Sidoarjo, bahasanya kasar tapi orangnya ramah

Kalau ngomong soal orangnya, masyarakat Sidoarjo itu khas banget. Dialek mereka arek, yang buat telinga orang Jawa Tengah terdengar agak “kasar” di awal.

Banyak kata “cok”, intonasi tinggi, dan gaya bicara yang lugas. Tapi di balik itu, mereka sebenarnya sangat ramah dan terbuka.

Saya beberapa kali disapa orang di warung, padahal baru kenal. “Dari mana, cak?” tanya mereka sambil senyum. Obrolan pun ngalir, entah soal cuaca, makanan, sampai cerita receh tentang macet di Porong. Saya merasa disambut dengan hangat.

Karena saya punya banyak teman di Jawa Timur, saya sudah terbiasa dengan dialek arek ini. Jadi nggak terlalu kaget, malah justru merasa akrab. Bahasa yang terdengar keras itu ternyata menyimpan kehangatan.

Kabupaten rasa kota yang bikin betah

Kalau dipikir-pikir, Sidoarjo ini memang menarik. Secara administratif kabupaten, tapi vibes kabupaten inj sudah seperti kota.

Fasilitasnya lengkap, infrastrukturnya maju, tapi suasana manusianya masih khas masyarakat kabupaten yang  ramah, ringan, dan nggak terburu-buru. Saya sempat mikir, kalau semua kabupaten berkembang seperti ini, mungkin urbanisasi ke kota besar bisa berkurang.

Orang nggak perlu pindah ke Surabaya buat cari suasana modern, cukup di Sidoarjo saja sudah cukup segalanya. Ada mall, ada makanan enak, ada tempat nongkrong, tapi juga ada ketenangan khas kabupaten.

Rencana kembali ke Sidoarjo

Perjalanan singkat itu akhirnya bikin saya pengin balik lagi. Waktu itu saya cuma sebentar, belum sempat keliling banyak tempat.

Belum sempat juga nyobain ote-ote Porong, makanan khas Sidoarjo lain yang katanya bikin nagih. Jadi saya sudah janji ke diri sendiri, suatu saat nanti, saya harus balik ke sini.

Tujuan pertama tentu saja makan lontong kupang lagi. Setelah itu baru berburu ote-ote Porong dan mungkin jalan-jalan ke Alun-Alun Sidoarjo.

Kalau sempat, pengin juga ngopi di warung tenda tempat saya makan bakso tempo hari. Tempat sederhana yang entah kenapa sekarang selalu muncul di kepala kalau saya kangen suasana santai.

Sidoarjo mungkin bukan kota tujuan wisata utama di Jawa Timur, tapi buat saya, ia punya daya tariknya sendiri. Perpaduan antara kemajuan kota dan keramahan kabupaten itu jarang banget ada. Mungkin karena itu juga, begitu meninggalkan Sidoarjo, saya sempat mikir pelan-pelan:

“Walaupun bukan kota asalku, tapi di Sidoarjo rasanya kayak dirumah sendiri.”

Penulis: Andre Rizal Hanafi

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Sidoarjo Cocok untuk Perintis, Tak Harus Kerja Keras di Jakarta Sampai Mental Rusak

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 28 Oktober 2025 oleh

Tags: bandara juandagubengjawa timurkuliner khas Sidoarjolontong kupangPorong SidoarjoSidoarjoStasiun Pasar Turi SurabayaSurabayaterminal bungurasih
Andre Rizal Hanafi

Andre Rizal Hanafi

Pemuda dari Kendal yang dulunya kuliah perhotelan tapi sekarang lebih sering nulis dan tidur siang. Bisa diajak diskusi soal telur gosong dan masa depan yang gagal diracik.

ArtikelTerkait

Meski Jalan Rusaknya Abadi, Lamongan Punya WBL dan Mazola yang Jauh Lebih Bagus ketimbang Seluruh Wisata di Surabaya

Meski Jalan Rusaknya Abadi, Lamongan Punya WBL dan Mazola yang Jauh Lebih Bagus ketimbang Seluruh Wisata di Surabaya

23 Desember 2024
Depot Bebek Bang Arif Surabaya: Warung Bebek Enak yang Mampu Menandingi Bebek Purnama, Saya Jamin!

Depot Bebek Bang Arif Surabaya: Warung Bebek Enak yang Mampu Menandingi Bebek Purnama, Saya Jamin!

2 Maret 2024
Panduan Mengenalkan Kabupaten Ngawi Jawa Timur pada Masyarakat Awam yang Buta Jawa Timur

Panduan Mengenalkan Kabupaten Ngawi pada Masyarakat Awam yang Buta Jawa Timur

25 Januari 2024
Meromantisisasi Lamongan Adalah Hal yang Mustahil, Kota ini Tercipta untuk Dicintai Apa Adanya

Meromantisisasi Lamongan Adalah Hal yang Mustahil, Kota Ini Tercipta untuk Dicintai Apa Adanya

17 Mei 2024
Surabaya Memang Kekurangan Tempat Wisata, tapi Tidak Pernah Kekurangan Warkop

Surabaya Memang Kekurangan Tempat Wisata, tapi Tidak Pernah Kekurangan Warkop

5 Juli 2024
Jogja, Surabaya, Malang Bodoh kalau Rebutan Status Kota Pelajar (Unslash)

Debat Kusir Surabaya vs Jember vs Malang Memperebutkan Status Kota Pelajar Jogja Adalah Kebodohan Belaka

10 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Saya Sudah Menyerah Recook Resep Viral TikTok dan Instagram. Mending Beli, Jelas Lebih Murah dan Enak!

Saya Sudah Menyerah Recook Resep Viral TikTok dan Instagram. Mending Beli, Jelas Lebih Murah dan Enak!

6 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.