Sepertinya sudah jadi rahasia umum, mahasiswa S2 UGM itu kebanyakan bukan lulusan S1 UGM. Sebelum membahas lebih lanjut, saya ingin menegaskan, tulisan ini tidak bermaksud mengecilkan program S2 UGM. Apalagi memandang sebelah mata mahasiswa yang tidak berasal dari UGM.
Saya hanya penasaran, alasan apa saja yang membuat lulusan S1 UGM cenderung kurang berminat melanjutkan studi S2 di UGM. Dan, rasa penasaran ini sedikit banyak terjawab ketika saya menempuh studi di sana.
Lebih memilih studi di luar negeri daripada di S2 UGM
Melanjutkan studi di luar negeri tidak salah memang. Bagus malah. Orang-orang jadi terpapar pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas. Dan, itulah yang banyak dikejar oleh lulusan S1 UGM.
Tidak mengherankan sih, sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia, PTN satu ini punya banyak jaringan dengan kampus luar negeri. Kesempatan mahasiswa untuk bisa melanjutkan studi ke luar negeri pun semakin besar. Selain ada kesempatan, melanjutkan S2 di luar negeri dipilih demi akselerasi karier dan mengantongi kredibilitas internasional.
Sulit dimungkiri, melanjutkan kuliah di luar negeri memang terdengar jauh lebih mentereng. Selain pamor yang lebih oke, kuliah di luar negeri setidaknya jadi bukti kemampuan bahasa Inggris nggak abal-abal.
Jujur saja, saya pun sebenarnya punya minat melanjutkan studi di luar negeri. Hanya saja, belum ada kesempatan yang pas dan terkendala biaya. Jalan tengahnya, saya sempat ambil program pertukaran pelajar. Setidaknya, saya sempat mencicipi sedikit pengalaman belajar di luar negeri.Â
Baca halaman selanjutnya: Kurang prestisius karena …




















