Keluhan dan unek-unek ini sudah lama saya pendam. Iya, ini tentang tarik tunai, kedengarannya sekilas tidak ada masalah. Tapi masalahnya bagi saya ada di tempat pengambilan uang itu sendiri. Beda tempat, beda kenyamanan. Mau di ATM, atau di BRI Link, sama saja. Yang penting tujuannya kita, ngambil uang, tercapai. Namun, lagi-lagi masalahnya bukan di tercapainya tujuan, tapi di kenyamanan.
Sebagai nasabah BRI kelas rakyat yang sering bolak-balik antara ATM dan BRI Link, saya menyadari betul perbedaan dari keduanya. Dan saya merasakan lebih nyaman ambil uang di ATM daripada di BRI Link. Bukan hanya kenyamanan soal teknis, tapi ada suasana yang berbeda.
Inilah lima alasan kenapa bagi saya (mungkin juga rakyat Indonesia lain) ATM lebih nyaman dari pada BRI Link.
Tanpa disadari, biaya admin di BRI Link membuat dompet sedikit menjerit
Saya kira ini persoalan penting yang harus dibicarakan. Biaya admin adalah hal paling sensitif di dunia perbankan. Terlebih, biaya admin di BRI Link. Pasalnya, biaya admin BRI Link bisa membuat kalian berpikir dya kali, soalnya bisa seharga es teh.
Murah? Iya. Tapi, kalikan, katakanlah, 10 kali. Terasa tuh.
Kalau mengambil di ATM, apalagi di mesin yang satu jaringan, kadang bisa gratis. Ini sederhana, dan sepele, tapi kalau ngambilnya di tanggal tua, ambil di ATM bisa merasa dapat bonus. Kalau di BRI Link, yang namanya uang seratusan, sudah menjadi pecahan seribu dua ribuan, buat bayar admin.
Pernah di suatu waktu, saya ke BRI Link yang sama dengan sebelumnya. Yang menjadi agennya, sekarang orang yang berbeda. Di situ saya mengumpat dengan sangat ikhlas. Soalnya nggak jelas banget, wong sebelumnya biaya adminnya lima ribu, sudah naik aja ke tujuh ribu. Padahal saya narik sama nominalnya, alasan dia karena mesinnya baru isi saldo. Saya mikir, ini transaksi bank apa jual pulsa? Angel.
ATM cuma mesin, jadi dia tidak bisa marah atau bikin marah
Kita tahu, secerdas-cerdasnya mesin, ia tidak punya emosi. Ini termasuk aspek yang saya syukuri dari teknologi modern. Anggak ngeri juga, kalau misalnya kita salah memasukkan pin, atau kartu kita nggak segera dicabut, dibentak-bentak sama mesin ATM.
Untungnya ATM kalau kita salah pencet misalnya, ya tinggal ulang. Nggak ada selama saya ambil uang di ATM, mukanya berubah, tatapan matanya yang mau meledak, atau mulutnya manyun. Hal semacam itu paling kamu temui di agen BRI Link (nggak semua, ya).
Pengalaman pertama (berarti masih belum mengerti cara mainnya) ke BRI Link, saya sampai dibilang gaptek. Pasalnya saya tidak tahu pas ditanya “bayar dalam apa luar?” yang sering transisi mukanya yang sangat cepat ketika ramai, dari yang awalnya ramah, jadi pengen pulang aja. Makanya kalau di ATM, perasaan saya tidak ada rasa takut kena marah, atau ditatap sinis dan jutek.
ATM mana pun ada AC-nya, BRI Link mengandalkan kipas
Seperti yang saya sebut di awal, urusan tempat itu sangat penting. Seperti ATM yang suasananya adem ber-AC. Di dalamnya tenang, tidak ramai. Sering saya di dalam masih refleksi keuangan sambil mikir, “Kalau ambil sekian cukup nggak ya buat seminggu?”
Memang ada BRI Link yang ada AC-nya. Tapi itu tidak banyak saya temukan. Dari beberapa BRI Link yang saya kunjungi, hanya kipas angin yang tidak berputar, fokus ke kepala agen. Jadi saya tidak kebagian anginnya, hanya merasakan bau kepalanya sang agen. Sekalipun ada yang mengarah ke nasabah, angin kipasnya malah terasa panas.
Keamanan serasa terancam
Selama ini belum terjadi sih. Hanya perasaan dan pikiranku aja yang terlalu liar. ATM dan BRI Link sama-sama ada CCTV. Dengan menyerahkan kartu ke agen, pencet pin, kadang imajinasiku tidak tenang. Sekalipun di ATM juga sebenarnya ada potensi tidak aman.
Tapi nggak tau juga, di BRI Link, rasa waswas itu selalu ada. Takut uang yang dikasih itu palsu lah, dataku disimpan terus disalahgunakan lah, pokoknya ada aja. Saya tau itu sebenarnya berlebihan, tapi tetap aja buat nggak tenang. Ini berlaku buat saya sendiri mungkin ya.
BRI Link berhasil mengacaukan psikologi saya
Dan ini mungkin sifat buruk saya sendiri. Kalau sudah pegang uang banyak, terus lihat banyak koleksi barang, dan varian rasa dari aneka makanan, paling tidak bisa saya mengabaikannya. Pasti habis ambil uang, muter dulu di dalam. Awalnya mau lihat-lihat aja, tapi tetap aja saya tidak tahan lihat isi kulkas es krim.
Mayoritas agen BRI Link saya jumpai banyak yang menaruh jualannya di meja depan atau dalam ruangannya. Bermacam-macam cemilan sampai perabotan rumah lengkap. Saya mikir ini bank mini apa minimarket. Nyaris godaannya persis sama. Akhirnya, uang yang baru diambil, langsung menjadi separuh, atau menjadi pecahan hasil kembalian dari kasir.
Terakhir, saya nggak bilang BRI Link itu jelek. Karena memang keberadaannya sangat membantu daerah yang jauh dari ATM. Tapi kalau disuruh memilih dan ingin menarik tunai dengan nyaman dan “tenang”, ATM masih menjadi pilihan saya.
Penulis: Thoha Abil Qasim
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Penderitaan Nasabah Bank BRI: Mulai dari Ribetnya Setor Tunai sampai Disangka Petani oleh Netizen
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















