Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Otomotif

Kereta Pasundan: Selamat Tinggal Kursi Tegak dan Adu Dengkul

Nisrina Ridiani oleh Nisrina Ridiani
7 September 2025
A A
Kereta Pasundan: Selamat Tinggal Kursi Tegak dan Adu Dengkul

Kereta Pasundan: Selamat Tinggal Kursi Tegak dan Adu Dengkul (Muhammad Rizky Pratama via Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

Kereta Pasundan sekarang sudah berubah. Nggak bikin punggung pegal dan adu dengkul lagi~

Kursi tegak 90 derajat adalah ikon dari kereta ekonomi. Tentu saja ini berlaku untuk kereta ekonomi dengan harga tiket di bawah Rp100 ribu. Sekilas, kursi ini tampak baik-baik saja, bahkan cukup nyaman diduduki. Tapi coba deh duduk selama 1 jam, bukannya nyaman, tubuh kalian perlahan jadi kesemutan.

Kenangan kereta Pasundan versi lama

Adalah kereta Pasundan, angkutan ekonomi kursi tegak yang sejak lama mengantarkan penumpang dari Bandung ke Surabaya, begitu juga sebaliknya. Bagi saya, kereta ini merupakan salah satu angkutan yang sering saya naiki dari masa kuliah hingga bekerja. Untuk menuju Kota Bandung atau Jogja, kereta Pasundan kerap menjadi andalan. apalagi ketika saya masih menjadi mahasiswa yang dompetnya mengkis-mengkis.

Sejujurnya, kereta ini bisa saja nyaman dinaiki kendati harus terjebak berjam-jam. Dengan catatan, tidak sedang ramai penumpang. Setidaknya, meskipun kursinya tegak, kita masih bisa selonjoran bahkan rebahan di beberapa kursi kosong.

Namun saat penuh, jangan berharap banyak. Yang bisa dilakukan hanyalah pasrah dan berserah diri. Anggap saja kesemutan yang dialami karena beradu kaki dan menyigapkan kepala selama berjam-jam itu sebagai kifarat. Siapa tau kakinya menjadi berotot seperti atlet, yang penting jangan seperti halodek, hehehe.

Budaya kecil di kereta ekonomi

Saya merasa kereta ekonomi seperti kereta Pasundan memiliki nuansa yang unik, harganya yang murah menjadikan penumpangnya berasal dari berbagai kalangan. Kursinya yang berdempet dan berhadap-hadapan memudahkan percakapan menjadi mudah bergulir.

Awalnya mungkin hanya bertanya “turun di mana?”, selang beberapa menit, kita boleh jadi sudah jadi peserta kajian kilat atau bahkan jadi pendengar curhat gratisan. Yah, ini adalah hal yang lumrah di kereta ekonomi.

Saya akui, sebagai introvert, tentu saja adakalanya malas untuk mengobrol dengan orang asing. Tipsnya adalah selama kamu memiliki energi dan obrolan mengalir dengan baik, tidak ada salahnya untuk merespons dengan ramah dan tidak berlebihan.

Baca Juga:

Perjalanan Bersama Joglosemarkerto Mengubah Cara Saya Melihat Kereta Ekonomi

Sudah Saatnya KAI Menyediakan Gerbong Khusus Pekerja Remote karena Tidak Semua Orang Bisa Kerja Sambil Desak-Desakan

Bahkan, positifnya, ketika kita menjadi sedikit akrab, suasana akan berubah lebih cair. Ketika itu terjadi, percaya deh, risiko pegal bisa diminimalkan. Setidaknya, kalau sudah kenal kita jadi bisa senam kaki kecil-kecilan dan nggak begitu sungkan. Penyiksaan sepanjang jalan naik kereta ekonomi macam kereta Pasundan sedikit berkurang.

Kereta Pasundan New Generation

Berbeda dengan dulu, sejak tanggal 1 Agustus 2025, armada kereta Pasundan telah beralih menggunakan rangkaian kereta New Generation. Yap, saya menjadi penumpang kereta Pasundan dari harga tiket masih Rp88 ribu hingga dibanderol di kisaran Rp200-Rp300an ribu. Semakin jauh jarak yang ditempuh, harga tiketnya akan semakin mahal.

Kabar baiknya, Pasundan yang sekarang sudah gagah dengan kursi biru legamnya yang tidak lagi berhadapan. Kamu tidak perlu lagi risau kedapatan kereta mundur atau bahkan adu dengkul. Dapat dipastikan kursinya menjadi nyaman dan manusiawi untuk diduduki berjam-jam.

Gerbongnya menjadi harum terbebas dari aroma peluh dan pesing dari toilet di ujung koridor. Berbeda dengan mode lama, AC keret Pasundan New Generation lebih terasa dinginnya. Meskipun buat saya cukup, tapi terlihat beberapa penumpang kedinginan dan memilih mengenakan jaket.

Namanya boleh ekonomi, tetapi, sejujurnya kereta Pasundan New Generation tidak kalah dengan eksekutif. Dengan budget menengah kisaran Rp200-Rp300an, kereta ini dapat menjadi alternatif untuk menemani perjalananmu keliling Jawa Barat hingga Jawa Timur.

Harga kereta ekonomi yang melambung

Sayangnya, untuk tujuan Bandung-Surabaya, sudah tidak ada lagi kereta yang dibanderol dibawah Rp200 ribu. Kalau kamu adalah kaum mendang-mending, masih ada alternatif lain. Salah satunya dengan menaiki Kereta Kahuripan dari Bandung ke Jogja, kemudian beralih menaiki KA Sri Tanjung untuk menuju Surabaya.

Jika ditotal, kamu hanya akan mengeluarkan sebesar Rp170 ribu. Tentu saja dengan catatan menyiapkan diri untuk ikhlas duduk tegap selama berjam-jam. Sebagaimana pepatah ada harga, ada rupa. Dalam hal ini, harga tiket kereta Pasundan memang naik, tetapi cukup sebanding, bukan? Karena rasa capekmu juga ikut ditekan. Semoga saja kelak ada subsidi, jadi kita bisa tetap duduk nyaman di kereta tanpa memikirkan dompet yang semakin tipis.

Penulis: Nisrina Ridiani
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Kasta Kereta Api Kediri-Semarang, KA Majapahit Masih Jadi Juaranya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 7 September 2025 oleh

Tags: KA PasundanKA Pasundan New Generationkereta apikereta api pasundankereta ekonomikereta ekonomi premiumkereta new generation
Nisrina Ridiani

Nisrina Ridiani

Suka berenang, baca komik, dan menulis.

ArtikelTerkait

Pelabuhan Merak Bikin Sengsara Pengguna Kereta Api, Masak Harus Muter 2 KM Cuma buat Cetak Tiket?

Pelabuhan Merak Bikin Sengsara Pengguna Kereta Api, Masak Harus Muter 2 KM Cuma buat Cetak Tiket?

18 Desember 2023
Kenangan Naik Kereta Api Logawa Waktu Kecil: Jajan Pecel di Atas Kereta hingga Kemalingan Barang Bawaan

Kenangan Naik Kereta Api Logawa Waktu Kecil: Jajan Pecel di Atas Kereta hingga Kemalingan Barang Bawaan

18 Maret 2024
Juhachi Kippu: Cara Orang Jepang Keliling Negara Menggunakan Kereta

Juhachi Kippu: Cara Orang Jepang Keliling Negara Menggunakan Kereta

7 April 2022
KA Kahuripan, Kereta Murahan yang Jadi Anak Tiri PT KAI (Unsplash)

KA Kahuripan Adalah Kereta Murahan, yang Sekarang Menjadi Anak Tiri PT KAI: Gerbong Tua, AC Mati, Kursi Menyiksa

21 September 2025
Kisah Lokomotif Tua yang Teronggok di Depan SMK 2 Jogja yang Ternyata Lokomotif Paling Bersejarah Di Indonesia

Kisah Lokomotif Tua yang Teronggok di Depan SMK 2 Jogja yang Ternyata Lokomotif Paling Bersejarah Di Indonesia

25 Februari 2024
Matarmaja, Kereta Kebanggaan Warga Jawa Timur

Matarmaja, Kereta Kebanggaan Warga Jawa Timur

9 Juni 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.