Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Jangan Tergiur Bekerja di Cafe Perintis, Ini Kenyataan yang Jarang Terungkap

Muhammad Rizky Shorfana oleh Muhammad Rizky Shorfana
26 Agustus 2025
A A
Jangan Tergiur Bekerja di Cafe Perintis, Ini Kenyataan yang Jarang Terungkap

Jangan Tergiur Bekerja di Cafe Perintis, Ini Kenyataan yang Jarang Terungkap

Share on FacebookShare on Twitter

Banyak anak muda menganggap bekerja di cafe itu keren. Suasananya santai, dekat dengan kopi, banyak ketemu orang baru, dan rasanya seperti bagian dari gaya hidup urban. Tidak heran kalau banyak mahasiswa atau fresh graduate mencoba peruntungan di sana. Tapi tunggu dulu, kalau tempatnya masih berstatus perintis alias baru buka, siap-siap mentalmu diuji!

Cafe perintis biasanya lahir dari semangat besar pemiliknya. Mereka ingin menciptakan “tempat nongkrong baru” yang beda dari yang lain. Tapi di balik semangat itu, sering kali karyawanlah yang jadi korban. Bayangkan, kamu daftar jadi barista, tapi begitu masuk malah merangkap jadi kasir, pelayan, tukang cuci piring, sampai tukang sapu. Semua kerjaan dilimpahkan dengan alasan “tim kita masih kecil, semua harus saling bantu”. Kedengarannya manis, tapi praktiknya bikin badan rontok.

Yang bikin tambah miris, gajinya sering kali jauh dari kata layak. Ada yang dibayar di bawah UMR, padahal jam kerja bisa tembus 10 sampai 12 jam sehari. Giliran protes, jawabannya klasik: “anggap aja ini kesempatan belajar” atau “anggap ini investasi pengalaman.” Padahal itu cuma cara halus untuk bilang: sabar aja ya, tenagamu lagi dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Lingkungan kerja di cafe perintis yang (kadang) menyebalkan

Belum selesai sampai situ, tantangan di cafe perintis juga datang dari lingkungan kerja. Ada saja rekan kerja yang sok senioritas. Hanya karena masuk lebih dulu, dia merasa jadi “atasan bayangan.” Kerjaan berat dilempar ke anak baru, sementara dirinya sibuk mengatur-ngatur. Komunikasi pun jadi seret, suasana kerja yang seharusnya kompak malah penuh tensi.

Lalu, ada juga tantangan menghadapi pembeli yang sok mau sendiri. Dalam teori, setiap cafe pasti punya SOP: yakni, aturan yang jelas tentang melayani tamu, antrean, atau standar pelayanan. Tapi di cafe perintis, SOP itu sering hanya berhenti di kertas. Begitu ada pelanggan yang minta aneh-aneh, karyawan disuruh mengalah. Mau kursi digeser seenaknya, mau menu dimodifikasi di luar kemampuan, bahkan mau suasana cafe diatur sesuka hati. Semua dilayani, semua dituruti. Karyawan akhirnya jadi bulan-bulanan, bukan hanya fisik yang capek tapi mental juga terkuras.

Situasi seperti ini bikin kerja di cafe perintis terasa seperti bertarung di medan perang tanpa perisai. Aturan berubah-ubah, jam kerja tidak menentu, hak lembur diabaikan, dan yang tersisa hanyalah rasa lelah bercampur frustrasi. Istilah “suasana kekeluargaan” yang sering digaungkan pemilik pun sebenarnya hanya pemanis bibir. Nyatanya, tidak ada keluarga yang tega menyuruh anggotanya kerja rodi dengan bayaran yang minim.

Yang bikin khawatir, banyak anak muda masuk ke dunia ini tanpa sadar sedang dieksploitasi. Karena ingin pengalaman, mereka menerima semua perlakuan tidak adil. Mereka menganggap wajar kalau cafe baru masih semrawut. Padahal justru dari awal, sebuah bisnis harus bisa memperlakukan karyawan dengan wajar. Kalau sejak merintis saja sudah mengorbankan tenaga orang lain, bagaimana bisa bisnis itu berkembang dengan sehat?

Tidak semua, tapi tetap waspada

Tentu tidak semua cafe sama. Ada cafe yang profesional sejak awal, SOP jelas, gaji layak, dan jobdesk sesuai. Di sana, bekerja benar-benar bisa jadi pengalaman berharga. Tapi kalau bicara cafe perintis yang masih bingung arah, sering kali karyawanlah yang jadi tumbal.

Baca Juga:

Unek-unek Barista yang Tidak Tersampaikan ke Pelanggan Kafe yang Kurang Peka

5 Kebiasaan Barista yang Sebaiknya Dihindari supaya Pelanggan Semakin Nyaman

Karena itu, sebelum tergoda dengan iming-iming kerja di cafe baru yang katanya seru dan estetik, alangkah lebih baik untuk dipertimbangkan kembali terlebih dahulu. Jangan sampai kamu masuk ke dalam lingkaran pekerjaan tanpa aturan jelas, gaji seadanya, rekan kerja penuh drama, dan pelanggan yang maunya dituruti terus. Hidup sudah berat, jangan ditambah dengan kerjaan yang malah bikin mental drop.

Pekerjaan yang sehat bukan cuma soal gaji, tapi juga soal penghargaan. Karyawan berhak mendapatkan aturan kerja yang jelas, pembagian tugas yang masuk akal, dan perlindungan dari sikap semena-mena, baik dari manajemen maupun pelanggan. Kalau semua itu tidak ada, jangan ragu untuk bilang tidak.

Pada akhirnya, harus diakui bahwa bekerja di cafe memang bisa menjadi pengalaman menarik. Akan tetapi, kalau cafenya masih perintis dan semua masalah tadi ada di sana, lebih baik pikir seribu kali. Jangan biarkan kata-kata manis menutupi kenyataan pahit. Pilihlah tempat kerja yang benar-benar menghargai usahamu, bukan yang hanya menguras tenaga sambil berlindung di balik alasan “masih merintis”.

Penulis: Muhammad Rizky Shorfana
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh Menang Cepat dari Shinkansen Jepang, tapi Kalah Telak Soal Menjawab Kebutuhan Warga

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 26 Agustus 2025 oleh

Tags: baristagaji kerja di kafekafe barukafe perintiskerja di kafe
Muhammad Rizky Shorfana

Muhammad Rizky Shorfana

Mahasiswa Magister Akidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga, Menaruh perhatian atas isu-isu sosial

ArtikelTerkait

3 Syarat Utama yang Harus Dimiliki jika Ingin Menjadi Barista terminal mojok

3 Syarat Utama yang Harus Dimiliki jika Ingin Menjadi Barista

24 Juni 2021
Terkutuklah Pelanggan Coffee Shop yang Pesan Espresso, tapi Dituang ke Tumbler yang Sudah Berisi Es, Susu, bahkan Gula Aren!

Terkutuklah Pelanggan yang Pesan Espresso, tapi Dituang ke Tumbler yang Sudah Berisi Es, Susu, bahkan Gula Aren!

16 November 2023
Jangan Jadi Barista. Gajinya Kecil, Gengsinya Tinggi, Nggak ada Jenjang Karier pula! pendekar kopi

Pendekar Kopi, Pengacau Kafe dan Musuh Abadi para Barista Seluruh Dunia

23 Januari 2024
5 Hal yang Membuat Orang Jember Iri sama Jogja (Unsplash)

5 Hal yang Membuat Orang Jember Iri sama Jogja

14 Juli 2023
5 Kebiasaan Barista yang Sebaiknya Dihindari supaya Pelanggan Semakin Nyaman Mojok.co

5 Kebiasaan Barista yang Sebaiknya Dihindari supaya Pelanggan Semakin Nyaman

20 Januari 2025
ulang tahun

Orang yang Rayain Ultah dan Rusuh di Kedai Kopi Layak Dirujak Barista se-Indonesia

9 Maret 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.