Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Kenapa Para Penulis Harus Muntab Kalau Bukunya Dibajak?

Aly Reza oleh Aly Reza
1 April 2020
A A
Wattpad Menunjukan Betapa Menyedihkan Selera Kebanyakan Pembacanya terminal mojok.co

Wattpad Menunjukan Betapa Menyedihkan Selera Kebanyakan Pembacanya terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Ramai-ramai di media sosial para penulis yang mengungkapkan kekesalannya lantaran beberapa karya mereka dalam bentuk e-book diedarkan dengan ilegal oleh beberapa oknnum. Sebut saja Ntsana (Rintik Sedu), Boy Candra, J.S. Khairen, dan Tere Liye untuk yang ke sekian kalinya terpaksa harus pakai urat buat ngasih peringatan.

Saya sendiri hampir saja tergoda buat turut menikmati edaran e-book gratis dari kawan-kawan. Rasanya tergiur saja gitu, kayak lagi kena gendam (hipnotis). Maklum, saya kalau lihat buku memang suka nafsu. Seperti tokoh Bibbi Bokken dalam The Magic Library-nya Jostein Gaarder, yang kalau ngelihat buku bawaannya ngiler dan jadi laper. Buku bagi karakter novel berkebangsaan Norwegia itu ibarat cokelat dan makanan khas negara sana yang super lezat.

Meski sempat meminta agar salah seorang kawan mengirimkan e-book tersebut via aplikasi chatting, untungnya langsung saya delete sebelum sempat saya download. Efek gendam-nya ternyata nggak bekerja maksimal dalam diri saya wqwqwq~ Jangankan gendam, ha wong disasarin setan saja saya bisa lolos, kok. Serius ini pernah kejadian. Tapi kita nggak lagi bahas itu sekarang. Kapan-kapan saja saya tulis.

Balik lagi ke topik. Parahnya, Selasa (31/03) kemarin, banyak banget yang nyebarin e-book gratisan tersebut, dari story dan grup WA, Instagram, sampai jagat Twitter juga diramaikan dengan bagi-bagi e-book bajakan. Dari story WA salah satu kontak di HP saya, katanya sih sebagai kampanye agar di rumah saja dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat. Baca buku salah satunya, Uwuwuwu~ keren.

Alasan yang cukup masuk akal dan cukup bisa bikin perasaan saya amburadul. Saya seneng karena akhirnya banyak yang menyadari kalau membaca merupakan aktivitas yang candu lagi  menyenangkan. Apalagi di tengah wabah seperti ini, sangat cocok buat ngisi waktu luang yang lumayan panjang di sela-sela kuliah daring, work from home, bersih-bersih rumah, olahraga, video call pacar, main cacing, berburu ayam, dan sangat worth it buat temen rebahan seharian.

Tapi lain pihak, sungguh miris banget pas tahu bahwa kenyataannya masih banyak yang menganggap pembajakan buku baik yang berbentuk hard copy maupun e-book hanyalah perkara biasa. Di sini nih saya merasa maklum kalau Boy Candra marah-marah di Twitter, J.S. Khairen sampai bikin cuitan yang pedesnya ngalahin Indomie Seblak Hot Jeletot, Ntsana yang mengaku jijik dengan para pelaku pembajakan, bahkan Bang Darwis a.k.a Tere Leye untuk yang ke sekian kalinya harus bikin klarifikasi di media sosial pribadinya.

Gimana nggak marah coba. Secara, banyak banget yang ngeremehin profesi sebagai penulis. tapi tanpa malu nyomot kutipan tulisannya buat caption. Nggak sedikit yang alergi sama para pengarang, eh tahu-tahu doyan juga kalau dikasih buku gratisan. Namun, yang lebih gawat adalah nggak banyak yang paham kalau para penulis itu hidupnya ya bergantung dari laris tidaknya buku yang terjual. Lah kalau bukunya dibajak gini, coba pikir deh gimana nasib mereka. Dapur harus tetep ngebul, istri harus tetep belanja, anak-anak butuh uang jajan sehari-hari, san kebutuhan pokok lainnya harus terbeli.

Lucunya, ada tuh beberapa orang yang saya kenal dengan terang-terangan bilang, “Apa sih yang bisa diarepin dari pekerjaan menulis? Duwit juga nggak seberapa.” Bener juga, sih, tapi jadi terkesan menyakitkan karena udah tahu penulis itu miskin, bukannya bukunya dilarisin eh sumber penghidupannya malah diembat juga. Dosa lu! Nggak punya hati lu pada ya, kebangetan emang! Ah malah jadi ikut ngegas, baper soalnya.

Baca Juga:

Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Festival Pustaka Sastra Tokopedia: Pembeli Nggak Bakal Dapat Buku Bajakan Saat Belanja, HKI Penulis pun Terlindungi

Jadi, pliiiisss, stop membagikan e-book gratisan tanpa izin resmi dari penerbit maupun penulis. Selain ilegal, itu juga tindakan kriminal you know? Membajak buku—dalam bentuk apa pun—itu sama dengan melakukan pembantaian massal terhadap penerbit, editor sekeluarga, penulis dan anak-istrinya, serta semua pihak yang terkait dalam proses pembukuan sebuah karya. Kejem kan, ya? Jadi jangan lagi deh kalau kalian masih punya hati nurani.

Saya yakin, kalau kalian di posisi para penulis sekarang ini, pasti juga ngerasain hal yang sama: rasa-rasanya pengin muntab. Ya coba renungin aja, nggak ada bedanya loh sama sistem tanam paksa. Yang kerja dia, yang nikmatin untungnya kalian. Kalian sih seneng, mereka yang sekarat.

“Udah lah, hitung-hitung amal buat menghibur yang lagi bosan di rumah. Toh yang penting kan maksud baik tulisannya sudah sampai ke pembaca,” celetuk salah seorang kenalan di kampus. Hei, sadarilah bahwa penulis juga butuh makan, mereka juga harus bertahan secara finansial di tengah pandemi yang entah kapan berakhirnya ini.

Bagi penulis penuh waktu, menulis bukan hanya sekadar biar bisa dibaca. Menulis bagi mereka ya bekerja, sama kayak kalian di pabrik sozzis. Bungkusin sozzis bukan cuma untuk dibagi-bagiin gratis ke seluruh plosok tanah air, tapi buat dijual, biar dapet uang. Sama-sama untungnya lah. Jadi kalian bisa nikmatin buku atau sozzis tersebut, penulis atau pekerja pabrik dapat juga upahnya. Kalau dalam Ilmu Pengetahuan Alam, ini namanya simbiosis mutualisme. Gitu aja masa lupa?

“Mau beli, tapi bukunya mahal banget. Nggak ada duwit.” Kalau sudah begini kasusnya, saya harus melibatkan Bang J.S. Khairen (yang nulis Kami Bukan Sarjana Kertas itu loh, Rek.)

J.S. Khairen lewat cuitannya di Twitter mengilustrasikan percakapannya dengan para pembajak buku sebagai berikut (dengan redaksi yang sedikit saya ubah):

“Lu download itu PDF pakai apa?” tanyanya.

“HP Bang,” jawab si pembajak.

“Lhah itu mampu beli HP, giliran beli buku kok mendadak miskin” cecarnya sekali lagi.

“HP itu kan hasil nabung Bang,” si pembajak masih belum menyerah.

“Oke, good. Nabung buat beli buku kan nggak ada salahnya juga.” Skak mat.

Gemesnya J.S. Khairen ke para pembajak ini masih mending ketimbang gregetnya Bang Boy Candra. Ada salah seorang pembajak yang meminta maaf karena telah lancang. Alasannya, dia menyebarkan story WA berisi edaran e-book salah satu karyanya Bang Boy karena merupakan amanah dari pihak penyebar story WA yang pertama. Amanah kalau nggak dikerjain jatuhnya ntar dosa, begitu katanya. Saking gregetnya, Bang Boy sampai bilang, “Ya sudah. Sekarang kamu makan taik. Itu amanah dari saya. Tolong dilakuin. Kalau nggak ngelakuin itu kamu dosa.” Buwahahahaha.

Dari sini kita bisa menyimpulkan, kenapa para penulis selalu muntab dan ngegas-ngegas di media sosial kalau ketahuan bukunya dibajak. Dan bagi saya, itu sangat wajar dan memang perlu dilakukan. Kalau nggak gitu, kerja mereka selamanya nggak bakal dihargai dan hak-hak mereka juga nggak bakal terpenuhi.

Saya sendiri belajar banyak dari salah satu kawan dekat saya. Sebagai penikmat buku-buku bajakan, dia kini bahkan bertekad menyisakan uang bulanan untuk menebus buku versi aslinya. Sebab dia tahu belaka, menikmati buku bajakan sama halnya dengan menikmati pembunuhan dengan telanjang, di hadapan kita. Dan dia sadar, kondisi tersebut hanya terjadi pada orang yang kondisi kejiwaannya sedikit terganggu.

BACA JUGA Terpujilah Wahai Engkau, Para Pembajak Buku atau tulisan Aly Reza lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 18 Oktober 2021 oleh

Tags: buku bajakanpdfpembajakan bukupenulis buku
Aly Reza

Aly Reza

Muchamad Aly Reza, kelahiran Rembang, Jawa Tengah. Penulis lepas. Bisa disapa di IG: aly_reza16 atau Email: [email protected]

ArtikelTerkait

hukum memfotokopi buku

Halo, Pak Dosen, Apa Hukum Memfotokopi Buku Untuk Kegiatan Akademik Ya?

21 September 2019
Pembajakan Buku Tak Hanya Merugikan Penerbit, tapi Juga Pembaca!

Pembajakan Buku Tak Hanya Merugikan Penerbit, tapi Juga Pembaca!

1 Juli 2023
Hal-hal yang Perlu Kita Lakukan jika Telanjur Beli Buku Bajakan terminal mojok.co

Hal-hal yang Perlu Kita Lakukan jika Telanjur Beli Buku Bajakan

30 Mei 2021
Langkah Konkret Membatasi Peredaran Buku Bajakan, Bukan Tentang Tere Liye terminal mojok

Langkah Konkret Membatasi Peredaran Buku Bajakan, Bukan Tentang Tere Liye

31 Mei 2021
Karya Sastra Boleh Jadi Alat Propaganda, Asal nggak Keliatan Bohongnya terminal mojok.co

Semiskin-miskinnya Kita, Nggak Ada Pembenaran Sama Sekali untuk Beli Buku Bajakan

23 Juli 2020
Karya Sastra Boleh Jadi Alat Propaganda, Asal nggak Keliatan Bohongnya terminal mojok.co

Daripada Beli Buku Bajakan, Beli Buku Bekas Nyatanya Lebih Terhormat dan Keren

14 November 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.