Online Shopping atau seringnya disingkat olshop memang sangat menjamur. Dibandingkan dengan berbelanja secara tradisional, olshop memang menawarkan kemudahan dan kepraktisan yang tentunya dicari oleh banyak orang.
Melalui olshop, kita nggak perlu lagi antre di warung atau swalayan. Barang yang dipesan hanya perlu diklik, transfer uang, lalu barang tersebut akan dikirim ke alamat kita. Sungguh menghemat tenaga dan sangat efisien sekali.
Berdasarkan pengalaman amatir saya, terdapat beragam tipe pelaku olshop yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Tapi, yang paling menyebalkan menurut saya adalah pelaku olshop yang saat ditanya harga, justru jawabannya, “Silakan cek DM, ya!” atau, “Cek inbox sekarang!”
Awalnya, saya pikir hanya saya seorang yang merasakan kekesalan pada perilaku tersebut dan orang lain merasa bahwa hal itu wajar-wajar saja. Jadi, saya memutuskan untuk menyimpan uneg-uneg saya seorang diri. Nggak mau menggiring opini publik pada asumsi dan kekesalan saya. Halah.
Hingga beberapa waktu yang lalu, seorang guru saya membuat status di akun Facebook-nya. Ia mencurahkan segala kekesalannya akan tingkah laku pelaku olshop yang hobi banget bilang, “cek DM, ya” pada para calon-calon pembeli yang bertanya harga di kolom komentarnya.
Kali lain, saya juga menemukan tweet seseorang yang juga merasa kesal pada para pelaku olshop tersebut. Menurutnya, saat barang akan dijual, informasi yang menyertainya haruslah jelas dan transparan. Kenapa justru malah disembunyikan? Kan, aneh banget. Saya sangat setuju dengan kekesalannya dan latar belakang mengapa ia kesal. Pasalnya, saya juga merasakan hal yang sama.
Menurut saya, ketika seseorang sudah berniat untuk menjual suatu barang di marketplace atau di media sosial, maka nggak cukup cuma menyertakan gambarnya saja. Perlu informasi tambahan lainnya seperti: kegunaan barang, material penyusunnya, ukuran, dan terpenting adalah harga.
Mengapa informasi-informasi tambahan tersebut penting? Ya karena transaksi jual-beli yang akan dilakukan berlangsung secara online dan nggak ketemu langsung antara pembeli dan penjualnya. Barang yang dijual pun hanya dapat dilihat melalui foto yang sebagian besar justru bukan real pict. Makanya, penting untuk mendapatkan informasi tambahan mengenai barang tersebut. Lalu, mengapa informasinya harus dirahasiakan?
Saya nggak tahu bagaimana dengan orang lain. Akan tetapi bagi saya, merahasiakan harga suatu barang sama halnya dengan menurunkan hasrat keinginan saya untuk membelinya. Apalagi saat ditanya justru malah disuruh-suruh untuk cek DM atau inbox. Lebih baik kan cari olshop lainnya yang lebih terbuka saja.
Sering kali saya juga menemukan para pelaku olshop yang menjual barang-barangnya di Facebook dan Twitter. Lalu, ketika ada seseorang yang bertanya akan harganya di kolom komentar, para pelaku olshop tersebut justru menjawab, “Silakan cek DM, ya.”
Lah, kenapa sih, nggak langsung dijawab di kolom komentar juga? Kenapa harus mengirimkan informasinya via direct message? Ribet banget.
Sudah barang yang dijual cuma polosan (foto saja) tanpa informasi tambahan apa pun, lalu saat ditanya harganya malah disuruh cek DM dan inbox. Memangnya kenapa kalau dijawab di kolom komentar juga? Bukankah itu memudahkan para calon-calon pembeli yang lain untuk tahu harganya, ya? Bukankah kalian para pelaku olshop juga jadi nggak perlu ribet harus nge-DM atau nge-inbox tiap orang yang nanya harganya.
Lagi pula, menurut saya, DM dan inbox seharusnya digunakan untuk tingkatan transaksi yang lebih serius. Seperti menanyakan lokasi pengiriman, alamat domisili pembeli, jumlah pesanan, dan catatan-catatan ataupun informasi-informasi privat lainnya yang hanya perlu diketahui antara penjual dan pembeli. Dan menurut saya, harga nggak termasuk dari informasi yang privat tersebut. Ia harus transparan dan diketahui oleh para calon-calon pembeli lainnya tanpa harus melalui DM ataupun inbox.
Saya nggak tahu apakah ini sebuah trik marketing atau cara untuk membangun kedekatan emosional antara penjual dan calon pembeli. Tapi menurut saya, cara ini nggak melulu efektif. Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, cara ini justru menurunkan gairah saya dalam membeli suatu barang. Barangkali, orang lain juga merasakan hal yang sama.
Sepengalaman saya, para pelaku olshop yang menutupi harga barang dagangannya karena sebagian besar harga barang dagangannya tersebut lumayan mahal. Jadi, mungkin saja para pelaku olshop ini berniat untuk menutupi transaksi tawar-menawar dan memilih melakukannya di DM saja. Ya, itu pun kalau harganya bisa ditawar sih, wqwqwq.
Saya berasumsi, pelaku olshop barangkali bermaksud untuk menghindari para calon-calon pembeli yang berniat untuk melakukan pencocokan harga dengan olshop-olshop lainnya. Makanya, mereka memilih untuk bermain petak-umpet harga. Ya, meskipun ujungnya tetap sama saja. Kalau harganya nggak cocok, ya batal, hehe.
Makanya, lebih baik transparan dan terbuka saja sejak awal. Nggak perlu menutupi informasi-informasi penting akan barang dagangan kalian. Dan sekarang, teruntuk kalian wahai para pelaku olshop yang seringnya nyuruh pembeli untuk “cek inbox” dan “cek DM”, bertobatlah. Kalian ini sebenarnya niat jualan atau nggak, sih?
BACA JUGA Teruntuk Para Owner Olshop yang Berakun Instagram Private: Kalian Mau Cari Pelanggan atau Follower? atau tulisan Siti Halwah lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.