Kabar mengejutkan datang dari sepatu Bata. Produsen alas kaki yang sudah lebih dari seabad di Indonesia itu menutup pabriknya yang ada di Purwakarta. Merosotnya permintaan pasar selama empat tahun belakangan disinyalir menjadi biang keladi penutupan pabrik.
Pabrik di Purwakarta itu sudah beroperasi sejak 1994, menggantikan pabrik yang semula berada di Kalibata. Asal tahu saja, perjalanan sepatu BATA di Indonesia sudah dimulai sejak 1931. Merek asal Ceko itu masuk ke Indonesia ketika masih Bernama Hindia Belanda.
Bagi generasi 2000-an ke atas, Bata adalah produk alas kaki yang populer. Merek yang mewah pada zamannya, terutama untuk sepatu sekolahnya. Bahkan, sepatu keluaran Bata pernah menjadi standar kemapanan bagi anak-anak sekolah zaman dulu.
Bukan tanpa alasan banyak orang tua yang gemar membelikan sepatu Bata untuk anak-anaknya. Bata adalah merek yang cukup tua. Kualitas produknya sudah teruji oleh waktu dan dipercaya secara turun-temurun. Cocok untuk menemani kegiatan anak-anak (yang sedang memasuki masa sangat aktif) di sekolah.
Kenangan manis bersama sepatu Bata
Saya adalah salah satu pengguna setia sepatu Bata sejak SMP hingga SMA. Orang tua saya yang membelikan sepatu Bata berwarna hitam model semi pantofel tanpa hak untuk hadiah masuk SMP. Alasan mereka sebenarnya sederhana saja, sepatu itu sesuai dengan aturan sekolah yang mewajibkan para siswa memakai sepatu hitam tanpa embel-embel warna apapun. Saya pun menyukainya karena sepatu itu menggunakan strap, tanpa tali. Saya bisa dengan mudah melepas-pakai sepatu, bahkan dalam kondisi berdiri. Sangat praktis digunakan terutama setelah salat.
Sejak pembelian pertama, saya langsung menyukai sepatu itu. Saya selalu membeli sepatu dengan model yang sama persis selama 6 tahun. Teman-teman sampai mengira kalau saya nggak pernah berganti sepatu. Padahal saya selalu membeli yang baru kalau sepatu lama rusak. Kira-kira setiap 1,5-2 tahun sekali. Lumayan awet mengingat saya menggunakannya setiap hari, tepatnya 6 hari dalam seminggu. Herannya, kerusakan sepatu selalu saja sama, patah secara horizontal di bagian tengah telapak kaki.
Saking melekatnya saya dengan sepatu itu, teman-teman bisa mengenali keberadaan saya dari sepatu. Apalagi tidak banyak siswa yang punya sepatu Bata itu karena modelnya yang terbilang jadul. Barangkali hanya ada 2 atau 3 siswa yang menggunakan sepatu itu sesekolah.
Saya memutuskan berhenti mengenakan sepatu Bata tersebut sejak memasuki dunia kampus. Aturan alas kaki di kampus lebih longgar, nggak mengharuskan memakai sepatu yang sepenuhnya hitam. Jadi saya memilih sepatu yang lebih casual dan berwarna. Lagipula memakai sepatu model pantofel untuk kuliah sehari-hari rasanya kurang tepat.
Sepatu yang dianggap ketinggalan zaman
Sebagai mantan pengguna setia Bata, tentu kabar penutupan pabrik terbesar itu membuat patah hati. Menurut berita yang beredar, toko retail Bata memang masih akan beroperasi, tapi barang yang dijual adalah produk impor dari pabrik lain di luar negeri. Walau produknya tidak serta merta hilang di pasaran, penutupan pabrik menandakan kondisi Bata sedang tidak baik-baik saja dan mungkin akan goyah ke depan.
Apabila ditelisik lebih dalam, popularitas Bata memang semakin menurun selama beberapa tahun terakhir. Bata dicap sebagai merek tua yang menjual alas kaki dengan model ketinggalan zaman. Walaupun sebenarnya Bata juga memproduksi sneakers yang nggak kalah trendy, tetap saja popularitasnya tidak bisa menyaingi merek-merek alas kaki kekinian.
Masih banyak orang yang nggak tau kalau Bata punya koleksi sepatu kekinian yang cukup keren. Hanya saja pemasarannya kurang heboh. Mayoritas mengenal Bata sebagai produsen sepatu sekolah dan sepatu kerja yang sifatnya formal.
Harga sepatu Bata juga dianggap tidak sepadan dan kurang bersaing. Sebab, saat ini bermunculan berbagai merek yang menawarkan alas kaki berkualitas, model kekinian, dengan harga yang menarik. Mereka juga terlalu fokus dengan penjualan retail sehingga kurang memantapkan penjualan online. Padahal belanja online sangat populer saat ini. Intinya, sepatu Bata kalah saing dan terlambat berinovasi untuk merespon perubahan selera generasi masa kini.
Saya yakin di luar sana banyak sekali orang yang memiliki kenangan manis dengan sepatu Bata. Mungkin beberapa di antara mereka juga kecewa dengan kabar penutupan pabriknya. Semoga usai kabar yang bikin patah hati ini, merek sepatu legendaris Bata terus berbenah agar bisa berjaya kembali.
Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.