Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Komedi Bukanlah Surat Izin untuk Bisa Mengatakan Apa Saja

Muhammad Ikhdat Sakti Arief oleh Muhammad Ikhdat Sakti Arief
23 Januari 2020
A A
Komedi Bukanlah Surat Izin untuk Bisa Mengatakan Apa Saja
Share on FacebookShare on Twitter

Saya tumbuh saat film-film dari Warkop DKI masih sangat digandrungi. Atau dulu kami lebih mengenalnya dengan film Dono Kasion Indro. Dan sepertinya dari situ awal mula saya menyukai komedi.

Setelah akrab dengan film Warkop DKI, acara komedi yang juga sering saya nonton adalah acara OVJ (Opera van Java). Yang personilnya masih Sule, Andre, Parto, Azis, dan Nunung. Saya hampir tiap malam tidak pernah alpa untuk menonton OVJ. Acara-acara komedi seperti Abdel dan Temon, Awas Ada Sule, dan acara-acara komedi lainnya menjadi acara TV favorit saya.

Setelah komedi sketsa seperti OVJ, muncul jenis komedi baru di Indonesia. Dan masih diminati sampai sekarang. Itulah Stand Up Comedy. Di mana seorang komika (sebuatan untuk seorang Stand Up Comedian) bisa melawak seorang diri “hanya” dengan bercerita di atas panggung.

Saya menyukai komedi karena menyenangkan. Bisa membuat tertawa. Bisa memberikan perasaan bahagia. Bisa membuat kita lupa dengan permasalahan walaupun mungkin hanya sesaat. Setidaknya komedi bisa memperbaiki mood yang berantakan.

Komedi itu menyenangkan. Lewat komedi, sebuah keresahan bisa tersampaikan dengan lebih menarik. Misalnya, kita bisa mengkritik sebuah kebijakan politik dengan cara yang lucu dan menarik untuk ditonton. Dengan begitu, lebih banyak masyarakat yang aware terhadap isu-isu yang berkembang.

Sebut saja komika Abdur Arsyad saat mengikuti kontes Stand Up Comedy. Dengan persona orang timur-nya, selalu memasukan kritikan-kritikan terhadap pemerintah. Dan itu lebih membuat kita tertarik dengan hal-hal yang “berat” seperti itu karena disampaikan dengan komedi.

Selain Abdur Arsyad, ada Pandji Pragiwaksono. Yang sudah melakukan tur Stand Up Comedy dengan terus konsisten mengangkat isu soal nasionalisme dan semacamnya. Lengkap dengan kritik-kritik yang dilayangkan terhadap pemerintah.

Komedi itu punya power yang aneh. Masih ingat dengan para politisi yang di-roasting oleh seorang komika secara langsung? Entah kenapa, yang di-roasting juga malah ikut tertawa. Padahal sedang dikata-katain secara langsung. Entah memang materinya yang lucu? Atau yang dikatakan sang komika semua itu benar? Atau untuk menutupi malu dengan pura-pura tertawa? Atau kombinasi dari semuanya?

Baca Juga:

Manifesto Orang Cadel: Semua Lidah Berhak Bicara Tanpa Ditertawakan!

Komedi Norak di Tongkrongan yang Seharusnya Musnah dari Peradaban

Ada fenomena yang kini makin sering terjadi di dunia komedi. Banyak pelawak yang kena kasus karena bahan komedi mereka. Banyak yang tersinggung dengan sebuah lawakan. Misalnya, soal Pandji yang terseret masalah karena materi stand up-nya tentang kucing. Atau Andre Taulany yang pernah kena kasus karena lawakannya dianggap tidak menghargai agama. Atau yang lebih ekstrim, duet Coki dan Muslim, komedian yang terus jualan isu toleransi yang kadang kelewat open-minded. Dan masih banyak lagi.

Ketersinggungan terhadap komedi itu sangat wajar terjadi. Apalagi kalau membawakan materi komedi yang sensitif. Orang bisa tersinggung terhadap sebuah komedi karena dua hal. Pertama, karena dia adalah seorang bersumbu pendek, yang apa-apa ditersinggungkan. Kedua, memang materi komedinya yang tidak bersimpati.

Saya bukan seorang komedian. Tapi saya tertarik untuk tahu bagaimana sebuah komedi diracik. Saya sering menonton video-video dari Pandji Pragikwaksono dan juga Raditya Dika yang cukup sering membicarakan tentang komedi. Yang tentu saja tidak membuat saya otomatis jadi seorang ahli atau pengamat komedi.

Seperti kata Pandji di salah satu video YouTube-nya, apa pun bisa menjadi bahan lawakan. Bahkan permerkosaan sekalipun. Dengan pengecualian, kita bukan menertawakan korbannya. Dengan teori yang sama, saya setuju jika berkomedi tentang hal-hal yang sensitif seperti agama bisa saja dilakukan. Asal tujuan komedinya bukan untuk menertawai ajaran agama tertentu.

Tujuan akhir dari sebuah komedi adalah mengundang tawa. Ketika penonton tertawa, di situlah indikator sebuah komedi dikatakan berhasil. Dan saya sangat mengagumi para komedian cerdas yang bisa membawakan isu-isu sensitif tanpa membuat orang lain tersinggung. Walaupun lagi-lagi, ketersinggungan ini terkadang subjektif. Banyak orang yang tersinggung terhadap komedi yang sebetulnya tidak perlu untuk ditersinggungkan.

Namun banyak juga komedian yang berkomedi minim simpati. Bukannya membuat tawa dan menghadirkan bahagia, malah menyakiti.

Bagi saya, berkomedi itu harus ada “batasan-batasannya”. Saya tidak setuju dengan logika berkomedi yang mengira bisa melawak dengan materi apa pun dengan alasan “itu kan hanya bercanda”. Yang kemudian menuduh orang-orang yang tersinggung dengan komedi tersebut sebagai orang yang tidak open-minded. Padahal materi komedinya yang memang sampah.

Istilah open-minded digunakan sebagai tameng. Tak jarang untuk menyerang balik. Mempunyai pemikiran terbuka dan toleran terhadap setiap argumentasi itu bagus. Tapi tidak semua hal harus diterima atas nama open-minded. Tidak apa menjadi orang yang “close-minded” terhadap hal-hal yang memang tidak pantas untuk diterima atas nama open-minded sekalipun.

Negara ini punya banyak sekali masalah. Seperti kata Puthut EA, “Negara ini brengsek, dan kita dipaksa untuk merasa baik-baik saja”. Dari sekian banyak masalah, salah satunya adalah banyaknya orang yang berpikir bisa melakukan apa saja atas nama agama, NKRI harga mati, dan komedi (bercanda).

Oh iya, satu lagi. Di tongkrongan, kalau ingin melawak, buatlah lawakanmu terlihat seperti sebuah lawakan untuk mengurangi potensi ketersinggungan. Terkadang, ketersinggungan terhadap komedi datang karena kita tidak tahu kalau itu adalah sebuah komedi. Tidak semua orang peka terhdap sebuah jokes. Dan tentu saja, penting untuk tidak berlebihan dalam bercanda.

BACA JUGA Menikmati Jicomfest: Merasakan Selera Humor Orang-Orang Berduit atau tulisan Muhammad Ikhdat Sakti Arief lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 23 Januari 2020 oleh

Tags: komedistand up comedy
Muhammad Ikhdat Sakti Arief

Muhammad Ikhdat Sakti Arief

Nama saya Ikhdat, seorang pengangguran (semoga cepat dapat kerja) pecinta senja, penikmat kopi (biar dibilang anak indie) yang suka nulis.

ArtikelTerkait

dark comedy panduan memahami mojok.co

Dark Comedy, Genre Kontroversial yang Digeluti Gus Dur, Haji Bolot, hingga Para Komika

27 Agustus 2020

5 Rekomendasi Stand Up Comedy Special di Netflix yang Bikin Harimu Nggak Garing!

8 Mei 2021
Dari Sultan Sampai Luhut: Kiky Saputri Perlu Roasting Pejabat Ini terminal mojok.co

Dari Sultan Sampai Luhut: Kiky Saputri Perlu Roasting Pejabat Ini

11 November 2021
Jadi Seorang Komika Indonesia Itu Nggak Mudah, Berikut Tantangannya! terminal mojok.co

Jadi Seorang Komika Indonesia Itu Nggak Mudah, Berikut Tantangannya!

8 Februari 2021
Komedi Bukanlah Surat Izin untuk Bisa Mengatakan Apa Saja (Bagian 2)

Komedi Bukanlah Surat Izin untuk Bisa Mengatakan Apa Saja (Bagian 2)

1 Februari 2020
Komedi Norak di Tongkrongan yang Seharusnya Musnah dari Peradaban

Komedi Norak di Tongkrongan yang Seharusnya Musnah dari Peradaban

17 Juni 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba
  • Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya
  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.