Ketika zaman saya kecil, memiliki sebuah kendaraan adalah suatu yang luar biasa. Dan beruntungnya, ketika itu keluarga saya sudah memiliki sebuah kendaraaan. Meskipun hanya sebuah sepeda motor, yaitu motor Honda Supra X. Ini adalah motor pertama kebangaan bapak.
Motor keluaran 2002 itu menemani sebagian besar perjalanan hidup bapak. Meski kepunyaan kantor, bapak merawatnya dengan baik.
Sialnya, di era sekarang, terjadi pergeseran stigma. Dari kendaraan yang tanggung, ke stigma motor tukang galon. Seolah motor Honda Supra X butut nggak pantas dinaiki. Padahal, berkat motor ini, banyak orang di luar sana terbantu ekonominya.
Daftar Isi
Belajar berkendara bersama motor Honda Supra X
Ketika tahu akan stigma motor tukang galon, bapak saya nggak pernah menghiraukannya. Belasan tahun bapak mengendarai motor ini mengelilingi Jogja. Bahkan, dengan motor ini pula saya belajar mengendarai motor untuk pertama kalinya.
Ketika kecil, saya sering ikut bapak pergi bekerja. Selain memang karena saya masih terlalu kecil untuk ditinggal sendirian di rumah, bapak memang suka mengajak saya jalan-jalan selepas pulang bekerja.
Kala itu, rumah kami berada di daerah Jambon, Kabupaten Sleman. Sedangkan kantor bapak berada di Condongcatur, yang kebetulan juga berada di Kabupaten Sleman. Untuk sampai ke sana, kami harus melewati Ring Road, jalan yang cukup luas dan sepi kala itu.
Melihat kesempatan itu, saya yang selalu duduk di depan, tiba-tiba diminta untuk pegang kemudi. Tetapi hanya untuk gas dan rem saja. Untuk urusan pindah perseneling, itu masih menjadi tugas bapak. Kaki saya masih terlalu pendek untuk menggapai tuas perseneling motor Honda Supra X.
Jadi ketika bapak merasa saya terlalu dalam menarik gas, dia akan segera mengambil alih kemudinya. Untungnya, semua aman dan lancar. Saya bisa mengendalikan motor Honda Supra X dengan mudah. Tidak butuh waktu lama untuk saya bisa mengendarai motor itu.
Selalu menjadi idaman keluarga
Dulu, motor Honda Supra X adalah salah satu motor buruan dan favorit keluarga Indonesia. Alasannya memang sangat klasik, yaitu kualitas mesin yang sudah teruji dan sangat irit dalam penggunaan bahan bakar.
Iya, ketahanan mesin motor Honda Supra X ini sangat teruji, sangat awet pula. Sudah begitu perawatannya nggak merepotkan. Cukup servis rutin dan ganti oli, kamu bisa menikmati Supra X ini dalam jangka waktu yang cukup lama. Motor ini juga jarang mengalami kerusakan berat atau mogok. Tidak seperti motor sekarang, khususnya motor matik, yang secara tiba-tiba suka mati mesin atau ada masalah di kelistrikannya.
Iritnya nggak masuk akal
Ada yang bilang kalau iritnya konsumsi bahan bakar motor Honda Supra X itu nggak masuk akal. Dulu, teman saya pernah punya motor serupa. Lalu, dia melakukan perjalan cukup jauh dari Pamulang, Tangerang Selatan, menuju kawasan Puncak, Bogor.
Saat itu, dia mengisikan Premium yang harganya masih Rp4 ribu per liter. Teman saya berkata, untuk mencapai kawasan Puncak, dari Pamulang, hanya memerlukan ongkos bensin Rp10.000, yang artinya mendapatkan 2 liter lebih Premium. Itu saja masih sisa. Irit itu fitur yang sangat membantu ekonomi rakyat, kan.
Kini, motor Honda Supra X menjadi idaman para pelaku usaha
Meski banyak yang mengolok-olok, tidak menjadikan motor Honda Supra X sepi peminat. Nyatanya, masih banyak pelaku usaha memburu motor ini. Apalagi para pelaku usaha di bidang pertanian dan pengisian galon air.
Kekuatan mesin motor Honda Supra X inilah yang menjadi alasan para pelaku usaha membelinya. Rekam jejak motor ini dalam mengangkut beban berat tidak perlu diragukan lagi.
Kamu bayangkan saja, setiap harinya para pelaku usaha ini menggunakan Supra X untuk mengangkat hasil tani atau galon air. Seperti kita ketahui, terkadang bobot dari barang yang dibawanya itu melebihi berat 1 orang. Ajaib memang.
Jadi jangan heran bila sekarang banyak orang mencarinya. Apalagi sekarang harga bekasnya termasuk terjangkau. Untuk keperluan sehari-hari dan kebutuhan usaha, menurut saya, Supra X adalah yang terbaik.
Penulis: Saar Ailarang Abdullah
Editor: Yamadipati Seno
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.