Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Mantan Narapidana Korupsi Jadi Ketum Parpol Adalah Bukti Bobroknya Sistem Demokrasi Indonesia

Raihan Muhammad oleh Raihan Muhammad
16 Juli 2023
A A
Beragam Keanehan Pertimbangan Hakim dalam Kasus Korupsi Terminal Mojok.co

Beragam Keanehan Pertimbangan Hakim dalam Kasus Korupsi (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Baru-baru ini, santer terdengar berita mengenai mantan narapidana korupsi yang menjadi Ketua Umum di salah satu parpol. Sepertinya, titel Indonesia sebagai negara paling ramah di dunia pada 2022 memang betul adanya. Tak butuh survei atau data untuk melihat validnya klaim ini.

Bayangkan saja, di Indonesia, orang yang dulunya dipenjara karena terbukti melakukan korupsi, ketika bebas justru disambut bak pahlawan. Bahkan sebelumnya, ada artis yang terbukti bersalah atas kasus pedofilia juga mendapatkan sambutan bak pahlawan juga dari banyak masyarakat. Edan po. 

Pola pikir sebagian masyarakat kita tampaknya perlu diperbaiki karena ramahnya sudah kebablasan. Edan memang, sampai-sampai orang-orang yang melakukan perbuatan haram disambut seolah-olah mereka sudah memenangkan kejuaraan dunia.

Bobroknya kaderisasi parpol

Bukti kebobrokan dalam kaderisasi parpol terlihat jelas ketika seorang bekas napi korupsi bisa menjadi ketua umum parpol. Ini menunjukkan betapa rapuhnya sistem parpol di negeri kita tercinta. 

Orang yang pernah terlibat dalam korupsi dan dihukum penjara malah diberi posisi kepemimpinan di parpol. Hal ini menunjukkan kegagalan dalam seleksi dan penilaian integritas dalam kaderisasi parpol. 

Kita perlu mengakui bahwa ada masalah serius yang mesti segera ditangani dalam sistem kaderisasi parpol. Jika kita terus mengabaikannya, kita tak akan melihat perubahan nyata di dunia politik. Penting bagi kita untuk menuntut peningkatan kualitas dan integritas para kader politik. Agar partai politik bisa benar-benar mewakili aspirasi dan kepentingan masyarakat dengan baik.

Parpol lebih mengedepankan pragmatisme

Ini membuktikan kalau parpol lebih mementingkan pragmatisme dibandingkan mengutamakan integritas dan nilai-nilai antikorupsi lainnya demi mewujudkan sistem yang demokratis di negara Indonesia. 

Ini juga menunjukkan kalau parpol lebih condong ke kepentingan praktis daripada memperhatikan integritas dan moralitas kader-kadernya. Dalam usaha meraih dukungan dan kekuasaan, parpol kadang mengabaikan latar belakang dan rekam jejak negatif individu tersebut. 

Baca Juga:

Menaruh Belas Kasih pada Keluarga Koruptor Itu Tak Masuk Akal, Koruptornya Aja Nggak Kasihan sama Keluarganya

Koruptor kok Dikasihani, Lebih Baik Diarak dan Dimaki Satu Negara!

Kejadian ini menggambarkan bahwa pragmatisme menjadi faktor utama dalam keputusan parpol. Meski, hal tersebut bisa merusak citra dan kredibilitas mereka di mata masyarakat. Sebagai pemilih, penting bagi kita menyadari dan mempertimbangkan konsekuensi dari pragmatisme yang berlebihan dalam politik. Kita juga perlu menuntut transparansi, integritas, dan tanggung jawab dari parpol agar masyarakat memiliki pemimpin berkualitas dan bisa dipercaya.

Bobroknya sistem demokrasi Indonesia

Terbukti dengan adanya ketum parpol yang merupakan bekas napi korupsi, sistem demokrasi Indonesia terlihat rusak. Kejadian ini mengungkapkan kelemahan dalam mekanisme demokrasi yang kita punya. 

Ketika seseorang dengan catatan korupsi bisa menduduki jabatan penting di parpol, hal ini menciptakan keraguan terhadap integritas dan prinsip-prinsip demokrasi. Sistem demokrasi semestinya mendorong pemimpin yang jujur, bersih, dan bertanggung jawab, tapi sepertinya telah terkorupsi. 

Ini memunculkan keprihatinan dan menunjukkan bahwa kita menghadapi masalah serius dalam sistem politik kita. Diperlukan perubahan mendalam dan reformasi dalam sistem politik Indonesia. Dengan mengedepankan prinsip-prinsip integritas dan akuntabilitas, kita bisa  membangun sistem demokrasi yang lebih kuat dan bisa dipercaya oleh masyarakat.

Sebagai sistem yang—menurut para filsuf Yunani Kuno—cacat sejak lahir, demokrasi semakin tercederai oleh adanya hal semacam ini. Bisa saja, produk politik Indonesia ke depannya mengizinkan orang-orang dengan catatan kriminal luar biasa lainnya untuk bisa menakhodai negara kita tercinta ini.

Kita jadi kepikiran, mungkin saja suatu saat nanti bakal ada mantan gembong narkoba jadi Menteri Kesehatan RI atau mantan penjahat perang jadi Menhan. Siapa tahu, ‘kan? Sistem demokrasi kita soalnya sudah bobrok banget!

Adanya bekas napi korupsi yang nyaleg menjadi ancaman bagi demokrasi Indonesia

Bekas napi korupsi yang nyaleg merupakan ancaman serius bagi demokrasi Indonesia. Keberadaan mereka menunjukkan adanya celah dalam sistem politik kita yang bisa dieksploitasi.

Saat terpilih sebagai wakil rakyat, integritas dan moralitas mereka dipertanyakan. Dan hal itu jelas mengancam fondasi demokrasi yang semestinya didasarkan pada kehormatan dan pelayanan kepada masyarakat. Partisipasi politik mesti dilakukan oleh individu yang memiliki integritas dan komitmen terhadap kepentingan publik. 

Keberadaan bekas napi korupsi sebagai caleg memberikan pesan yang salah kepada masyarakat, bahwa perbuatan korupsi bisa diampuni dan bahkan dihargai dalam dunia politik. Untuk melindungi demokrasi kita, diperlukan peningkatan dalam pemilihan dan seleksi caleg. Serta peraturan yang lebih ketat untuk mencegah orang dengan rekam jejak kriminal memegang posisi politik. Cuma dengan menjaga integritas dan moralitas dalam sistem politik kita, kita bisa membangun demokrasi yang kuat dan mewakili kehendak rakyat.

Perlu adanya cancel culture terhadap bekas napi korupsi yang ingin jadi wakil rakyat

Cancel culture alias budaya pengenyahan semestinya ada di pemilu Indonesia supaya membuat orang-orang menjauhi tindakan korupsi. Mereka bisa menolak, memboikot, atau nggak mendukung calon tersebut. Adanya cancel culture bisa menjadi salah satu hukuman terhadap perbuatan kejahatan luar biasa.

Dengan menerapkan cancel culture terhadap bekas napi korupsi di sistem politik Indonesia, kita bisa menunjukkan penolakan terhadap korupsi dan komitmen terhadap integritas dan moralitas dalam pelayanan publik. Kita juga bisa mengambil beberapa langkah. Seperti membuat aturan hukum yang mengatur pencalonan dan partisipasi politik bagi bekas napi korupsi. Serta mendorong partai politik untuk tegas menolak menerima mereka sebagai calon atau anggota parpol. 

Kita sebagai pemilih punya peran penting dalam mengenali rekam jejak dan mempertimbangkan integritas calon. Kita sebagai masyarakat juga bisa lebih memperhatikan masalah integritas dan memberikan suara yang bijak sesuai dengan keyakinan dan nilai-nilai kita. 

Yang lebih penting lagi, penegakan hukum yang kuat dan independen mesti dilakukan untuk melawan korupsi. Ini akan membantu mencegah bekas napi korupsi untuk mencalonkan diri atau menduduki posisi penting dalam politik. 

Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa penerapan cancel culture mesti tetap menghormati prinsip-prinsip demokrasi. Seperti keadilan, kesetaraan, dan hak individu. Proses pemilihan dan penegakan hukum yang adil dan transparan mesti tetap menjadi landasan dalam mengatasi korupsi dan menjaga integritas sistem politik. Jadi ya cancel koruptor doang, bukan sembarang orang di-cancel.

Jadi, walaupun masyarakat bisa menyuarakan ketidaksetujuan terhadap bekas napi korupsi yang mencalonkan diri, penting juga untuk tetap menghormati prinsip-prinsip demokrasi dan menjaga agar proses pemilihan tetap adil dan transparan.

Penulis: Raihan Muhammad
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Korupsi di Unila Nggak Bikin Kaget, Nyatanya Korupsi di Kampus Itu Ada dan Selalu Berlipat Ganda

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Juli 2023 oleh

Tags: Demokrasiketum parpolkoruptorpemilu 2024
Raihan Muhammad

Raihan Muhammad

Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan.

ArtikelTerkait

Aldi Taher Itu Nggak Salah, Mindset Kita lah yang Perlu Dibenahi

Aldi Taher Itu Nggak Salah, Mindset Kita lah yang Perlu Dibenahi

29 Mei 2023
puan maharani dpr Pak RT mojok

Dear Puan Maharani, It’s Your Time to Shine!

9 Januari 2023
jadi presiden selama sehari lambang negara jokowi nasionalisme karya anak bangsa jabatan presiden tiga periode sepak bola indonesia piala menpora 2021 iwan bule indonesia jokowi megawati ahok jadi presiden mojok

Kritik dalam Negara Demokrasi: Benarkah Presiden Adalah Lambang Negara?

15 Agustus 2021
Sudah Waktunya Susi Pudjiastuti Diperhitungkan sebagai Capres

Sebagai Orang yang Nggak Paham Politik, Saya Bingung Mau Pilih Capres yang Mana

16 Januari 2023
Kenapa Kita Selalu Lupa Caleg yang Kita Pilih?

Emangnya Kenapa kalau Artis Jadi Caleg?

22 Mei 2023
Ketika Dosen dan Mahasiswa Bingung Memilih Capres 2024 untuk Pemilu 2024 (Unsplash)

Ketika Dosen dan Mahasiswa Bingung Memilih Capres 2024 untuk Pemilu 2024

29 Juni 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.