Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Maha Benar Netizen dengan Segala Ke-Jancuk-annya

Adib Khairil Musthafa oleh Adib Khairil Musthafa
26 Mei 2019
A A
3 Ciri Giveaway Abal-abal yang Bikin Orang Tertipu terminal mojok.co

3 Ciri Giveaway Abal-abal yang Bikin Orang Tertipu terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

“Jika dengan jancuk kita bisa dipersatukan, untuk apa kau kotori kalimat Tuhan dengan umpatan.”

Sekira seperti itulah sepenggal quotes yang pernah saya baca di media sosial, sebuah kalimat yang sarat dengan nilai filosofis mendalam.

Artikel ini saya tulis ketika belakangan saya cukup kesal melihat komentar orang-orang di media sosial yang sudah kelewat batas—hanya karena berbeda pilihan lalu dengan mudahnya mereka jadikan alasan untuk menghakimi sesama.

Banyaknya persoalan—menyusul suasana politik yang semakin meradang—memang menjadi penyulut api di tengah keramaian. Ketika masyarakat kita masih tak bisa lepas dari budaya politik konservatif yang menganggap kemenangan adalah tujuan utama kontestasi—ketika kemenangan dianggap sebagai simbol pertaruhan yang harus mengorbankan segala cara, persaudaraan, kerukunan atau bahkan kehormatan. Saya hanya bisa mengumpat, “Jancuk rakyat +62 ini!”

Kenapa harus fitnah dan umpatan yang dilakukan hanya untuk mengejar kepentingan pribadi atau golongan? Kenapa kita punya hobi menjijikan dengan menggadaikan persatuan dan kerukunan?

Entahlah, maha benar netizen dengan segala ke-jancuk-annya.

Salah satu yang bisa jadi menjadi penyebab mudahnya kita melontarkan umpatan di media sosial adalah fanatisme yang membabi buta—fanatik terhadap golongan kita sendiri. Fanatik terhadap sebuah pilihan politik, sampai fanatik terhadap sebuah kebenaran yang padahal sifatnya subjektif.

Bagi saya hinaan, celaan, umpatan dan caci maki yang seringkali terbit setiap waktu di media sosial itu jauh lebih hina dari kalimat misuh semacam jancuk. Perdebatan-perdebatan sampai umpatan dengan maksud menjatuhkan lawan bicara yang ada di media sosial, hanyalah pembunuhan diri yang tak jarang mengantarkan seseorang ke balik jeruji besi.

Baca Juga:

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya

Konten “5 Ribu di Tangan Istri yang Tepat” Adalah Bentuk Pembodohan

Kemudian jemari kita mudahnya melakukan penghakiman terhadap yang berbeda dan golongan yang tak sama sehingga lagi-lagi kita menjadi pelaku perpecahan itu sendiri. Kejahatan verbal ini memang tak dapat kita elakkan. Ketika menyampaikan aspirasi pribadi menjadi kebebasan yang tak terbatas tetapi kita kerap kali lupa diri bahwa apa yang kita ucapkan adalah sesuatu yang tak pantas,

Ketika segala instrumen umpatan dibolehkan, haruskah kita gadaikan rasa persaudaraan?

Mengumpat memang tidak salah. Misuh jancuk sekalipun itu menjadi hak setiap orang. Hal yang salah adalah ketika umpatan kita hendak menjatuhkan dan mempermalukan orang lain. Bahkan konon kata jancuk bisa menjadi frasa pemersatu.

Jancuk adalah sebuah budaya Jawa yang sarat makna—multitafsir bahkan tak jarang menimbulkan kesalahpahaman. Namun seiring waktu kata kata ini telah menjadi simbol keakraban. Penggunaannya di Jawa Timur misalnya—malah menjadi sebuah frasa pemersatu. Meski terkesan kasar, nyatanya kata ini sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti “gimana kabarmu cuk?”, ” juancuk, aku kok iso menang yo”,  “juancuk kok ayu yo arek iku” dan lain sebagainya.

Benar, jancuk itu adalah misuh—kalimat kotor, umpatan tak baik, dan kata yang tidak pantas untuk diucapkan. Mungkin sebagian dari kita sudah sering mendengar, mengamati bahkan mempraktikkannya. Tetapi tak banyak yang tahu nilai filosofis dari kata ini, apakah benar jancuk itu dilarang? Apakah benar jancuk itu dosa?

Kata jancuk sering dikultuskan sebagai sesuatu yang tidak pantas untuk diucapkan, jorok, kotor dan dan sangat biadab. Padahal jika kita baca sejarah, konon dahulu saat perjuangan di Surabaya mengusir Belanda—yang dipimpin oleh Bung Tomo—kata ini malah disandingkan dengan kalimat pekikan Tuhan—Allahuakbar!

Jancuk sebenarnya adalah sebuah ekspresi kekecewaan rakyat pada waktu itu terhadap penjajahan Belanda. Bisa kita bayangkan ekspresi umpatan ini ternyata dapat membakar semangat persatuan kalangan muda saat itu melawan para penjajah. Namun sekarang tak jarang kata ini malah kita gunakan di media sosial untuk menjatuhkan seseorang dan menyulut api perpecahan.

Seiring waktu kebiasaan mengucapkan jancuk ternyata bukan hanya sekedar ekspresi kekesalan atau kekecewaan. Kini jancuk berubah menjadi ekspresi keakraban, simbol persahabatan, ekspresi saat terkejut, atau terkagum-kagum terhadap sesuatu.

Terlepas dari apapun makna kata ini, frasa jancuk adalah simbol kedekatan antara aku dan kamu—iya kamu~

Baik jancuk sebagai umpatan ataupun sebagai sebuah pemersatu dan simbol keakraban, yang penting sekarang bagi saya kita masih bebas untuk menggunakan kata jancuk sebebas-bebasnya. Tentu dengan catatan tidak kita gunakan untuk menjatuhkan sesorang, kelompok ataupun golongan.

Sesungguhnya saat saya menulis tulisan ini, saya tak bisa menahan umpatan—lalu menjadi bagian dari netizen jancuk-nya Indonesia~

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: JancukMaha Benar NetizenMedia Sosial
Adib Khairil Musthafa

Adib Khairil Musthafa

Saya adalah seorang yang suka tidur, menganggur, ngopi, dan bermimpi.

ArtikelTerkait

Repost Story Hampers Kiriman Sendiri Itu Maksudnya Gimana_ terminal mojok

Mohon Maaf, Repost Story Hampers Kiriman Sendiri Itu Maksudnya Gimana?

13 Mei 2021
Semua Orang Akan Akrab dengan TikTok pada Waktunya

Semua Orang Akan Akrab dengan TikTok pada Waktunya

24 Januari 2020
couple goals

Tren Couple Goals: Hubungan dan Kemesraan yang Selalu Dipamerkan

13 Agustus 2019
menulis

Andai Budaya Menulis Seperti Budaya Komentar

25 April 2023
Membedah Alasan Bapak-bapak Pakai Nama Kota di Akun Media Sosialnya terminal mojok.co

Membedah Alasan Bapak-bapak Pakai Nama Kota di Akun Media Sosialnya

11 Februari 2021
Orang yang Mematikan Centang Biru WhatsApp Pasti Punya Alasan terminal mojok.co

Orang yang Mematikan Centang Biru WhatsApp Pasti Punya Alasan

16 November 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.