Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

Apa Jadinya Jika Tak Ada Lagi Guru Honorer?

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
30 Mei 2023
A A
Kalau Mau Bahagia, Jadilah Guru PNS. Kalau Mau Jadi Filsuf, Jadilah Guru Honorer

Kalau Mau Bahagia, Jadilah Guru PNS. Kalau Mau Jadi Filsuf, Jadilah Guru Honorer (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Selama ini, keberadaan tenaga honorer khususnya guru memang menjadi profesi yang dilematis dan problematik. Dilematis karena guru honorer masih jadi profesi yang acap kali dipilih bagi mereka yang baru lulus dari perguruan tinggi. Tapi di sisi lain, profesi ini hanya menawarkan insentif ala kadarnya dan penuh keterbatasan.

Unsur problematik guru honorer juga begitu banyak, mulai dari aspek minimnya kesejahteraan, hingga kewajiban beban kerja yang seringnya begitu berat. Selain itu banyak dari mereka yang masih menjalani pekerjaan sampingan untuk menunjang kebutuhan hidup sehingga kinerjanya jadi tidak optimal.

Sebenarnya, melalui UU nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, status honorer di seluruh instansi pemerintah harus dihilangkan dan diganti statusnya dengan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Tapi, implementasi aturan ini justru baru menggema pada dua tahun terakhir. Belakangan, status honorer malah masih dalam pusaran perdebatan. Sebab, apabila dihilangkan, justru memicu dampak sosial yang cukup serius.

Sebagai anak yang Ibunya alhamdulillah adalah seorang guru (bahkan kepala sekolah) di instansi pendidikan negeri. Saya kemudian bertanya apa dampaknya apabila guru honorer tidak ada peminatnya? Alias para generasi muda baik yang lulusan SMA maupun perguruan tinggi di negeri ini, ogah jadi guru honorer karena berpandangan realistis. Mengingat insentif dan kesejahteraan yang tidak terjamin ketika memilih jadi guru honorer.

Guru honorer benar-benar dibutuhkan

Ibu saya berpandangan bahwa keberadaan guru honorer sangat dibutuhkan. “Dari 7 orang guru di sekolah, cuma 3 orang yang statusnya PNS, sisanya adalah tenaga honorer”, ujarnya membuka diskusi. 

Kalau tenaga honorer itu sepi peminat, bisa dibayangkan bagaimana kelimpungannya guru PNS di sekolah. Cuma 3 orang dengan tanggung jawab mengurus siswa yang mencapai ratusan orang. Itu baru potret satu sekolah yang lokasinya di pelosok negeri, bagaimana dengan sekolah-sekolah lainnya?

Sementara itu, penempatan guru status PNS selama ini masih banyak menemui masalah karena terpusat di tangan pemerintah. Penempatan yang dilakukan pemerintah acap kali tidak melihat kondisi dan kebutuhan dari tiap-tiap sekolah. Akibatnya banyak ketimpangan komposisi terjadi di lingkungan pendidikan antara di perkotaan dan daerah. Dan sekolah di daerah seringnya sengsara karena kebagian guru PNS yang sedikit.

Nah untuk menyiasati itu, para kepala sekolah biasanya memutar otak dengan merekrut para tenaga honorer untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah. Sudah jelas, ketiadaan guru honorer akan membuat beban kerja para guru PNS akan sangat banyak. Saya membayangkan mumet betul kalau saya jadi kepala sekolah yang kekurangan guru.

Baca Juga:

Ternyata Label Islami Tak Bisa jadi Jaminan: Pengalaman Pahit Jadi Guru Honorer Serasa Jadi Pegawai Serabutan

Kalau Mau Cari Uang Jangan Jadi Guru, Terus Mereka Mau Makan Apa? Tenaga Dalam?

Kemajuan pendidikan terhambat

Ibu saya melanjutkan, dampak ketiadaan guru honorer lainnya tidak hanya dari beban kerja PNS yang meningkat, tapi progresifitas ekosistem pendidikan secara umum juga akan terganggu. Para guru PNS di negeri ini, selain tugasnya mengajar, sebagian dari mereka juga adalah asesor yang melakukan visitasi terhadap peningkatan mutu dan standar sekolah. Mereka memeriksa, mendampingi, dan mengevaluasi berbagai kebutuhan tiap-tiap sekolah di daerah yang ingin meningkatkan mutu dan kualitas pendidikannya (melalui akreditasi).

Selain itu, setiap daerah biasanya memiliki tim atau gugus percepatan yang berisikan guru-guru PNS berkompeten. Tugas mereka menyusun kurikulum dan model pendidikan yang cocok berdasarkan kearifan lokal. Belum lagi ditambah dengan tugas-tugas nonteknis dari kepala dinas setempat (yang semena-mena) yang sering dihadapi oleh para guru PNS.

Sudah tanggung jawab di sekolah banyak, ini ditambah dengan tugas-tugas nonteknis yang datang dari luar sekolah. Dengan gambaran seperti itu, Ibu saya meyakini, profesi guru akan nampak begitu menakutkan bagi para generasi muda.

Beban operasional berkurang, tapi, sepadan kah?

Tapi, di sisi lain, ketiadaan guru honorer sebenarnya punya dampak yang positif. Misalnya terhadap beban operasional sekolah. Banyak sekolah (yang masih manusiawi) yang merelakan dana BOS-nya terpotong untuk gaji guru honorer. Selain itu juga berimplikasi terhadap biaya pendaftaran sekolah anak. Karena nggak dimungkiri bahwa biaya pendaftaran sekolah sedikit banyak juga diambil dari biaya tersebut.

Selain itu, guru akan menjadi profesi yang perekrutannya benar-benar dilakukan secara selektif. Mengingat tugas dan tanggung jawabnya yang berat. Mereka yang jadi guru akan diambil dari orang-orang yang punya jiwa mendidik dengan imajinasi pendidikan yang futuristis. Sehingga nggak ada lagi tuh orang-orang yang memilih jadi guru PNS dengan dalih mencari kenyamanan hidup.

Terlepas dari itu, Ibu saya meyakini bahwa persoalan honorer sebenarnya hanya tentang insentif mereka yang dimanusiakan. Ibu saya sebagai kepala sekolah bahkan sampai menjalin kerja sama dengan desa melalui pemanfaatan dana desa (yang sering disalahgunakan secara gaib itu) untuk menambah insentif mereka sehingga dirasa layak.

Kalau pemerintah setidaknya punya regulasi khusus yang mengatur tenaga honorer, dengan catatan tanggung jawab perihal insentif ditanggungkan kepada pemerintah daerah, maka keberadaan guru honorer tidak dilematis dan problematik seperti saat ini. Selama ini pemerintah daerah, bahkan banyak pemerintah desa yang harusnya punya tanggung jawab kan seolah menutup mata dari seluruh realita itu. Benar kan, Pak Nadiem?

Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kalau Mau Bahagia, Jadilah Guru PNS. Kalau Mau Jadi Filsuf, Jadilah Guru Honorer

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 30 Mei 2023 oleh

Tags: ekosistem pendidikanGuru Honorerperan vital
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

guru honorer

Kalau Guru Honorer Digaji Surga, Pancasila Cukup Sila Ketuhanan Saja

18 Oktober 2019
Pengalaman 5 Bulan Pakai Chromebook: Anti Lemot, Murah, tapi Nggak Murahan, dan Jauh dari Perasaan Menyesal korupsi chromebook nadiem makarim

Pengalaman 5 Bulan Pakai Chromebook, Laptop Sahabat Guru Honorer: Anti Lemot, Murah, tapi Nggak Murahan, dan Jauh dari Perasaan Menyesal

23 Agustus 2024
Selama Gaji Guru Tidak Naik, Universitas Pendidikan macam UNY Hanya Akan Jadi Pencetak Orang Miskin Baru

Selama Gaji Guru Tidak Naik, Universitas Pendidikan macam UNY Hanya Akan Jadi Pencetak Orang Miskin Baru

1 Januari 2024
Guru Swasta Menderita, Harus Serba Bisa tapi Gaji Bercanda (Unsplash) kabupaten bandung barat

Nasib Guru Swasta di Kabupaten Bandung Barat: Dituntut Membuat Siswa Bahagia meski Nasib Mereka Begitu Menyedihkan

7 Juli 2024
Kampus Mengajar, Program untuk Mahasiswa yang Ingin Merasakan Penderitaan Guru Honorer

Kampus Mengajar, Program untuk Mahasiswa yang Ingin Merasakan Penderitaan Guru Honorer

4 November 2023
Bajingan! Gaji Guru Honorer Jauh di Bawah Tukang Parkir Liar! (Unsplash) finlandia sekolah swasta

Normalisasi Upah Rendah sebagai Jalan Terjal Karier Guru Honorer Adalah Sesat Pikir yang Dibangga-banggakan

13 Agustus 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.