Apa yang lebih menyebalkan daripada konvoi moge dikawal patwal? Tentu komunitas motor trail yang hobi trabas tanpa tahu malu. Apalagi sejak viral rusaknya padang bunga edelweis rawa di Ranca Upas, Jawa Barat. Tapi, coba kita tunda dulu kemarahan yang membuncah. Toh, apa gunanya marah ke kelompok arogan macam bandit trabas ini.
Touring komunitas motor trail merusak bunga Edelweis Rawa di Ranca Upas pic.twitter.com/ZAc9GKKHye
— Mr. Aloresse (@MrBekalicky89) March 7, 2023
Mari kita lihat dari sisi positif. Sebenarnya komunitas motor trail ini bisa jadi solusi pembangunan. Siapa sangka perhelatan trail bisa jadi solusi buka lahan. Tanpa harus mendatangkan alat berat yang dikawal tentara, 1,5 hektar ladang edelweis rawa disulap jadi lahan terbuka! Belum termasuk area hijau lain yang ikut dibajak ban trail bermotif tahu itu. Mana ada komunitas lain yang bisa melakukan itu selain komunitas motor trail? Komunitas moge Kemenkeu mana bisa seperti mereka?
Jadi mari kita coba berbaik sangka. Meskipun merusak padang bunga langka dan hampir punah, arogansi komunitas motor trail ini lebih visioner. Ketika lahan investasi makin sempit sampai menggusur masyarakat, komunitas motor trail membuka lahan baru dan hanya menggusur edelweis.
Daftar Isi
Langganan perusak lingkungan
Sudah berkali-kali muncul berita tentang arogansi komunitas motor trail ini. Dari trabas desa dengan bising, sampai merusak sawah milik warga sekitar. Hebatnya, arogansi mereka tidak memudar. Malah seperti bersaing menjadi komunitas paling arogan. Seperti belum cukup merusak mata pencaharian, mereka merusak padang edelweis yang dilindungi. Mungkin besok mereka bisa coba trabas di Kebun Raya Bogor. Sekalian membunuh banyak tanaman yang lebih langka dari edelweis rawa.
Tapi, arogansi mereka bukan tanpa izin. Dalam perhelatan yang ramai di media sosial tersebut, Perhutani menjadi salah satu pihak yang mendukung serta memberi izin. Maklum, area Ranca Upas memang termasuk hutan lindung di bawah pengawasan Perhutani. Tidak masalah jika warga setempat menolak sampai melakukan blokade, yang penting kan pihak berwenang setuju.
Dengan alasan blokade dan jalur yang disediakan penyelenggara tidak layak, para peserta “terpaksa” melabrak padang edelweis rawa ini. Dan seperti yang bisa kita lihat, padang gembur yang dulunya penuh bunga jadi rata seperti habis dibajak. Belum lagi beberapa kebun warga yang juga ditrabas.
Daripada untuk edelweis rawa, mending dibuka jadi lahan investasi
Mari kita lihat dari kacamata lain. Dengan bantuan komunitas motor trail, rawa yang kemarin cuma jadi habitat bunga langka ini disulap jadi lahan terbuka. Tinggal dipadatkan saja, maka lokasi tersebut siap jadi ladang investasi. Apalagi lokasinya cocok untuk mendirikan villa dan tempat wisata. Daripada jadi habitat semak yang terancam punah, mending ditumbuhi beton yang memperkaya investor, bukan?
Apalagi lokasi Ranca Upas memang cocok untuk investasi sektor pariwisata. Berada di pegunungan Ciwidey di ketinggian 1.700 meter, Ranca Upas lebih cocok jadi lokasi villa tadi. Apalagi selama ini Ranca Upas sudah dikenal sebagai camping ground. Daripada cuma nanggung, mending dibuka sekalian dengan bantuan arogansi komunitas motor trail. Selain jadi villa, bisa juga jadi lokasi glamping alias kemping mewah. Daripada jadi lahan edelweis rawa, lebih profit kalau didirikan selfie spot bentuk love dan sejenisnya.
Bahkan biaya membuka lahan ini lebih murah daripada memakai alat berat. Lha, wong para peserta malah membayar dua ratus ribu untuk ikut acara ini. Sudah membayar, malah ikut membuka lahan yang mungkin tidak terpikirkan aktivis lingkungan. Peserta senang, lahan tersedia, tinggal pasang iklan dan tunggu pemodal. Masalah masyarakat yang sakit hati dan bunga langka yang lenyap, bisa dipikir besok. Toh selama ini lahan investasi selalu seperti itu.
Menanti arogansi lain dari komunitas motor trail
Daripada kita menyayangkan acara perusak alam, mari kita berpikir lebih positif. Toh ini bukan akhir dari arogansi komunitas motor trail. Selama mental kerumunan mereka terjaga dan didukung otoritas, akan banyak lahan yang ditrabas mental sok kuasa mereka. Makin banyak lahan rusak yang bisa diolah jadi sumber pemasukan daerah setempat.
Kalau perlu, sekalian buat acara berskala nasional untuk komunitas motor trail ini. Lokasinya di calon Ibu Kota Nusantara (IKN). Daripada repot membuka lahan dan mendatangkan protes masyarakat, mending manfaatkan animo dan arogansi para pecinta trabas ini. Kalau perlu, hutan di sekitar lokasi IKN ditrabas sekalian sampai motor mereka remuk. Kan mereka mencintai kerusakan, entah motor atau lingkungan yang jadi jalur motor mereka. Daripada motor trail dipakai klitih atau begal, mending untuk sesuatu yang berguna bagi sedikit pihak ini, kan?
Jadi, keindahan alam mana lagi yang akan ditrabas motor trail? Sawah sumber nafkah mana lagi yang dibajak seenaknya oleh kerumunan arogan ini?
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Kaum yang Beli Motor Trail Cuma buat Gaya, Kapan Tobat, Bos?