Perihal sleep call atau perbincangan ringan sebelum tidur ini memang menarik untuk dibahas, dan tentunya nggak semua orang memiliki privilese untuk menikmatinya. Ya, bagi kaum tuna asmara, jelas mereka bakal kesulitan menemukan partner guna melakukan kegiatan romantis nan menyenangkan ini.
Awalnya saya memandang kegiatan sleep call terlalu kaku. Perbincangan via telepon yang dilakukan oleh dua orang sebelum tidur ini lumrahnya hanya milik mereka yang menjalin hubungan Long Distance Relationship (LDR). Selain rindu akan suara sang kekasih, melihat wajah sang empunya hati sebelum tidur merupakan “obat” pelepas kangen yang nggak usah diragukan lagi kemujarabannya.
Namun, pikiran saya ini dengan mudah dipatahkan. Sleep call sendiri ternyata nggak cuma diperuntukkan bagi kaum pejuang LDR. Pasangan yang notabene bisa bertemu setiap hari dengan mudah pun atau mereka yang masih dalam tahap PDKT, sah-sah saja melakukannya. Selain sebagai teman ngobrol sebelum tidur, tangkapan layar dari lamanya call yang berjam-jam itu masih seksi kok untuk diunggah di Instagram Story.
Baru kemarin, ketika melakukan “ibadah” wajib bermain TikTok, sebuah konten testimoni jasa sleep call berbayar muncul di FYP saya. Ini jelas sebuah solusi praktis untuk permasalahan di paragraf pertama.
Saya jelas nggak kaget melihat fenomena ini, mengingat sebelumnya sudah muncul banyak jasa serupa. Bagi sebagian orang, ini merupakan solusi praktis untuk sekadar mengusir rasa kesepian setelah hari yang panjang dan melelahkan. Atau, bisa juga jadi solusi bagi mereka yang sedang dalam kesedihan dan mencari “telinga” lain untuk sekadar didengarkan.
Saya mencoba mengunjungi profil dari si pemilik konten. Ternyata selain sleep call, juga ada jasa lain seperti teman chat dan pacar virtual. Harganya pun terbilang masuk akal, mulai dari 10 ribu per setengah jam untuk sleep call, 15 ribu per 12 jam untuk layanan teman chat, dan 35 ribu per hari untuk pacar virtual.
Dalam kacamata bisnis, ini tentu merupakan sebuah terobosan yang menarik. Berjalan dengan konsep Work From Home (WFH), para talent—sebutan untuk mereka yang nantinya akan menjadi partner kita—sudah bisa untuk bekerja di kafe serta mengunggah sebuah Instagram Story dengan objek laptop dan minuman manis pengundang diabetes itu.
Sulit untuk mengatakan ini bisnis yang baik atau buruk. Menurut saya pribadi, nggak ada baik buruk dalam kacamata bisnis. Selama ada pelanggan dan perputaran uang masih terus terjadi, ya ini usaha yang bagus. Terlebih, ini masuk ke dalam area “blue ocean”, di mana mereka nggak perlu berdarah-darah untuk membuat bisnis sleep call berbayar ini tetap bisa berjalan.
Setiap orang ingin didengarkan
Pada dasarnya, manusia adalah pencerita yang andal. Mereka ingin berbagi apa pun yang menurutnya menarik kepada orang lain. Sayangnya, untuk menemukan pendengar yang tepat, jelas bukanlah sesuatu yang mudah.
Mungkin ini tak lagi menjadi masalah jika kamu sudah memiliki orang terkasih, ya bisa pacar atau crush. Mereka bisa menjadi pendengar yang baik dan (mungkin) mau mendengarkan segala hal-hal absurd dari mulutmu.
Namun bagi mereka yang kesepian, ini merupakan momok yang nyata. Mereka tak tahu kepada siapa harus bercerita. Meskipun pada kenyataannya memiliki banyak teman, orang-orang seperti ini bisa saja merasa kesepian hanya karena nggak memiliki orang lain sebagai wadah menampung keluh kesah mereka.
Bagi orang-orang yang bergerak di jasa sleep call berbayar, ini adalah peluang, dan mereka hadir membawa solusi. Saya yakin betul, para talent yang bergerak di bidang ini sudah teruji bahwa mereka adalah pendengar yang baik. Para talent pada layanan sleep call berbayar ini mampu memberikan saran atau nasihat kepada para pelanggannya yang sedang dalam keadaan sedih atau sedang menjalani hari-hari yang berat.
Terlebih, ini adalah “pekerjaan”. Mereka jelas dituntut profesional dan yang pasti nggak akan ada adu nasib di dalamnya.
“Ah, kamu masih mending. Aku loh… bla… bla… bla…”
Tenang. Kamu nggak akan menemukan orang-orang kompetitif yang sukanya beradu nasib seperti ini pada layanan sleep call berbayar, kok. Justru, kamu bisa mendapatkan sesuatu yang penting dan berguna untuk menyelesaikan permasalahanmu, berangkat dari pengalaman sang talent.
Membicarakan hal-hal tidak penting
Saya mencoba bertanya kepada seorang kawan, yang saya tahu betul dia memiliki track record sleep call cukup gokil. Kalau lagi rindu berat, dia bisa menghabiskan waktu lebih dari 4 jam untuk berbincang dengan sang kekasih!
Pertanyaan saya sederhana, “Kalau kamu call-an lama, biasanya ngobrolin apa?” Teman saya dengan tegas menjawab, “Orang yang biasanya sleep call lama ini gabut, jadi ya ngobrolin hal nggak penting.”
Saya yang belum pernah melakukan sleep call, jelas cukup kaget mendengar jawaban itu. Gimana seseorang bisa menghabiskan waktu berjam-jam lamanya untuk ngobrolin hal nggak penting? Tapi saya sadar, jika urusannya dengan rindu, apa pun jadi terlihat masuk akal, bukan?
Pertanyaan-pertanyaan aneh bin absurd seperti: kalau belut listrik kesetrum, dia jadi mati atau lebih kuat? Kenapa orang males dimarahin padahal dia nggak ngapa-ngapain? Atau, kucing Indonesia dengan kucing luar negeri bahasanya sama nggak? Mungkin hal-hal receh seperti ini yang membuat sleep call bisa menjadi asyik dan menyenangkan.
Rasanya kok nggak mungkin ketika sleep call kita malah membahas resesi ekonomi. Para talent jelas terlatih dengan pertanyaan-pertanyaan aneh seperti itu, dan bahkan mereka memiliki pertanyaan yang jauh lebih receh ketimbang yang kamu miliki. Ini juga bisa menjadi win-win solution antara pelanggan dan talent, keduanya bisa mendapatkan apa yang mereka ingin dan butuhkan.
Di era modern ini, bisnis mungkin akan lebih aneh-aneh. Hal ini merupakan sebuah solusi dari permasalahan yang ada di sekitar kita. Terkait sleep call berbayar, pacar virtual, atau teman chat, apakah jamaah Mojokiyah ada yang pernah order layanan semacam ini?
Penulis: Devandra Abi Prasetyo
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Jasa Merangkai Kata yang Laris Manis: Kok Bisa?