Emangnya apa sih perbedaan psikolog dan psikiater?
“Halo, Dok, saya ambil konseling ini mau nyeritain soal pacar saya,” ujar klien online pada saya. Hmmm, orang ini masih salah kaprah soal profesi psikolog, nih, kata saya dalam hati. Faktanya, psikolog bukanlah dokter, Gaes.
Sebagai seorang psikolog, saya masih cukup banyak menjumpai orang yang belum bisa membedakan antara psikolog dan psikiater. Nggak apa-apa, sih. Wajar. Tapi, biar nggak jadi kesalahan massal turun temurun, maka saya merasa perlu meluruskan.
Meski kedua profesi tersebut sama-sama berkecimpung dalam bidang kesehatan mental, sebenarnya tetap ada perbedaan antara psikolog dan psikiater, lho. Hal ini perlu kalian ketahui agar nantinya kalian dapat menentukan harus pergi ke mana jika diri sendiri atau orang sekitar kalian mengalami permasalahan mental.
#1 Perbedaan Psikolog dan Psikiater: Segi pendidikan
Psikolog adalah profesi dengan latar belakang pendidikan psikologi. Mudahnya, ia adalah seorang lulusan S1 Psikologi, kemudian melanjutkan pendidikan S2 Psikologi Profesi. Untuk gelarnya adalah M.Psi., Psikolog. Kalau kurikulum lama, seorang lulusan S1 Psikologi cukup mengambil profesi dan sudah bisa menjadi psikolog. Lalu mulai sekitar tahun 2003, untuk menjadi psikolog, seseorang diharuskan menempuh pendidikan S2 Psikologi Profesi.
Sementara itu, seorang psikiater latar belakang pendidikannya adalah S1 Kedokteran. Setelah lulus, ia perlu menempuh pendidikan spesialis kejiwaan. Ia akan mendapat gelar Sp. KJ (Spesialis Kejiwaan) begitu lulus pendidikan spesialis.
#2 Perbedaan Psikolog dan Psikiater: Pembagian spesialisasi
Psikolog memiliki beberapa spesialisasi. Kalau dalam internal kami, biasanya disebut sebagai peminatan. Ada psikolog klinis, pendidikan, dan industri. Psikolog klinis menangani permasalahaan-permasalahan gangguan psikologis seperti kecemasan, stres, dan depresi. Psikolog pendidikan lebih kepada permasalahan-permasalahan akademik siswa dan sistem dalam sekolah. Sementara psikolog industri biasanya menangani asesmen, rekrutmen, intervensi, dan pengembangan Sumber Daya Manusia.
Sedangkan spesialisasi di kedokteran sebagaimana yang kita ketahui ada spesialiasi mata, jantung, paru-paru, THT, penyakit dalam, kejiwaan, dan lain sebagainya. Jadi, setelah dokter umum memutuskan untuk melanjutkan ke spesialisasi kejiwaan, ya hanya ada itu, nggak ada pembagian seperti kejiwaan pendidikan atau industri. Artinya, spesialisasi tersebut bisa diterapkan pada ranah apa pun.
#3 Perbedaan Psikolog dan Psikiater: Penyebutan dan jenis klien/pasien
Psikolog biasanya menyebut orang yang berkonsultasi dengan sebutan klien. Jenis kliennya sendiri biasanya adalah mereka yang mengalami gangguan psikologis ringan hingga sedang. Misalnya permasalahan cemas, kesepian, kendali emosi, self esteem rendah, fobia, gangguan kepribadian, konflik pasangan, konflik keluarga, atau depresi ringan.
Sementara psikiater, yang memang basic-nya dokter, menyebut orang yang berkonsultasi dengan mereka sebagai pasien. Seorang psikiater lebih concern terhadap gangguan psikologis sedang hingga berat yang dialami seseorang. Misalnya bipolar, Obsessive Compulsive Disorder (OCD), hingga skizofrenia..
Apakah pembagian pasien/klien ini saklek?
Tentu saja nggak. Seorang psikiater bisa menangani masalah-masalah pasien yang biasa ditangani seorang psikolog. Begitu juga sebaliknya, seorang psikolog bisa menangani klien bipolar atau skizofrenia.
Namun, biasanya yang ditangani psikolog adalah permasalahan psikososialnya, perilaku keseharian seperti rutin mandi atau nggak, serta fungsi klien; misalnya apakah mereka masih menjalankan proses belajar/bekerja dengan baik, apakah mereka masih mampu bersosialisasi dengan baik. Kalau ada gejala seperti halusinasi dan delusi, tentu akan lebih efektif dengan obat dari seorang psikiater.
#4 Perbedaan Psikolog dan Psikiater: Penanganan klien/pasien
Psikolog biasanya menangani klien dengan tiga cara, yakni konseling, psikoterapi, dan psikoedukasi.
Konseling biasanya dianggap orang awam sebagai curhat. Padahal keduanya berbeda. Konseling lebih menitikberatkan pada proses talk therapy yang di dalamnya bertujuan membuat klien bisa mengakui dan menyadari permasalahannya, pun menyadari respons pikiran, perasaan, dan perilakunya atas masalah yang dialami.
Lalu dari konseling tersebut, diharapkan klien mampu menentukan langkah ke depannya dari permasalahan tersebut. Jadi, sebenarnya solusi utamanya berasal dari klien sendiri, bukan psikolog. Tugas psikolog hanya mendengarkan dan memantulkan sehingga diharapkan muncul insight dari klien.
Psikoterapi sederhananya adalah terapi pada permasalahan psikologis. Ada beberapa pendekatakan psikoterapi yang biasanya digunakan psikolog, misalnya terapi perilaku, terapi humanistik, dan terapi kognitif. Tentu pemberian terapi ini nantinya menyesuaikan permasalahan, kondisi, dan kemampuan klien.
Psikoedukasi adalah pemberian edukasi terkait permasalahan klien dan hal-hal praktis yang bisa dilakukan baik pada klien individu maupun psikoedukasi masal. Misalnya terkait dengan latihan meditasi yang baik dan benar itu seperti apa, atau bagaimana mengelola perasaan cemas yang muncul, dsb.
Sementara itu, seorang psikiater lebih banyak menangani pasien dengan farmakoterapi atau terapi obat. Psikoterapi dan psikoedukasi juga bisa dilakukan psikiater ke pasien.
Apakah seorang psikiater juga bisa melakukan konseling? Tentu saja boleh. Namun, konseling ini idealnya sekitar 45-90 menit per sesi. Memang cukup lama, dan biasanya hanya psikiater yang punya ketersediaan waktu cukup tinggi yang bersedia melakukannya, tergantung jumlah pasien yang ia tangani di hari itu.
Dan perlu diketahui, konseling berbeda dengan konsultasi, ya. Konsultasi lebih ke arah tanya jawab, sedangkan konseling seperti yang saya tuliskan di atas.
Nah, itulah perbedaan psikolog dan psikiater. Semoga setelah membaca artikel ini, kalian nggak salah dan tertukar lagi antara keduanya, ya. Kalau kalian sedang mengalami permasalahan psikologis dan masih bingung mau ke psikolog atau psikiater, jangan bingung. Datang saja ke salah satunya. Semakin cepat berkonsultasi, semakin cepat pula masalah mental kalian tertangani dan mencegah kondisi yang lebih berat.
Penulis: Jelang Hardika
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Berani Konsultasi Psikologi untuk Pertama Kali Adalah Langkah Besar untuk Masalahmu.