Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Media Sosial

Tes Usia Mental: Ketika Hidup Membuat Mental Kita Cepat Tua

Salma Fauziah Khairunnisa oleh Salma Fauziah Khairunnisa
11 Juli 2022
A A
Tes Usia Mental: Ketika Hidup Membuat Mental Kita Cepat Tua ODGJ

Tes Usia Mental: Ketika Hidup Membuat Mental Kita Cepat Tua (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Setelah ramai tren pesan kaleng NGL Link di Instagram, gegap gempita sosial media kembali menawarkan tren lain, yaitu tes usia mental. Tes tersebut diklaim dapat mengukur seberapa sepuh mental kita. Hal ini tentu menarik karena usia mental nantinya bisa dikomparasi dengan usia kita sebenarnya, melahirkan narasi bahwa mental ini sesungguhnya lebih cepat berumur daripada tubuh yang menaunginya.

Tes usia mental ini sendiri awalnya rilis di Jepang pada 2013. Hingga kini, sudah ada lebih dari 27 juta orang di 156 negara yang menjajalnya. Menurut data analitik yang dihimpun, rata-rata usia orang Indonesia adalah 25,5 tahun. Secara kultural, usia 25 tahun memang sudah terbilang matang untuk ukuran orang Indonesia. Di usia segitu, ada banyak uji nyali yang tersedia, seperti pertanyaan kapan nikah di setiap acara kondangan dan lebaran, hingga daftar rupa-rupa tagihan.

Oleh karena pembicaraan yang ramai di sosial media, saya pun terdorong untuk mengikuti tes ringan tersebut. Setelah menjawab sekitar tiga puluhan pertanyaan, web mengumumkan bahwa usia mental saya 17 tahun lebih tua dari usia sebenarnya. Nggilani, memang.

Untungnya, saya tidak sendiri. Ketika saya mengklik tagar #TesUsiaMental yang bersemayam di kolom trending, ada banyak orang membagikan hasil tes mereka dan hampir semuanya mendapat hasil bahwa usia mental mereka jauh lebih tua.

Menariknya, hasil tes yang katanya bisa dipercaya itu tak membuat mereka kaget. Justru hasil tersebut seakan jadi bentuk refleksi atas kerasnya hidup dan ributnya isi kepala sehari-hari sehingga membuat mental kebanyakan orang cepat tua. Secara tidak langsung, tes ini seakan mewadahi orang-orang untuk sama-sama mengamini bahwa hidup makin sulit, namun kita tidak punya pilihan lain selain terus berjalan. Miriplah seperti salah satu judul buku Bapak Kepala Suku Mojok, yaitu Hidup Ini Brengsek dan Aku Dipaksa Menikmatinya. Ngwerihh.

Dalam analisis yang lebih serius, fenomena tren ini mengingatkan saya pada perdebatan yang cukup hangat di sosial media beberapa waktu lalu. Yakni tentang narasi bahwa generasi muda zaman sekarang lebih rawan terkena gangguan kesehatan mental. Faktanya, kok ya memang benar. Tes usia mental ini, menunjukkan hal tersebut, meski tak eksplisit.

Sebuah studi yang melibatkan dua kelompok lintas generasi diselenggarakan Holland & Barrett untuk membuktikan hal tersebut. Hasilnya, 41 persen generasi zaman now mengaku mengalami stres secara konstan setiap harinya. Sementara 40 tahun lalu, hanya ada 15 persen generasi muda di zaman itu yang mengalami stres, sisanya mengaku tidak mengalami gangguan berarti.

Padahal, kesejahteraan manusia tentu sudah banyak mengalami peningkatan, tapi kok malah banyak yang mumet? Apakah perkembangan zaman membuat orang makin kufur nikmat? Usut punya usut, pesatnya perkembangan teknologi dan kondisi ekonomi dunia yang makin morat-marit menjadi penyebab utama dari stresnya anak-anak muda. Hasil tes usia mental ini, lagi-lagi, membenarkan hal tersebut meski tak eksplisit.

Baca Juga:

Menganggap Sarjana Angkuh karena Pilih-pilih Kerjaan Itu Terlalu Dangkal, Cobalah Lihat Dulu Sistem yang Membentuk Mereka

Setelah Wisuda, Saya Memilih “Mengubur” Label Alumni UGM demi Mengejar Ketenangan Batin

Banyak orang yang ingin cepat kaya dan khawatir tentang prospek punya rumah pribadi sebelum memasuki usia senja. Padahal kita tahu, eskalasi harga tanah makin gila setiap tahunnya. Nggak cukup sampai di situ, keberadaan media sosial di zaman ini turut menciptakan standar hidup yang tak wajar. Tuntutan sosial pun turut menambah daftar panjang kekhawatiran di zaman ini sehingga banyak anak muda berusaha untuk mencapai goals duniawi seperti body goals, relationship goals, dan masih banyak lagi sebelum tenggat waktu tertentu. Rasanya hidup seperti sinema  kejar tayang dengan jiwa-jiwa yang menua kemudian bergentayangan.

Tentu, ini bukan sepenuhnya salah para generasi muda. Sebagai individu yang memang lahir di zaman kemajuan teknologi, kita seakan tak bisa memilih selain ikut terjun dalam arusnya yang bercabang-cabang: banyak yang baik, tapi banyak juga yang membawa ke keburukan. Saya juga nggak tahu ini salah siapa. Bisa jadi memang bukan salah siapa-siapa, atau terlalu banyak yang salah sampai nggak bisa terdeteksi lagi.

Yang pasti, memiliki mental berkali lipat lebih tua dari usia sebenarnya akibat kerasnya tempaan hidup hingga ekspektasi lingkungan yang setinggi tower Burj Khalifa itu mengindikasikan bahwa kamu bakoh dan luar biasa. Dan tes usia mental membuktikannya, ancen urip saiki ki uangelll.

Kalau kalian penasaran tesnya kek mana, klik link ini aja. Selamat mencoba!

Penulis: Salma Fauziah Khairunnisa
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Menyiapkan dan Menguatkan Diri Memasuki Usia 30

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 14 Juli 2022 oleh

Tags: depresiekspektasimentalPemudatekanan hidupusia
Salma Fauziah Khairunnisa

Salma Fauziah Khairunnisa

Mahasiswi yang pura-pura jadi penulis, kadang sebaliknya.

ArtikelTerkait

Curahan Hati People Pleaser: Bilang Iya di Mulut, tapi Menolak di Dalam Hati Mojok

Dear People Pleaser, Ayo Berani Bilang Tidak demi Hidup yang Lebih Tenang

9 November 2023
5 Alasan Kita Nggak Perlu Nyinyirin Anak Citayam yang Nongkrong di SCBD

5 Alasan Kita Nggak Perlu Nyinyirin Anak Citayam yang Nongkrong di SCBD

9 Juli 2022
Lagu Peterpan untuk melawan depresi (IG @arielnoah)

3 Lagu Underrated Peterpan untuk Membantu Kamu Melawan Depresi

17 Februari 2023
Jogja Selalu Dianggap Manis, Padahal Ujungnya Selalu Pahit (Unsplash)

Untuk Mahasiswa Baru di Jogja, Turunkan Ekspektasi Kalian, Jogja Nggak Seindah Konten Sinematik

30 Juli 2024
depresi lagu mojok.co

Tiga Rekomendasi Album untuk Melawan Depresi

17 Juni 2020
Mas AHY mojok

Mas AHY Bener loh, Anak Muda Tak Boleh Dimanja, apalagi Disiapkan Karpet Merah

25 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.