Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Wanita Jawa Jatuh Cinta dengan Orang Maluku Utara: Saya Tidak Sedang Mewujudkan Hubungan yang Bhinneka Tunggal Ika

Tiara Uci oleh Tiara Uci
29 Juni 2022
A A
Wanita Jawa jatuh cinta dengan laki-laki Maluku Utara. (Unsplash.com)

Wanita Jawa jatuh cinta dengan laki-laki Maluku Utara. (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai wanita Jawa, izinkan saya urun suara….

Beberapa hari ini, laman media sosial saya dipenuhi berita tentang statement Bu Mega yang dinilai rasis oleh sebagian orang dan dianggap bercanda oleh sebagian yang lain. Ucapan Bu Mega yang mewanti-wanti anaknya (Mbak Puan) untuk tidak menikah dengan tukang bakso, mengaitkan masalah pernikahan dengan Bhineka Tunggal Ika, dan mengatakan orang Papua hitam, menuai pro dan kontra.

Btw, kalau pembaca Terminal Mojok bingung, kok logika berpikirnya nggak runut, apa korelasinya antara tukang bakso, Bhineka Tunggal Ika, dan orang Papua berkulit hitam? Biar paham konteksnya, silakan simak video di bawah ini:

Sebagai wanita Jawa yang nggak punya gelar doktor seperti Bu Mega, saya nggak berani mengatakan kalau statement beliu keliru. Mungkin, bukan Bu Mega yang salah berucap, tapi tutur bahasanya saja ketinggian sampai nggak bisa dipahami rakyat jelata macam saya ini.

Namun, sebagai wanita Jawa yang jatuh cinta dan membangun hubungan dengan orang yang kata Bu Mega hitam, ditambah lagi keriting, yang disebut oleh Jules Dumont d’Urville dengan istilah Melanesia (Provinsi NTT, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua) saya ingin mengatakan dengan jujur kalau di otak dan hati saya, sama sekali nggak ada pikiran jika kelak akan memiliki anak yang lebih Indonesia daripada anak orang lain, hanya karena dia lahir dari ibu dan bapak yang berbeda suku dan kulitnya nge-blend, meminjam istilah Bu Mega, seperti kopi susu.

Saya juga nggak punya pikiran heroik, apalagi berharap melahirkan bayi berwarna cokelat agar dia selamat dari serangan rasisme. Ha wong memang nggak ada yang salah dengan warna kulitnya, sekalipun hitam juga nggak apa-apa juga, kok.  

Kecuali kalau kulit anak saya, perpaduan wanita Jawa dan laki-laki Maluku Utara, berubah hijau. Baru deh saya takut, jangan-jangan bapaknya Hulk.

Baca Juga:

PDIP Keok di Kandang Banteng, kok Bambang Pacul yang Disalahkan?

Maluku Utara Sangat Layak Menjadi Provinsi Paling Bahagia di Indonesia

Saya juga nggak pernah tuh, punya cita-cita ingin membangun rumah tangga yang lebih Bhineka Tunggal Ika dengan cara menikahi orang Maluku Utara yang berkulit hitam cum keriting. Nggak, saya nggak sevisioner dan serevolusioner itu. Bu Mega terlalu berlebihan menilai rakyatnya. Kami nggak pernah punya misi hidup yang Pancasilais dari hubungan asmara.

Jatuh cinta ya jatuh cinta saja. Menikah ya menikah saja asalkan seiman dan cocok. Sudah cukup untuk pergi ke KUA. 

Nggak usah ribet dengan urusan politik identitas. Lha wong saya wanita Jawa, saya rakyat jelata. Saya jatuh cinta dengan orang Maluku Utara juga nggak punya niatan mengambil hati penduduk setempat agar mereka nyoblos partai saya di PEMILU mendatang. Kecuali, kalau saya pimpinan partai besar, mungkin ada motivasi lain dalam sebuah pernikahan. Misalnya saja untuk melebarkan kepak sayap kebhinekaan kekuasaan. Mungkin, lho ya.

Lagipula, memangnya kalau laki-laki berkulit hitam, harus banget ya, menikah dengan wanita Jawa atau orang dengan kulit terang lainnya agar bisa lebih Indonesia? Lebih Bhinneka Tunggal Ika? Apakah jika orang Papua yang disebut Bu Mega hitam, menikah sesama orang Papua, lantas menjadi kurang Indonesia? Lho, sejak kapan urusan warna kulit bisa mengidentifikasikan keindonesian seseorang?

Sejak kapan, kita harus berkulit cokelat atau putih baru dibilang Indonesia banget. Please deh, konyol banget. Pikiran sempit semacam itu harus segera dienyahkan. Ha mosok kalah sama brand kosmetik yang dengan tren sudah mulai bergeser. Manusia yang cantik nggak harus putih dan berkulit terang. Kamu hitam, cokelat, putih atau kuning, tetap cantik dan bisa mengekspresikan diri masing-masing dengan shade bedak yang warnanya beragam.

Lagipula nih, yah, misalnya saya, sebagai wanita Jawa, menikah dengan orang Maluku Utara yang kebetulan masnya memang hitam dan keriting, apakah ada jaminan anak kami warna kulitnya akan nge-blend, seperti dugaan Bu Mega. Ha kalau tetap hitam seperti bapaknya, yak opo? Apa sebagai ibu dan bapak, kami nantinya dianggap telah gagal. Lantaran meminjam istilah Bu Mega “rekayasa genetika” yang  kami praktikkan zonk. Lha kok jadi ribet, sih.

Saling memahami dan beradaptasi dengan kebiasaan masing-masing saja sudah njelimet. Misalnya, saya kalau makan pisang goreng itu dengan cokelat dan keju, lha kok dia makan pisang goreng pakai sambal colo-colo, sekte makanan apa itu? 

Sebagai wanita Jawa, saya punya weton yang setiap bulannya diperingati dengan membuat bubur abang dan jajanan pasar. Lha dia, boro-boro memperingati weton, orang Maluku Utara mana paham wetonnya apa? Kalau kami mau menentukan hari baik, misalnya agar bisa menikah, karena dia nggak tahu wetonnya, hitungannya lebih susah dari integral parsial kalkulus tujuh.

Urusan yang udah ruwet itu, makin menjadi ruwet lagi saat harus dibebani dengan istilah Bhineka Tunggal Ika. Ditambah lagi, konstruksi sosial yang telanjur terbentuk di negeri ini, masih menganggap mereka yang berkulit hitam atau yang biasa dipanggil dengan orang Timur, lebih terbelakang dari mereka yang berkulit terang. 

Nggak jarang, orang-orang melakukan hinaan dengan dalih sedang guyon. Contohnya, saat berkenalan dengan orang NTT, mulut orang yang sok keren nyeletuk “sumber air su dekat”. Hadeh, buat apa, sih? Kalimat yang katanya bercanda itu menurut saya jahat. Nggak lucu dan N.O.R.A.K!

Saya juga kurang setuju dengan istilah orang Timur untuk menyebut mereka yang berada di Papua, Maluku Utara, dan semua wilayah yang dulunya masuk dalam Groote Oost (Timur Raya). Indonesia tuh sudah merdeka, Bestie. Selama nggak pernah ada istilah orang Barat untuk menyebut orang Jawa dan nggak ada istilah orang Tengah untuk mereka yang berasal dari Kalimantan. Kenapa harus ada sebutan orang Timur, coba?

Jadi ya, mohon maaf untuk semua pendukung Bu Mega atau orang-orang yang mati-matian membela ucapan beliau dengan alasan bercanda. Saya kira, ada banyak hal yang bisa dijadikan objek candaan dan lebih lucu daripada guyon soal orang berkulit hitam. Misalnya, kenapa partainya wong cilik kok nggak mau memiliki menantu tukang bakso yang juga wong cilik? Kan lucu itu, nggak sinkron antara tagline dan tindakan.

Btw, saya juga nggak sedang sok-sokan menjadi aktivis HAM. Sebagai orang biasa, saya ingin semua orang tahu kalau bercanda tentang fisik, seperti soal warna kulit, nggak relevan lagi dengan zaman. Candaan seperti itu kuno dan terbelakang. Apalagi candaan fisik yang dibalut dengan alasan keberagaman. 

Kebhinekaan juga nggak harus diwujudkan dengan pernikahan lintas suku, antara wanita Jawa dan laki-laki Maluku Utara. Menikah ya karena beribadah, nggak ada urusan dengan Bhinneka Tunggal Ika. Titik!

Baiklah, sambatan ini saya akhiri sampai di sini dulu. Ngapunten, kulo ajenge maem bakso dulu.

Penulis: Tiara Uci

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Jangan Nyinyirin Megawati yang Tak Mau Punya Menantu Tukang Bakso.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 Juni 2022 oleh

Tags: Bu MegaMaluku UtaraMbak PuanMegawatipapuaPDIPtukang baksowanita jawa
Tiara Uci

Tiara Uci

Alumnus Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya. Project Manager perusahaan konstruksi di Surabaya. Suka membaca dan minum kopi.

ArtikelTerkait

Berkunjung ke Halmahera Membuat Saya Sadar Kalau Keluhan Kita yang Tinggal di Pulau Jawa Terdengar Sepele

Berkunjung ke Halmahera Membuat Saya Sadar kalau Keluhan Kita yang Tinggal di Pulau Jawa Terdengar Sepele

10 Juli 2023
Sisi Gelap Pendidikan di Papua Sebuah Ironi di Timur Indonesia (Unsplash)

Sisi Gelap Pendidikan di Papua: Sebuah Kisah Ironi di Timur Indonesia

11 Juli 2023
jadi presiden selama sehari lambang negara jokowi nasionalisme karya anak bangsa jabatan presiden tiga periode sepak bola indonesia piala menpora 2021 iwan bule indonesia jokowi megawati ahok jadi presiden mojok

Megawati adalah Tokoh yang Paling Banyak Memberi Sumbangsih untuk Indonesia

1 November 2020
gereja katolik indonesia gereja katolik papua konferensi waligereja indonesia mendiamkan kekerasan di papua pembunuhan pendeta yeremia intan jaya mojok.co

Mengapa Gereja Katolik Indonesia Mendiamkan Kekerasan pada Umatnya di Papua?

11 Desember 2020
Jangan Nyinyirin Megawati yang Tak Mau Punya Menantu Tukang Bakso

Jangan Nyinyirin Megawati yang Tak Mau Punya Menantu Tukang Bakso

24 Juni 2022
7 Fakta Unik Terkait Papua yang Saya Temukan di Sana Terminal Mojok

Papua, Irian, dan Segenap Atribut Primitif yang Disematkan

27 April 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.