Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kritik dan Komentar Itu Biasa: Pekerja Seni Kok Baper?

Dini N. Rizeki oleh Dini N. Rizeki
21 Oktober 2019
A A
pekerja seni

pekerja seni

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa hari yang lalu mungkin kita semua sempat membaca cuitan Dodit Mulyanto yang merasa filmnya yang baru tayang dikritik cukup pedas oleh sebuah portal berita online. Dodit merasa tidak pernah mengomentari portal berita tersebut, lalu kenapa karyanya harus dikomentari? Singkatnya begitu.

Kemudian, dunia para blogger dan bookstagrammer cukup dihebohkan oleh sebuah cuitan dari satu akun blogger yang curhat kalau ternyata ulasan yang dia unggah di blognya tentang sebuah buku tidak bisa diterima oleh penulisnya. Dengan sukarela akhirnya unggahan itu dihapus.

Dua kasus di atas cukup mirip, ya?

Intinya tidak bisa terima karya yang sudah susah payah kita buat ternyata tidak atau kurang cocok di mata orang lain.
Mungkin yang harus dilakukan pertama kali adalah memantapkan prinsip sebagai pekerja seni dulu, bahwa kita siap dengan segala masukan, kritik, saran bahkan makian dari orang lain. Iya, seorang sutradara, aktor, penulis juga pelukis itu kan semuanya termasuk pekerja seni.

Dalam prosesnya untuk menjadi lebih baik, sepertinya yang kita butuhkan bukan cuma pujian tapi juga kita butuh dicaci maki. Karena itu bisa jadi cambuk yang ampuh supaya kita menghasilkan karya yang nggak asal-asalan lagi, supaya nggak salah melulu di mata para pemirsa.

Nggak perlu baper lalu emosional menanggapi kritik dari orang lain. Itu kan pendapat pribadi mereka. Kita tidak bisa memaksa mereka untuk suka 100% dengan apa yang sudah kita buat.

Lagipula, kalau mereka melayangkan kritik juga bukan berarti mereka nggak suka, kok. Hanya saja mungkin ada sesuatu yang terasa janggal dan jadinya aneh di mata mereka. Mereka menyampaikan kritik harusnya kita berterima kasih karena itu tandanya mereka memperhatikan (karya) kita dengan jeli.

Bedakan posisi para kritik-ers ini dengan posisi haters. Haters akan selalu menganggap salah apa pun yang kita lakukan, ya karena mereka sudah dari sananya tidak suka dengan keseluruhan kita, jadi mau bikin karya seperti apa juga besar kemungkinannya mereka tetap bakal tidak suka. Sedangkan kritik-ers, mereka hanya menyampaikan kritikan pada kita atas hal-hal tertentu.

Baca Juga:

ASN Bisa Bersuara, Bisa “Mati” Maksudnya

ASN Boleh Mengkritik Negara, karena Digaji oleh Rakyat dan Diminta Setia pada Negara

Pada kasus Dodit, portal berita itu mengungkapkan bahwa di film yang dibintangi Dodit memang ada beberapa celah yang cukup besar. Mereka jeli melihat sampai ke situ. Para penikmat lainnya mungkin hanya sampai pada tahap menikmati. Mereka datang ke bioskop, beli tiket, nonton, tertawa dan bahagia. Sudah.

Ke depannya mungkin bisa jadi acuan bagi Dodit untuk lebih mencoba berkomunikasi dengan para staf pembuatan filmnya agar hal-hal yang dikritik itu bisa lebih dibenahi lagi.

Di kasus blogger dan penulis itu juga sama. Blogger sebagai pembaca merasa ada hal-hal yang kurang bisa dia nikmati. Dia menyampaikannya walau tidak secara langsung. Ini pembaca yang jeli. Dia paham mana lebih dan kurangnya dari sebuah buku. Ke depannya juga, mungkin penulisnya bisa lebih memperhatikan hal-hal ini supaya hasilnya lebih bisa maksimal.

Nggak usah ditanggapi dengan emosi lah, karena masalah seperti akan terus ada. Manusia tidak pernah puas. Ya, benar. Pemirsa, penonton, pembaca, apapun julukannya itu manusia. Saat kita berhasil membuat sebuah karya, mereka pasti masih akan menemukan celahnya untuk dikritik. Nggak perlu terus menerus mengikuti selera mereka juga, tapi paling tidak kita harus punya standar sendiri untuk karya kita.

Kritik dari mereka kita saring lagi satu persatu. Bukannya malah kita ladenin mereka satu-satu dengan emosi yang membara. Capek lho!

Kritik dan masukan yang kita rasa memang benar dan berguna untuk memperbaiki karya kita selanjutnya ya kita pakai, yang memang dirasa tidak berguna ya tidak usah, abaikan. Memang seharusnya setelah karya kita selesai, posisikan diri sebagai pihak netral yang akan menikmati karya tersebut. Jangan terkena euphoria terlalu bangga atau malah jadi pengidap star-syndrome. Nanti malah kena kritik atas attitude kita juga. Malah susah.

Bagaimana bisa maju kalau sedikit-sedikit pakai emosi? Jadilah pribadi yang berlapang dada dan berjiwa besar dulu sebelum berani memamerkan karya kita. Karena kalau terus-terusan baper, ya kelar! (*)

BACA JUGA Wejangan Hidup Ala Kirana Larasati yang Patut Ditiru Oleh Netizen atau tulisan Dini N. Rizeki lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 21 Oktober 2019 oleh

Tags: Baperbloggerdodit mulyantoKebebasan berpendapatkritikpekerja seni
Dini N. Rizeki

Dini N. Rizeki

Seorang yang menulis supaya tetap waras.

ArtikelTerkait

Wajar Kalau Kita Jadi Nggak Suka Slank karena Kedekatan Mereka dengan Penguasa

Wajar Kalau Kita Jadi Nggak Suka Slank karena Kedekatan Mereka dengan Penguasa

6 November 2022
Rajin Mengkritik Tapi Malas Mengapresiasi Itu Budaya Kita, ya?

Rajin Mengkritik Tapi Malas Mengapresiasi Itu Budaya Kita, Ya?

5 Januari 2020
jadi presiden selama sehari lambang negara jokowi nasionalisme karya anak bangsa jabatan presiden tiga periode sepak bola indonesia piala menpora 2021 iwan bule indonesia jokowi megawati ahok jadi presiden mojok

Jokowi Jadi Presiden Biar Aman Saat Mengkritik Negara: Sebuah Plot Twist

31 Mei 2021
Kebebasan berpendapat

Kebebasan Berpendapat di Media Sosial: Jangan Bedakan Antara Media Sosial dan Kehidupan Nyata

19 September 2019
Nonton Petualangan Sherina Saat Anak-anak dan Dewasa Itu Beda Pisan (Eddy H/Shutterstock.com)

Nonton Petualangan Sherina Saat Anak-anak dan Dewasa Itu Beda Pisan!

21 Mei 2022
Biarkan Rafi Azzamy Bicara, dan Kalian Orang Tua Sok Sinis Sebaiknya Diam

Biarkan Rafi Azzamy Bicara, dan Kalian Orang Tua Sok Sinis Sebaiknya Diam

12 Juli 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.