Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik

Tiara Uci oleh Tiara Uci
15 Mei 2022
A A
Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik Terminal Mojok

Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik (Cornelius Krishna Tedjo/Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Selama tujuh belas tahun tinggal di Surabaya, saya melihat banyak perubahan di Kota Pahlawan, utamanya soal ruang terbuka hijau dan pelebaran jalan. Harus diakui, Surabaya kini punya jalan raya yang amat lebar yang mana dalam satu jalur bisa terdapat sampai enam lajur. Kalau dihitung dengan arah sebaliknya, berarti ada dua belas lajur dalam satu jalan. Namun, kondisi tersebut tak lantas membuat Surabaya terbebas dari kemacetan. Global Traffic Scorecard justru menempatkan Surabaya sebagai kota termacet di Indonesia.

Melebarkan jalan bukan solusi untuk mengurai kemacetan di Kota Pahlawan. Mau dibuat selebar apa pun jalannya, kalau jumlah mobil dan motor terus meningkat, ya percuma saja. Meski begitu, bukan berarti kemacetan di Surabaya disebabkan rakyat yang konsumtif dalam membeli kendaraan bermotor. Salah satu alasan warga Surabaya tetap mengendarai mobil dan motor pribadi tentu saja karena Surabaya nggak punya alternatif transportasi publik yang memadai.

Sek, sabar, jangan marah dulu. Iya, saya tahu, Surabaya sudah mulai berbenah dan membangun transportasi umum yang diharapkan bisa membantu mengurangi kemacetan di jalan. Sayangnya, semua program yang dibuat Pemerintah Kota Surabaya kesannya gimik politik doang. Gigantik saat dipresentasikan, tapi nothing ketika dipraktikkan.

Masih ingat, kan, gimana kerennya media mengulas tentang Suroboyo Bus? Bus berwarna merah yang diklaim modern dan ramah lingkungan. Untuk bisa naik Suroboyo Bus, warga Surabaya nggak membutuhkan uang, melainkan hanya perlu botol plastik. Keren nggak tuh? Mana ada kota lain yang punya bus umum sevisioner Suroboyo Bus?

Dulu, naik Suroboyo Bus bayar pakai botol plastik (Shutterstock.com)

Sayangnya, Suroboyo Bus hanya keren saat dibuat presentasi dan topik berita. Begitu resmi diluncurkan dari 2018 sampai sekarang, bus yang digadang-gadang sebagai transportasi publik masa depan ini sepi penumpang. Suroboyo Bus lebih sering terlihat mengangkut lelembut ketimbang orang.

Selama tiga tahun beroperasi, Suroboyo Bus hanya berhasil mengangkut 3 juta penumpang. Jauh banget bila dibandingkan dengan TransJakarta yang penumpang hariannya mencapai 1 juta. Boro-boro dibandingkan dengan Jakarta, dibandingkan Trans Semarang saja kalah, Rek. Suram.

Kalau ada yang ngomong, “Lah, arek Suroboyo manja, nggak mau naik bus umum!” Sini, tak selotip dulu mulutnya.

Orang Surabaya nggak beralih dari transportasi pribadi ke Suroboyo Bus ya karena busnya nggak bisa digunakan untuk daily life transportation. Bus ini hanya cocok untuk orang yang ingin berwisata sambil jalan-jalan cantik di Kota Pahlawan.

Baca Juga:

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

Lah piye, masa orang Surabaya harus mungutin sampah botol plastik dulu setiap malam agar besok paginya bisa naik Suroboyo Bus ketika mau berangkat kerja? Kan ngelawak banget. Bukannya jadi ramah lingkungan, orang malah rajin beli botol plastik di minimarket biar bisa naik bus.

Masalah pembayaran ini kemudian memang diperbaiki, sih. Terhitung sejak 2021, warga sudah bisa naik Suroboyo Bus pakai uang, nggak perlu botol plastik lagi. Meskipun begitu, Suroboyo Bus tetap saja sepi penumpang, padahal busnya bagus dan bersih.

“Fix, ini sih sudah jelas masalahnya karena arek-arek Suroboyo males naik bus!” Hmmm, males dengkulmu.

Begini, lho, Suroboyo Bus itu nggak bisa menjawab kebutuhan transportasi harian warga Surabaya. Apa sih yang paling diinginkan seseorang ketika naik transportasi publik? Jawabannya pasti nggak jauh dari soal kemudahan akses, rute yang luas (menjangkau seluruh sudut kota), efisien, hemat, dan nyaman. Sialnya, semua itu nggak dimiliki oleh Suroboyo Bus, kecuali soal kursinya yang nyaman.

Suroboyo Bus nggak punya jalur khusus (EftiYunita/Shutterstock.com)

Rute Suroboyo Bus juga sangat terbatas. Jangankan menjangkau seluruh sudut kota Surabaya, setengahnya saja belum. Selain itu, headway Suroboyo Bus tuh lama banget, bisa lebih dari 20 menit. Ditambah lagi busnya lelet, merayap seperti siput. Lagian gimana mau cepat, ha wong nggak punya jalur khusus, kok. Kalau sama-sama nggak punya jalur khusus, apa bedanya Suroboyo Bus dengan bus kota DAMRI? Bahkan kedua bus tersebut rutenya ada yang sama atau mirip-mirip, lho.

Lantas, apa sebenarnya yang hendak ditawarkan oleh Suroboyo Bus agar orang mau berpindah dari naik motor dan mobil ke bus? Ya nggak ada, makanya busnya sepi.

Warga Surabaya kalau mengandalkan transportasi publik jatuhnya malah tua di jalan, nggak efisien dan boros. Iya, boros, kan busnya nggak menjangkau semua kawasan, jadi kalau ada rute yang nggak dilewati bus, kita musti naik ojek online lagi. Ribet banget, sumpah. Saya beri contoh, ya, biar kesannya nggak membual atau sambat doang.

Misalnya saya dari Terminal Bungurasih mau nonton bola di Stadion Gelora Bung Tomo naik transportasi publik di Surabaya. Maka prosesnya akan seperti ini: pertama naik bus DAMRI turun di Margomulyo (ongkosnya Rp10 ribu), kemudian lanjut naik bemo turun di Pasar Benowo (ongkosnya Rp6 ribu). Dari Pasar Benowo ke stadion nggak ada transportasi publik lagi. Jadi, saya harus naik ojek (ongkosnya sekitar Rp10 ribu). Total ongkosnya jadi Rp 26 ribu.

Gimana? Ribet dan mahal, kan? Sudah waktunya lama lantaran harus oper ke beberapa moda transportasi, eh, ongkosnya juga mahal. Dibandingkan dengan naik motor sendiri, beli bensin nggak sampai Rp20 ribu sudah sampai stadion, bahkan pulang-pergi.

Masalah efisiensi dan ketersedian rute inilah yang harus dijawab oleh Pemerintah Kota Surabaya jika ingin mengajak warganya berpindah dari kendaraan pribadi ke transportasi publik. Selama warga nggak merasa kalau bus lebih efisien—baik secara waktu maupun biaya—selama itu pula transportasi publik di Surabaya nggak cukup berguna.

Kalau mau diingat-ingat, sebenarnya pada tahun 2005, wali kota Surabaya waktu itu juga pernah mewacanakan akan membangun MRT yang diberi nama SMART (Surabaya Mass Rapid Transportation). Desain pembangunan SMART bahkan sudah tersebar di media. Namun, sekali lagi, program tersebut hanya santer terdengar saat kampanye atau acara-acara politik. Sampai masa jabatan wali kota berakhir dari 2005 sampai 2010, nggak ada pembangunan apa-apa tuh.

Kemudian ketika wali kota berganti, warga Surabaya kembali diberi angin segar. Kabarnya wali kota terpilih, Ibu Risma, akan membangun transportasi massal berbasis trem. Jika kalian bertanya, “Kenapa nggak bikin BRT/busway seperti TransJakarta saja?” Menurut Bu Risma, busway hanya akan menghabiskan kapasitas jalan dan nggak akan menyelesaikan masalah kemacetan di Surabaya. Makanya, Surabaya kekeuh ingin membangun trem dan monorel. Sayangnya, sampai masa jabatan Bu Risma berakhir, trem hanya ada di alam mimpi.

Ilustrasi monorel (Shutterstock.com)

Kalau kalian bertanya lagi, “Kenapa akhirnya Bu Risma meluncurkan Suroboyo Bus? Kan itu bus menghabiskan kapasitas jalan juga?” Nah, saya juga belum menemukan jawabannya…

Yang lebih lucu lagi, pada akhir tahun 2021, ketika wali kotanya berganti lagi. Pemkot Surabaya gencar mengiklankan BRT yang diberi nama Trans Semanggi. Lah, dulu ngapain ditolak? Sekali lagi, kita  nggak boleh negative thinking, lho, ya. Semua itu pastinya dilakukan demi Surabaya yang lebih baik.

Meski cukup aneh, sih, apalagi Trans Semanggi juga nggak punya jalur khusus bus. Lantas, apa bedanya dengan bus kota yang sudah ada? Kabarnya, Pemkot Surabaya akan membuat rekayasa lalu lintas. Jadi, Trans Semanggi nantinya akan diprioritaskan saat melewati jalanan Kota Pahlawan. Dengan begitu, Trans Semanggi diharapkan memiliki waktu tempuh yang lebih cepat bila dibandingkan moda transportasi lain.

Masalahnya, mau direkayasa seperti apa pun, kalau Trans Semanggi masih melewati jalan yang sama dengan kendaraan lain, ya percuma saja. Trans Semanggi akan tetap terjebak kemacetan dan bertumpuk dengan kendaraan lainnya. Kecuali kalau Trans Semanggi punya sayap dan bisa terbang, baru deh ceritanya akan berbeda.

Lagi pula, menambahkan jumlah armada bus dengan berbagai macam nama tanpa membangun jalur khusus justru terlihat seperti gimik politik belaka. Sekadar biar para pemimpin di Kota Pahlawan ini punya program baru di bidang transportasi. Tanpa jalur khusus, jumlah bus yang banyak justru memperparah kemacetan. Kenapa? Ya karena bodi Suroboyo Bus dan Trans Semanggi itu besar, sehingga memakan banyak area jalan, sementara isinya hanya segelintir orang. Jadinya malah nggak efektif, dong?

Kesimpulannya, sih, kalau masalah transportasi publik di Surabaya hanya dilihat sependek masa jabatan wali kota yang 5 atau 10 tahun saja, sampai kapan pun Surabaya nggak bakal memiliki transportasi publik yang memadai. Sebagai rakyat jelata yang hanya bisa sambat kemudian berdoa, saya berharap semoga warga Surabaya segera memiliki transportasi publik yang bisa diandalkan untuk kebutuhan mobilitas harian warganya. Aamiin.

Penulis: Tiara Uci
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 4 Hal Nggak Enaknya Naik Bus Surabaya-Jember.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 15 Mei 2022 oleh

Tags: BusSurabayatransportasi publik
Tiara Uci

Tiara Uci

Alumnus Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya. Project Manager perusahaan konstruksi di Surabaya. Suka membaca dan minum kopi.

ArtikelTerkait

Stasiun Surabaya Gubeng- Simbol Perpisahan dan Kemarahan (Pexels)

Stasiun Surabaya Gubeng: Simbol Perpisahan dan Kemarahan yang Menjadi Satu

28 Januari 2025
stasiun citayam kereta api penataran blitar mojok

Kereta Api Penataran, si Ular Besi Tua Andalan Mahasiswa Blitar Raya

16 November 2020
Surabaya di Mata Orang Sidoarjo Nikmat, tapi Bikin Baper (Unsplash)

Bagi Orang Sidoarjo, Surabaya Adalah Kota yang Penuh Kenikmatan, Asal Kamu Betah Panas dan Nggak Baperan

15 Maret 2024
Rute LRT Jalur Cibubur Adalah Seburuk-buruknya Penataan Akses Transportasi Publik

LRT Jalur Cibubur Adalah Seburuk-buruknya Penataan Akses Transportasi Publik

3 April 2024
Jangan Naik Transjakarta Saat Hujan Lebat kalau Nggak Mau Terjebak Selamanya

Jangan Naik Transjakarta Saat Hujan Lebat kalau Nggak Mau Terjebak Selamanya

12 April 2024
Tips Aman Naik Bus Rosalia Indah supaya Terhindar dari Maling Mojok.co

Tips Aman Naik Bus Rosalia Indah supaya Terhindar dari Maling 

13 April 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.