Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Film

Credit Scene, Senjata Ampuh Film-film Marvel dalam Raih Kesuksesan

Bintang Ramadhana Andyanto oleh Bintang Ramadhana Andyanto
11 Mei 2022
A A
Credit Scene, Senjata Ampuh Film-film Marvel dalam Raih Kesuksesan Terminal Mojok.co

Credit Scene, Senjata Ampuh Film-film Marvel dalam Raih Kesuksesan (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Apa yang pertama kali muncul di pikiran kalian begitu mendengar kata “Marvel”? Saya yakin mayoritas orang akan menjawab mengenai nama-nama superhero favorit mereka ataupun film-filmnya yang dalam satu dekade ini dapat dikatakan menjadi ikon tersendiri di dunia perfilman Hollywood. Bila berbicara perihal karya layar lebar yang diproduksi oleh Marvel Studios, sejatinya kurang lengkap jika tak membahas pula mengenai satu ciri khas yang hampir selalu muncul di setiap mereka: credit scene.

Bagi Anda yang tidak tahu, credit scene adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut adegan yang muncul setelah filmnya usai dan kredit filmnya mulai bergulir. Adegan itu dapat muncul di pertengahan ataupun ujung sekali ketika filmnya benar-benar telah menyentuh kata “tamat”. Sebutan yang digunakan pun cukup bermacam-macam, antara lain seperti mid credit scene, post-credit scene, after-credit scene, dan sebagainya.

The Avengers (Shutterstock.com)

Perbedaan penyebutan tersebut didasarkan pada penempatan adegan bersangkutan, tentunya dengan tujuan masing-masing sesuai keinginan dari pihak studio. Namun, tulisan ini tidak akan saya peruntukkan untuk membahas panjang-lebar mengenai istilah-istilah teknis seperti itu. Melalui artikel ini, saya akan membahas perihal credit scene yang biasa muncul di film-film Marvel dan mengapa hal tersebut bisa menjadi salah satu senjata ampuh mereka untuk mendaki tangga kesuksesan.

Menurut saya, salah satu tujuan utama Marvel dalam memberikan adegan setelah kredit dalam kebanyakan filmnya adalah sebagai pembeda dari karya bergenre serupa yang diproduksi oleh studio lain. Berdasarkan apa yang saya ketahui, credit scene pertama yang muncul di Marvel Cinematic Universe itu terjadi pada film Iron Man (2008) yang dibintangi oleh Robert Downey Jr. Saat itu, Tony Stark dikisahkan bertemu dengan Nick Fury, seorang direktur SHIELD yang hendak mengajaknya untuk membentuk sebuah tim yang kala itu dinamai “Avengers Initiative”. Dan benar saja, kisah mengenai kelompok Avengers akhirnya betul-betul dibuatkan menjadi film yang dirilis pada 2012.

Marvel Studios (Shutterstock.com)

Lantas, di manakah perbedaannya dengan film pahlawan super non-Marvel? Bila kita telusuri lebih mendalam mengenai film superhero apa saja yang dirilis pada tahun yang sama dengan Iron Man, kita akan mengetahui bahwa The Dark Knight karya Christopher Nolan juga dirilis pada tahun tersebut. Apakah film yang biasa disingkat menjadi The Dark Knight itu memiliki credit scene? Tidak ada, bukan? Nah, di sinilah fungsi pertama dari credit scene-nya Marvel, yakni sebagai pembeda dan pembentuk ciri khas tersendiri dari Marvel agar produksi-produksinya memiliki keunikan tersendiri.

Mengenai “pembeda”, saya seketika jadi teringat akan sebuah quotes dari komika Indonesia, Pandji Pragiwaksono. Beliau pernah mengatakan bahwa “Sedikit berbeda itu lebih baik daripada sedikit lebih baik”. Bagi saya, ungkapan tersebut benar-benar telah dipraktikkan secara sempurna oleh manajemen Marvel Studios. Jika berbicara mengenai kualitas, saya rasa kebanyakan orang akan setuju bahwa The Dark Knight merupakan film yang lebih berkualitas daripada Iron Man di hampir semua aspek. Akan tetapi, karena film yang disutradarai oleh Jon Favreau itu memiliki perbedaan tersendiri, maka ia akan tetap “nempel” di hati dan pikiran pencinta film superhero. Meski tentunya, credit scene memang tidak menjadi satu-satunya faktor akan keberhasilan tersebut.

Selanjutnya, fungsi terpenting dari credit scene ala Marvel Studios menurut saya adalah sebagai bentuk promosi yang elegan tetapi “ngena”. Memang, bentuk promosi yang bagaimana, sih? Jadi, bagi yang sudah sering menyaksikan petualangan para member Avengers, maka kalian pasti sudah tahu bahwa adegan yang muncul setelah kredit biasanya merupakan sebuah adegan penting yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Adegan tersebut biasanya berisikan teaser atau sentilan-sentilan kecil mengenai apa yang kira-kira akan muncul di sekuel film itu sendiri ataupun proyek MCU berikutnya.

Sebagai contoh, pada film Ant-Man yang dirilis pada 2015, credit scene yang muncul adalah potongan dari film Captain America: Civil War, sebuah film yang dirilis satu tahun setelahnya. Dalam adegan tersebut, diperlihatkan bahwa Captain America dan The Falcon bertemu dengan sahabat lama Steve Rogers yang sempat dicuci otak dan bertindak menjadi musuh bernama Bucky Barnes atau nama jahatnya, The Winter Soldier.

Baca Juga:

Film Pangku Jadi Gerbang untuk Saya sebagai Laki-laki Memahami Isu Gender

Empire XXI Saya Nobatkan sebagai Bioskop Kesayangan di Jogja

Karakter di Marvel Studio (Shutterstock.com)

Adegan tersebut dieksekusi dengan sangat keren dan sesuai dengan gaya film-film Captain America yang lebih berbau politik dan konspirasi. Dan menurut saya, yang lebih keren dari itu adalah kejeniusan otak dari orang-orang di belakang layar yang memutuskan untuk meletakkan adegan tersebut di bagian setelah kredit pada film yang ditayangkan sebelumnya. Dengan begitu, orang akan menjadi tertarik atau setidaknya familier akan proyek MCU selanjutnya karena telah melihat salah satu potongan adegannya yang sebenarnya masih tergolong “aman dari spoiler” dan tidak membocorkan plot cerita secara terlalu besar itu.

Bila mereka akhirnya tertarik untuk menonton film selanjutnya, hal itu tentu sangat bagus bagi pemasukan pihak studio. Namun, jika mereka tidak tertarik, hal ini pun masih dapat dianggap sebagai suatu keuntungan, karena dengan cara tersebut Marvel telah menyebarkan branding terhadap produk-produk mereka dengan cara yang halus dan tidak terkesan “ngiklan banget”. Lagipula, bukankah iklan yang baik adalah iklan yang tidak terasa seperti sebuah iklan?

Itulah dua faktor yang membuat credit scene menjadi salah satu senjata ampuh Marvel Studios dalam meraih kesuksesan. Meski tidak diakui secara terang-terangan, nyatanya DC Comics, saingan abadi mereka, pun akhirnya beberapa kali mencoba meniru gaya khas Marvel tersebut. Dalam film Suicide Squad (2016) dan Justice League (2017), pihak manajemen DC dan studio Warner Bros memutuskan untuk memasukkan sebuah credit scene sebagai “jembatan” bagi karya-karya layar lebar mereka di masa mendatang.

Namun nahasnya, mereka gagal untuk mendapatkan kesuksesan yang sama dengan Marvel. Meski sejatinya, kesalahan tersebut lebih tepat dilayangkan kepada pihak studio yang dikabarkan terlalu banyak ikut campur dalam visi kreatif para sutradara. Akan tetapi, pada intinya kegiatan tiru-meniru itu memang bukan suatu hal yang baik. Cobalah menciptakan inovasi tersendiri yang unik dan berbeda dari yang lain, seperti apa yang telah manajemen Marvel lakukan dengan credit scene-nya yang sangat ikonik itu.

Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Audian Laili

BACA JUGA Melihat MCU 10 Tahun yang Akan Datang Setelah Nonton Doctor Strange 2

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 11 Mei 2022 oleh

Tags: Credit SceneFilmmarvelMCU
Bintang Ramadhana Andyanto

Bintang Ramadhana Andyanto

Anak negeri. Tukang ngopi. Pakar senjalogi.

ArtikelTerkait

4 Film dan Series MCU yang Perlu Ditonton Sebelum Nonton Doctor Strange in the Multiverse of Madness Terminal Mojok

4 Film dan Series MCU yang Perlu Ditonton Sebelum Nonton Doctor Strange in the Multiverse of Madness

3 Mei 2022
Alasan Kenapa Sam Wilson Pantas Menggantikan Steve Rogers Sebagai Captain America terminal mojok

Alasan Kenapa Sam Wilson Pantas Menggantikan Steve Rogers sebagai Captain America

5 Mei 2021
5 Film yang Bisa Bikin Parno selain Final Destination

5 Film yang Bisa Bikin Parno selain Final Destination

17 Januari 2022
3 Rekomendasi Film Perang Korea Selatan yang Greget Abis

3 Rekomendasi Film Perang Korea Selatan yang Greget Abis

27 Februari 2022
Wong, Si Paling Sibuk di Semesta Marvel

Wong, Si Paling Sibuk di Semesta Marvel

25 Juli 2022
Illuminati, Grup Elit Superhero Marvel yang Bekerja di Balik Layar

Illuminati, Grup Elit Superhero Marvel yang Bekerja di Balik Layar

16 Februari 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.