Penggemar Liverpool dan sepak bola Inggris pada umumnya, mungkin sedikit mengerutkan kening membaca kedatangan Luis Diaz dari Porto ke sisi Merseyside Merah. Di tengah suramnya lini tengah Liverpool, tim ini justru mendatangkan satu lagi pemain depan, yang notabene, semua orang bakal mengamini bahwa sektor ini kelihatan baik-baik saja.
Pertanyaannya, mengapa Luis Diaz?
Misi pertama dan utama yang hendak dikerjakan oleh Liverpool dari kedatangan winger FC Porto tersebut tentu saja menghapus ketergantungan pada Salah. Sebetulnya, apabila menilik performanya semata, tidak heran apabila Salah berada pada posisi teratas dalam daftar posisi penyerang Jurgen Klopp. Saya yakin, tim-tim lain pun pasti akan menjelma menjadi Salah FC jika memiliki pemain sekaliber beliau. Akan tetapi, selalu menjadikannya pilihan pertama di empat kompetisi berbeda tentu saja sebuah “big no”.
Sampai artikel ini ditulis, Liverpool setidaknya masih bermain di Final Carabao Cup, 16 Besar Liga Champions, FA Cup, dan masih berpotensi merengkuh gelar Liga Inggris. Bermain di empat kompetisi berbeda tidak cukup ideal untuk pemain berposisi penyerang mengingat risiko cedera yang harus ditanggung. Harapannya, dengan keberadaan Luis Diaz, Liverpool tidak perlu membagi kekuatan terbaik lini serangnya di kompetisi-kompetisi tersebut. Dari sini tampak bahwa Liverpool cukup serius memburu semua potensi trofi yang untuk dipajang di Stadion Anfield di akhir musim nanti.
Selain meningkatkan kedalaman skuat, timing kedatangan Luis Diaz juga menarik untuk dibahas. Inilah misi kedua Liverpool dan ada juga kaitannya dengan momentum Minamino. Lha kok?
Ketika Liverpool meminang Minamino dengan mahar 7,25 juta euro dari Salzburg, banyak orang yang mencibirnya karena dianggap sebagai proyek humas Liverpool semata. Sebenarnya, proyek-proyek humas tidak cocok dengan skema/profil Liverpool di bursa transfer.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa dapur transfer Liverpool mengandalkan moneyball dalam perekrutan pemain. Moneyball ini tidak hanya berkaitan dengan performa pemain di atas lapangan, tapi juga dari segi bisnis untuk memastikan Liverpool tetap bisa bermanuver di pasar transfer kemudian hari. Dengan kata lain, ketika mendatangkan Minamino, Michael Edwards dan Komite Transfer paham betul potensi kenaikan harga Minamino. Saat ini ia ditaksir memiliki harga pasaran 20-25 juta euro. Hampir tiga kali lipat harga belinya.
“Momentum” ini benar-benar sangat ingin dimanfaatkan oleh Liverpool. Di lapangan sendiri, Minamino mampu menjawab kebutuhan taktikal Liverpool dengan baik, piawai beradaptasi, dan punya determinasi di atas rata-rata. Tinggal tunggu waktu bagi tim-tim Eropa untuk kepincut dengan performa Minamino dan merogoh kocek sesuai dengan taksiran harga tersebut.
Apabila Liverpool sukses menjual Minamino dengan harga yang ideal, di atas kertas, ia dapat menutup hampir separuh biaya transfer Luis Diaz. Dalam perspektif yang lebih sederhana, Liverpool mampu mendatangkan pemain sekaliber pemain berpaspor Kolombia itu hanya dengan mahar 17 juta euro saja. Apalagi usia Diaz masih 25 tahun. Bukan tidak mungkin ia akan menjelma menjadi idola baru Anfield. Dan apabila tampil “b” aja atau hanya sekadar sesuai ekspektasi, saya yakin harga jualnya bakal tetap meroket di masa depan.
Liverpool memang jagonya memutar duit di bursa transfer. Penjualan Coutinho, Dominic Solanke, dan perekrutan “nggak jelas” semacam Diogo Jota dan Minamino jadi bukti betapa saktinya dapur Si Merah di bursa transfer. Dan, performa mereka sejauh ini belum pernah mengecewakan. Kecuali era suram Andy Carroll dkk.
Penulis: Nurfathi Robi
Editor: Rizky Prasetya