Seiring dengan bertambahnya jumlah tempat wisata di Gunungkidul, nyaris setiap akhir pekan, jalanan Jogja-Wonosari juga semakin padat merayap. Salah satu kelompok manusia yang paling sering saya jumpai di jalan saat akhir pekan adalah rombongan mahasiswa. Dan, sudah dapat dipastikan biasanya mereka adalah mahasiswa baru.
Sebagai kawula muda Gunungkidul yang sering bolak-balik Jogja-Wonosari, tak sulit bagi saya untuk mengenali tanda-tanda mahasiswa baru. Selain pakaian yang dikenakan masih tampak bersih dan rapi, biasanya mereka juga memiliki solidaritas tinggi saat di jalan. Di mana sebagian dari mereka akan saling menunggu temannya yang tertinggal jauh di belakang, sambil terus melihat layar handphone.
Rombongan mahasisawa baru memang selalu terlihat aktif, progressif, dan kompak di manapun berada, terlebih saat ingin pergi ke pantai Gunungkidul. Suasana meriah terpancar jelas di wajah mereka sepanjang jalan. Seolah sudah ada desir angin, pasir putih, dan gemuruh ombak dalam jiwa mereka yang menggebu-gebu.
Pantai di Gunungkidul memang terkenal indah dan memesona. Namun, tidak semua cocok dikunjungi mahasiswa baru. Ada beberapa pantai yang hanya layak untuk pacaran, rekreasi keluarga, dan dikunjungi masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas. Nah, buat para maba yang ingin mengunjungi pantai di Gunungkidul, berikut rekomendasi pantai yang cocok untuk kalian.
#1 Pantai Nglolang
Salah satu pantai di Gunungkidul yang cocok dikunjungi rombongan maba adalah Pantai Nglolang. Pantai yang berada di sebelah barat Pantai Sepanjang ini memiliki panorama alam yang tidak kalah dengan tempat wisata lainnya. Banyaknya pohon dan tanaman di kawasan pantai Nglolang membuat suasana sejuk, asri, dan bersahaja.
Berbeda dengan Pantai Ngetun dan Jungwok yang berliku tajam, akses jalan menuju Pantai Nglolang releatif mudah ditempuh. Oleh karenanya, bagi maba yang fobia dengan jalananan berbatu, pantai ini bisa menjadi alternatif untuk dikunjungi.
Uniknya, meski masih satu kawasan dengan Pantai Sepanjang, keduanya memiliki suasana cukup berbeda. Pantai Sepanjang begitu ramai dikunjungi wisatawan dan banyak penjual, sedangkan Pantai Nglolang masih sangat sepi dan hanya ada dua penjual. Hal ini yang kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
Selain itu, persis di bibir pantai Nglolang juga tersedia pendapa atau balai yang cocok digunakan rombongan mahasiswa baru untuk diskusi atau sekedar tukar kado. Suasananya yang sejuk dan tenang, menjadikan pantai ini juga cocok digunakan untuk olah rasa atau meditasi anak-anak UKM Teater.
#2 Pantai Ngetun
Pantai di Gunungkidul yang paling cocok dikunjungi rombongan maba selanjutnya, yakni Pantai Ngetun. Dari sekian banyak pantai yang ada di Gunungkidul, Ngetun menjadi pantai paling indie yang pernah saya temui. Selain masih sepi pengunjung, air laut di pantai ini juga terlihat masih sangat bersih, biru, dan tenang.
Pantai Ngetun diapit oleh dua bukit yang begitu cantik, sehingga hawa-hawa romantis terpancar jelas di pantai yang terletak di Padukuhan Sureng, Purwodadi, Tepus ini. Pantai ini cocok untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti outbond, tukar kado, makan bersama, dan aktivitas lain yang biasa dilakukan para maba.
Untuk bisa sampai di Pantai Ngetun, nantinya rombongan mahasiswa akan disambut dengan jalanan rusak, berliku, dan berbatu. Banyaknya tikungan tajam dan jalan gronjal yang cukup ekstrem ini, sangat cocok dilewati rombongan maba yang menyukai tantangan. Selain memberi pengalaman yang estetik, tentu permasalahan jalan gronjal ini bisa dijadikan bahan penelitian atau diskusi para maba yang mencintai perubahan.
#3 Pantai Jungwok
Hampir sama dengan Pantai Ngetun, akses jalan menuju Pantai Jungwok juga cukup licin, terjal, dan susah ditempuh menggunakan kendaraan roda empat. Untuk itu, pantai ini sangat cocok dikunjungi rombongan maba yang biasa pakai motor.
Pantai yang berada di Kalurahan Jepitu, Kapanewon Girisubo, ini dikelilingi oleh bukit hijau dan pasir putih yang membentang di bibir pantai. Meski tidak terlalu luas, pantai ini masih sangat bersih dan tampak begitu asri. Ombak di pantai ini juga cukup tenang, sehingga cocok untuk bermain air laut dan melakukan swafoto dengan pose bergandengan tangan khas maba.
Tak hanya itu, pengunjung dapat naik ke atas bukit dan melihat panorama alam yang begitu memesona. Suasananya yang sepi dan nyaman, membuat tempat wisata Gunungkidul satu ini juga kerap digunakan kawula muda untuk camping.
Keistimewaan Pantai Jungwok lainnya adalah menyediakan makanan khas Gunungkidul dengan harga yang relatif murah. Banyaknya makanan dengan harga murah, membuat pantai ini sangat cocok dikunjungi anak kuliahan dengan uang pas-pasan.
#4 Pantai Watu Kodok
Pantai Watu Kodok menjadi salah satu pantai yang cukup unik dan spesial di hati masyarakat Gunungkidul. Tak hanya memiliki keindahan alam yang memanjakan mata, pantai ini juga kerap digunakan sebagai ritual sebagian warga Gunungkidul saat Bulan Suro. Hal ini yang kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
Ada beberapa versi mengenai asal usul nama Pantai Watu Kodok. Ada yang menyebutkan bahwa diberi nama Pantai Watu Kodok karena di sebelah barat pantai ini terdapat gua yang di dalamnya terdapat batu yang mirip kodok (katak).
Sementara itu, versi lain menyebutkan berasal dari kata watu ndodok (batu jongkok). Konon, ketika masa Perang Dunia II tahun 1949, tempat ini digunakan sebagai tempat jongkok para tentara Belanda yang berlindung dari kejaran sebagian warga Gunungkidul.
Kemudian pada tahun 2018, pantai ini juga sempat viral saat warga Kalurahan Kemadang, Tanjungsari, menggelar Fetival Katok Abang. Uniknya, hampir semua warga yang mengikuti festival tersebut mengenakan pakaian putih-merah ala siswa SD. Festival ini digelar warga setempat sebagai bentuk protes terhadap pemerintah dan investor yang ingin merebut kawasan Pantai Watu Kodok.
Terlepas dari itu semua, pantai ini oleh warga masyarakat Gunungkidul telah dijadikan simbol perjuangan dalam melawan segala bentuk penindasan. Banyaknya nilai-nilai tradisi dan kisah heroik yang dilakukan warga setempat, membuat pantai ini patut dijadikan inspirasi bagi para mahasiswa baru yang dikenal sebagai agen perubahan.
Penulis: Jevi Adhi Nugraha
Editor: Intan Ekapratiwi