Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pengalaman Aksi Demo yang Hampir Berakhir di Kantor Kejaksaan

Andi Ilham Badawi oleh Andi Ilham Badawi
18 Oktober 2019
A A
aksi demo

aksi demo

Share on FacebookShare on Twitter

Suatu ketika seorang kawan membagikan pengalamannya pertama kali ikut turun ke jalan untuk menolak RUU yang tidak pro rakyat di media sosial. Hal ini membuat saya teringat pada kisah yang saya alami tujuh tahun silam. Kala itu saya masih semester dua di salah satu kampus Islam di Kota Makassar. Kebetulan, lagi ramai aksi demo menentang kenaikan harga BBM. Persis seperti kisah kawan saya, sejujurnya saat itu saya turun ke jalan sekadar ikut-ikutan dan pengen dianggap keren. Sisanya, berakhir seperti pengecut yang kabur ke kos teman saat ricuh bakal terjadi.

Nah, aksi demo 24 September kemarin, saya memutuskan balik ke jalanan setelah tiga tahun selepas sarjana. Usai kontakan dengan kawan penjaga toko buku, kami berdua memutuskan untuk ikut rombongan mahasiswa. Rencana pertama, kami akan longmarch bareng adek-adek mahasiswa sejauh kurang lebih dua kilometer dari Jalan Sultan Alauddin menuju kantor DRPD Sulawesi Selatan. Tapi mengingat faktor umur dan antisipasi evakuasi kalau sampai ricuh terjadi, saya memutuskan berkendara sejauh satu kilometer lebih. Memarkir motor di depan Kantor BPJS Jalan Pettarani yang saya rasa cukup aman.

Delapan ratus meter lagi menuju gedung DPRD, kami berjalan bersama ratusan mahasiswa. Sayup-sayup nyanyian revolusi mulai terdengar di bawah terik matahari pukul satu siang. Di ujung Jalan Pettarani, di bawah fly over Jalan Urip Sumiharjo, asap ban bekas mengepul gelap. Sama gelapnya akan masa yang akan datang, andai beberapa RUU menjengkelkan itu jadi disahkan.

Ternyata sebelum saya sampai, kericuhan pertama sudah terjadi. Kata mahasiswa yang saya tanyai, massa dari arah timur (rombongan kampus dari arah kantor Gubernur) dipukul mundur saat hendak merapat ke Kantor DPRD. Pengamanan saat itu memang cukup ketat, sebab pagi sampai siang, ada acara pelantikan wakil rakyat periode terbaru. Fyi, letak kantor DPRD Sulawesi Selatan di Jalan Urip Sumiharjo, persis di ujung timur fly over. Kalau dari arah Jalan Pettarani belok kiri saja, insyaAllah ketemu. Eh, kok malah bikin peta sih.

Kami kemudian menelepon satu lagi kawan, seorang mahasiswa pasca sarjana yang kebetulan kosannya dekat situ. Janjian bertemu di bawah fly over. Baru sepuluh menit berkumpul dan berniat berkeliling memantau situasi, dari arah timur, mahasiswa merangsek maju. Di atas kami, tepat di fly over, aparat kepolisian lengkap dengan perlengkapannya menghalau massa. Entah siapa yang memulai kericuhan, beberapa rombongan mahasiswa mengambil flank kiri – kayak strategi Mobile Legend gitu – dan melempari aparat ke atas dari samping fly over.

Konyolnya, kami malah menyeberang ke warung di flank kiri tersebut, yang di sebelahnya terdapat satu lorong kecil. Entah karena terpukau tontonan aksi demo dengan baku lempar, tanpa sadar empat orang mahasiswa mendekat ke tempat kami berdiri, tentu saja sembari melempar batu ke aparat. Praktis, balasan gas air mata terlontar ke arah kami. Keputusan cepat, tapi kurang tepat adalah berlari masuk ke dalam lorong bareng empat mahasiswa tersebut.

Nahasnya, gas air mata kembali ditembakkan ke arah lorong. Kacaunya, lorong tersebut buntu, dihalangi pagar setinggi dua meter. Panik, semua memanjat dinding sekuat tenaga. Berhasil melalui rintangan pertama, ternyata masih ada satu dinding lagi. Seperti ikut acara Benteng Takeshi saja. Takut dibogem mentah sama polisi, pilihan satu-satunya manjat lagi. Kali ini dindingnya lebih tinggi, dengan kawat berduri melintang di bagian atas. Tapi ya, kata kebanyakan orang, ketika terancam bahaya, tenaga dalam seseorang akan muncul. Begitu kira-kira yang membuat kami lolos.

Eits tunggu dulu. Raut muka senang, kembali berubah panik. Kabur dari polisi ternyata tidak membuat kami lega. Cek per cek, dinding terakhir yang kami lewati adalah tembok milik Kantor Kejaksaan Tinggi. Takut ditangkap dan masuk penjara, eh malah tiba di kantor yang punya penjara. Sungguh apes! haha

Baca Juga:

Tragedi Kanjuruhan Cuma Jadi Album Foto Berdebu yang Terlupakan dan Tak Akan Pernah Diselesaikan

3 Rekomendasi Film Indonesia yang Relevan dengan Hiruk Pikuk Negara Saat Ini

Satu orang mahasiswa sempat ingin kabur saat kami ketahuan, tapi ya ngapain kabur, pasrah aja. Angkat tangan, mengaku salah, dan menunjukkan muka paling kasian. Kami hanya dibentak sama pihak Kejaksaan dan untungnya tidak sampai dihajar, apalagi langsung dijebloskan ke dalam sel tahanan. Pihak Kejaksaan berbaik hati meloloskan kami keluar. Terima kasih ya, Pak Jaksa! Setelah melewati pagar, saya dan dua kawan lainnya langsung tancap gas mencari tempat istirahat.

Duh, pengalaman aksi demo saya ada beberapa, tapi baru kali ini terasa mengerikan, sekaligus menggelikan. Benar-benar menguras air mata, tenaga, dan ketawa. Sore hari, kericuhan masih terjadi. Saya masih sempat lari-lari menghindari gas air mata. Hitung-hitung berolahraga kata dua teman saya. Beberapa aksi selanjutnya, kami undur diri saja. Aksi panjat tembok ternyata bikin badan ngilu dan nyali ciut. haha (*)

BACA JUGA Kenapa Nggak Ada Presiden Indonesia yang Lahir di Jakarta? atau tulisan Andi Ilham Badawi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 18 Oktober 2019 oleh

Tags: 24 septemberaksi mahasiswaDemogas air matakantor kejaksaanruu kpkruu kuhp
Andi Ilham Badawi

Andi Ilham Badawi

ArtikelTerkait

Tidak Turunnya UKT Adalah Misi Membuat Kampus Kaya, Mahasiswa Sengsara terminal mojok.co

Tidak Turunnya UKT Adalah Misi Membuat Kampus Kaya, Mahasiswa Sengsara

26 Januari 2021
mahasiswa

Hey Orang-orang Tua, Sudahlah, Jangan Menggembosi Gerakan Mahasiswa

25 September 2019
Aparat Penegak Hukum Harusnya Cinta Damai, Bukan Memukul Rakyat yang Sedang Aksi!

Aparat Penegak Hukum Harusnya Cinta Damai, Bukan Memukul Rakyat yang Sedang Aksi!

27 Agustus 2024
Emmanuel Macron, Presiden Paling Nggak Ada Kerjaan di Dunia

Emmanuel Macron, Presiden Paling Nggak Ada Kerjaan di Dunia

15 Juni 2023
pelajar STM #STMMelawan

#STMMelawan: Dua Sisi Para Pelajar Dalam Aksi Demo Menolak RUU KUHP

26 September 2019
entah apa

Lagu Entah Apa yang Merasuki “Demokrasi” Kita dan Efek Suara Gagak

24 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.