Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Film

Beberapa Hal yang Membuat Spider-Man: No Way Home Terasa Cacat (Bagian 1)

Riyanto oleh Riyanto
20 Desember 2021
A A
spider-man: no way home
Share on FacebookShare on Twitter

Spider-Man: No Way Home adalah film yang cacat pada beberapa hal. Bahkan di antara beberapa hal yang cacat itu ada satu yang super duper cacat sehingga saya geleng-geleng kepala sambil mikir, “Kok bisa separah itu cacatnya?”. Sekalipun begitu, harus saya akui bahwa film garapan Jon Watts ini adalah penggambaran versi terbaik Spider-Man yang pernah ada di MCU.

Beberapa orang menyebut No Way Home adalah film Spider-Man terbaik yang pernah ada. Beberapa yang lain bahkan menyebut sebagai film Marvel terbaik yang pernah ada. Malah ada yang mengatakan sebagai film adaptasi komik terbaik yang pernah ada. Well, saya bisa bilang bahwa jika film ini digarap tanpa beberapa hal cacat yang akan saya sebutkan pada tulisan ini, barangkali klaim-klaim tersebut bisa saja benar adanya.

Sebelum membaca lebih jauh, tulisan ini jelas akan mengandung spoiler berat sehingga jika kalian belum menonton filmnya, lebih baik stop di sini dan kembali lagi setelah menontonnya. Oh iya, tulisan ini akan jadi dua bagian. Kenapa? Panjang dan lumayan detil soalnya, nggak kaleng-kaleng.

Dan berikut adalah beberapa hal yang membuat film Spider-Man: No Way Home menjadi tidak sehebat yang dibicarakan di luar sana.

Cacat Pertama: Permintaan Peter Parker

Serius. Film ini bakal selesai sekitar setengah jam jika Peter Parker lebih waras dalam meminta bantuan Doctor Strange. Ketika kehidupan pribadi Peter dan orang terdekatnya terusik pasca terungkapnya identitas Spider-Man, ia lantas mendatangi Doctor Strange dan meminta sesuatu untuk membantunya lepas dari situasi sulit.

Permintaan awal Peter sebenarnya masuk akal. Ia meminta Doctor Strange kembali ke masa lalu dan membuat Mysterio tidak membongkar identitas Spider-Man. Permintaan tersebut jika saja Doctor Strange mau dan bisa melakukannya, maka cerita Spider-Man: No Way Home akan selesai di sana.

Masalahnya adalah Doctor Strange tidak mau melakukan hal itu karena terlalu berisiko merusak stabilitas ruang waktu hanya untuk membatalkan perbuatan Mysterio. Pun, seandainya Doctor Strange cukup gila untuk mau melakukan hal tersebut, dia sudah tidak lagi memiliki Time Stone.

Harusnya cerita sampai di sana, sampai tiba-tiba Doctor Strange mengingat mantra untuk membuat semua orang melupakan peristiwa. Ia lantas menyarankan agar semua orang lupa bahwa Peter Parker adalah Spider-Man, sehingga kehidupan Peter akan kembali baik-baik saja.

Baca Juga:

Review Elvis: Menyorot Sisi Kelam Sang King of Rock and Roll

Review Death on The Nile: kok Kayak Sinetron?

Peter, dengan pekoknya menerima saran Doctor Strange tersebut. Padahal jika ia mau lebih mikir sedikit saja, alih-alih membuat semua orang lupa bahwa dia adalah Spider-Man, kenapa ia nggak meminta Doctor Strange membuat agar semua orang lupa dengan Mysterio? Cerita akan selesai begitu saja jika semua orang lupa dengan Mysterio. Nggak bakal ada yang ingat kejadian di London, pun nggak ada yang ingat pembongkaran identitas Spider-Man yang dilakukan Mysterio. Dengan begitu, kehidupan Peter Parker sebagai anak SMA kelas tiga sekaligus sebagai Spider-Man akan berlangsung dengan baik-baik saja.

Maka dari itu, premis membuat semua orang lupa bahwa Peter Parker adalah Spider-Man adalah kesalahan fatal menurut saya. Lebih fatal lagi kenapa Peter bisa nggak pikir panjang dan terkesan tolol dalam memilih permintaannya? Seriusan itu Peter Parker yang super cerdas, yang bisa membuat jaring laba-laba sekuat sling baja dari lab sekolah, yang bisa membuat kostum canggih hanya dalam waktu beberapa jam di pesawat jet dalam perjalanan Belanda ke London, bahkan yang bisa mengalahkan Doctor Strange di dimensi cermin bermodalkan ilmu geometri? Anak sepintar itu kok bisa-bisanya pekok dalam membuat permintaan?

Cacat Kedua: Kemampuan Ned Leeds

Oke, mari menutup mata sejenak dari anehnya permintaan Peter Parker, dan lanjut ke hal cacat lain dari film ini: Ned Leeds. Ya, sobat karib Peter Parker satu ini mendadak bisa menggunakan ilmu sihir. Sialan, hanya bermodal cincin Doctor Strange yang dicuri Peter Parker, Ned bisa dengan mudah membuka portal sihir? Kok bisa? Bahkan Doctor Strange yang super jenius saja harus dihadapkan kondisi hidup dan mati di puncak Everest baru bisa membuka portal sihir menuju Kamar Taj. Nah, si Ned ini mendadak bisa membuka portal begitu saja? Itu semua penyihir di Kamar Taj bakal mangkel, mutung, dan ogah jadi penyihir lagi pasti.

Sebelum lebih jauh, harus saya bilang bahwa saya nggak benci karakter Ned. Saya menyukainya sejak film Spider-Man: Homecoming. Ia menjadi partner Peter yang pintar namun sedikit konyol, dan itu adalah kombinasi yang sempurna. Ia adalah Guy in the Chair Spider-Man. Ia adalah si ahli computer, dan seharusnya perannya memang cukup pas di situ. Lantas, demi apa ia bisa sihir di film No Way Home? Masa sebatas buat lucu-lucuan? Atau, masa sebatas agar ia bisa membuka portal dan membawa dua Peter Parker dari dua semesta berbeda ke rumahnya?

Ayolah, ada banyak cara lain agar Peter Parker versi Andrew Garfield dan Tobey Maguire bisa bertemu Ned dan MJ sebelum mereka mencari Peter Parker versi Tom Holland yang sedang dirundung nestapa.

Yah, kemampuan Ned soal sihir memang sangat cacat dan terkesan… kalau boleh mengutip Deadpool, sungguh lazy writing!

Cacat Ketiga: Jokes MCU

Salah satu hal yang membuat No Way Home menjadi luar biasa adalah kedalaman cerita pada film ini. Terasa begitu dalam, penuh makna, dan di satu sisi begitu gelap. Sayangnya, konsep yang sudah begitu dalam, penuh makna, dan gelap tersebut disisipi lelucon khas MCU yang justru merusak momennya. Ayolah, saya pikir tanpa jokes-jokes garing tersebut orang-orang bakal tetap paham kalau No Way Home adalah film MCU. Singkirkan semua jokes tersebut, dan film ini akan jauh lebih dramatis dibandingkan eksekusinya.

Entahlah, saya rasa pihak Marvel Studios seolah khawatir suatu adegan menjadi terlalu serius dan harus diselipkan adegan lelucon meski maksa. Salah satu adegan yang saya muak karena diselipi lelucon adalah ketika MJ, Peter, dan Ned tidak diterima MIT karena kontroversi pembunuhan Mysterio. Peter merasa semua itu tidak adil. Pertama, karena ia tidak pernah membunuh Mysterio. Kedua, ia merasa tidak adil karena Ned dan MJ sungguh tidak terlibat urusan itu, tetapi tetap terkena imbas semata-mata karena mereka orang terdekatnya. Momen yang begitu dalam itu mendadak dirusak kehadiran Flash Thompson yang bersorak, bernyanyi—atau apa pun itu yang keluar dari mulutnya—dan berjoget.

Itulah bagian pertama. Bagian kedua bakal lebih sangar. Atau tidak, tapi, jangan ke mana-mana, kita rehat sejedag.

Sumber Gambar: Pixabay

Editor: Rizky Prasetya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 20 Desember 2021 oleh

Tags: Review Filmspiderman: no way home
Riyanto

Riyanto

Juru ketik di beberapa media. Orang yang susah tidur.

ArtikelTerkait

film dubbing film hollywood film korea subtitle tidak suka film dubbing dubber profesional terminal mojok.co

3 Alasan untuk Tidak Menyukai Film Dubbing

28 Agustus 2020
parasite

Percuma Nonton Parasite Tapi Menutup Mata Pada Kesenjangan

14 Juli 2019
Review Film Her, Isu Posthuman yang Menyentil dalam Seni Perfilman Dunia joaquin phoeniz scarlet johansson spike jonze terminal mojok.co

Review Film Her, Isu Posthuman yang Menyentil dalam Seni Perfilman Dunia

6 September 2020
Review Film 'Soul', Film Komedi Berat yang Begitu-begitu Saja terminal mojok.co

Review Film ‘Soul’, Film Komedi Berat yang Begitu-begitu Saja

9 Januari 2021
Serial Dokumenter Kematian Elisa Lam Menunjukkan Tingkat Kepo Netizen bisa Berbuah Keji terminal mojok.co

Serial Dokumenter Kematian Elisa Lam Menunjukkan Tingkat Kepo Netizen yang Keterlaluan

8 Maret 2021
Strategi Promosi Film 'Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas' Memang Sempat Menipu sal priadi pemeran ajo kawir marthino lio ladya cheryl eka kurniawan mojok.co

Strategi Promosi Film ‘Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas’ Memang Sempat Menipu

7 November 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Orang Jakarta Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Tidak Cocok untuk Kalian Mojok.co

Orang dari Kota Besar Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Belum Tentu Cocok untuk Kalian

11 Desember 2025
Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025
3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

14 Desember 2025
Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

13 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper
  • Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang
  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.