Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Film

Film Paranoia: Saat Kebijakan Pandemi Lebih Seram dari Pandemi Itu Sendiri

Muhammad Sabilurrosyad oleh Muhammad Sabilurrosyad
14 November 2021
A A
Film Paranoia: Saat Kebijakan Pandemi Lebih Seram dari Pandemi Itu Sendiri terminal mojok.co
Share on FacebookShare on Twitter

Pandemi, selain jadi kabar buruk buat kemanusiaan secara keseluruhan, jelas menjadi kabar buruk bagi industri perfilman kita. Bagi produsen, ditutupnya bioskop membuat industri kelimpungan. Sempat ada asa di ruang digital melalui OTT, tapi kebijakan soal pembatasan gerak di ruang publik membuat proses produksi film di masa pandemi juga kesulitan. Hasilnya, bagi konsumen, film-film yang keluar jadi produk tontonan di masa pandemi sebagian besar mengecewakan penontonnya.

Paranoia adalah film yang juga diproduksi di masa pandemi. Sebenarnya, bagi saya pribadi, ada ketakutan kalau film ini juga akan mengikuti film-film masa pandemi yang juga mengecewakan saya. Tapi, ada harapan bahwa film ini jadi pengecualian melihat nama Miles Films sebagai PH dibaliknya, PH di balik film-film bersejarah di Indonesia macam AADC, Petualangan Sherina, dan Laskar Pelangi. Wajar, soalnya saya adalah fans dari Miles Films yang sudah silau dengan track recordnya. Jadi tentu saya merasa ada harapan cerah dan ingin sekali film ini bisa saya nikmati.

Paranoia sangat tampak sebagai film yang merespons keadaan saat pandemi. Film ini menceritakan hubungan keluarga yang menggelisahkan di mana Dina dan anaknya yang bernama Laura, berusaha untuk menghindar dari kejaran suaminya. Suatu hari, ada kebijakan pemerintah mengenai pembebasan napi di masa pandemi. Kebijakan ini membangkitkan rasa parno Dina. Karena dengan kebijakan itu, artinya suaminya yang seorang kriminal akan bebas dan akan mengejarnya.

Sangat terlihat bagaimana film ini begitu relevan dan terikat pada masa pandemi. Hal ini memang dikonfirmasi oleh Mira Lesmana selaku produser. Katanya, ide cerita film ini memang datang dari Mira Lesmana dan Riri Riza di awal masa PSBB. Dan kayaknya, juga ketika pemerintah punya kebijakan pelepasan napi yang wadidaw ini, ya? Jujur saja, bagi saya, memanfaatkan kebijakan pelepasan napi sebagai premis cerita ini begitu jenius. Karena, hal ini pula yang saya pikirkan saat mendengar wacana aneh itu. Eh ternyata, kalau filmmaker, sekali kepikiran, dibikin filmnya.

Ada banyak potensi menarik dari film ini. Selain latar pandemi dan kondisi latar karakternya, film ini juga memiliki isu menarik seputar KDRT. Suami Dina, Gion, selain kriminal, juga adalah sosok suami yang memiliki hubungan abusive relationship dengan istrinya. Itulah alasan Dina ingin pergi dan berusaha menghilang dari radar suaminya.

Itulah alasan keparnoan yang dialami oleh Dina. Nirina Zubir bagi saya berhasil menjalankan tugasnya untuk membagi perasaan parno pada penonton. Ketidaktenangannya, ketakutan berlebihannya, raut kepanikannya, berhasil membuat saya jadi berpikir kalau kebijakan pelepasan napi ini lebih ngeri dari pandemi itu sendiri, setidaknya yang ditunjukan oleh Dina sih begitu.

Sayangnya, itu adalah sedikit kelebihan dari film ini. Paranoia gagal memaksimalkan potensi-potensi yang dimilikinya.

Meski memiliki premis yang menarik, film ini tetap tidak membuat kondisi pandemi jadi terlihat spesial. Bahkan adegan yang menyoal masker pun tampak seperti gimmick iklan layanan masyarakat. Mungkin tujuan utama film ini memang tidak menyoal kondisi pandemi sama sekali. Tapi saya melihat, elemen pandemi ini bisa dimanfaatkan sebagai bagian dari elemen thriller psikologis, untuk menciptakan halangan-halangan tersendiri yang dapat meningkatkan tensi.

Baca Juga:

Pengalaman Saya Menjalani KKN Gaib, Sendirian Ngerjain Proker, Tau-tau Selesai

Resistensi Antibiotik, Pemicu Pandemi Mematikan di Masa Depan

Begitupun menyoal isu KDRT. Meskipun sejauh ini saya masih termasuk puas dengan bagaimana penggambaran reaksi Nirina yang membuat saya begitu empati dan ikut mengutuk lelaki-lelaki macam Gion. Namun, tak bisa dimungkiri juga bahwa isu ini bisa digali lebih dalam dengan banyaknya sudut pandang yang bisa dikulik. Saya merasa, untuk ukuran PH sekelas Miles Films, harusnya sih bisa, ekspektasi saya terlalu tinggi tampaknya.

Bagaimana dengan kehadiran Nicholas Saputra? Jujur saja, ini debatable. Satu sisi, kehadirannya rupanya jadi penenang tensi, menjadi bumbu humor dengan segala adegan flirting dan fan service lainnya. Saya akui, saya menikmati bumbu ini. Kehadirannya juga memberi kesempatan untuk naratifnya berjalan memberi ruang untuk eksposisi dan build up.

Sayangnya di sisi lain, kehadiran Nicholas Saputra sebagai Raka membuat potensi thrilling berasa diperam. Ketimbang menjadi tambahan elemen kengerian dengan permainan kecurigaan, kehadirannya benar-benar kokoh sebagai fan services.

Pada akhirnya, Paranoia memiliki banyak kekurangan sebagai sajian thriller, khususnya babak akhirnya yang begitu antiklimaks. Bahkan saya tidak bisa memanfaatkan kebiasan sebagai penggemar Miles Films untuk merasa film ini oke sebagai thriller.

Mungkin saya agak menoleransi aspek ini kalau mengingatnya sebagai film thriller pertama Riri Riza. Sebagai thriller, filmnya masih terasa bermain aman dan kurang eksploratif dalam bermain-main dengan ketegangan.

Namun, saya juga mempertimbangkan kondisi produksi di masa pandemi sebagai halangan kenapa film ini tidak bisa maksimal. Meski tetap itu bukan alasan karena hasil akhirlah yang dinilai. Tapi, dengan alasan ini, saya masih berharap Riri Riza masih mau mencoba genre ini.

Di sisi lain, saya merasa pengalaman Riri Riza agak menolong film ini untuk tetap memiliki naratif yang tidak buruk, sehingga masih bisa dinikmati secara keseluruhan sebagai film. Meski tetap saja, kegagalannya mendalami potensi isu yang ada membuat saya yakin kalau ide dan persiapan film ini dibuat secara mendadak dan persiapan yang kurang matang.

Sayang, Paranoia mengikuti beberapa film era pandemi lainnya yang kurang memuaskan. Masalahnya selalu sama, kesan konsep yang prematur karena kegagalan mendalami cerita dan isu yang ada, serta kesan kurangnya kesiapan di masa produksi.

Sumber gambar: Unsplash.com

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 November 2021 oleh

Tags: Miles FilmpandemiParanoia
Muhammad Sabilurrosyad

Muhammad Sabilurrosyad

Tukang nonton.

ArtikelTerkait

Menghitung Denda Pelanggaran PSBB yang Dilakukan Warga Rawa Bebek terminal mojok.co

Menghitung Denda Pelanggaran PSBB yang Dilakukan Warga Rawa Bebek

1 Oktober 2020
kondisi dunia kerja tidak semua hrd dalam rekrutmen kerja boleh menyelenggarakan psikotes mojok.co

Prediksi Kondisi Dunia Kerja Setelah Pandemi: Mungkinkah akan Ada Perekrutan Besar-besaran?

26 April 2021
Pengalaman Ikut Swab Test Antigen Drive Thru, Nggak Ribet walau Agak Deg-degan terminal mojok.co

Mencoba Memahami Warga Madura yang Menolak Swab Gratis

24 Juni 2021
Andai Tempat Pemakaman Itu Pusat Perbelanjaan, Ziarah Kubur Pasti Aman-aman Saja terminal mojok.co

Andai Tempat Pemakaman Itu Pusat Perbelanjaan, Ziarah Kubur Pasti Aman-aman Saja

16 Mei 2021
Unggah Foto Makanan di Medsos Saat Pandemi, Apa Betul Tidak Pantas?

Unggah Foto Makanan di Medsos Saat Pandemi, Apa Betul Tidak Pantas?

3 April 2020
Subsidi Kuota Internet Saat Pandemi Kurang Efektif, Jadi Banyak Mubazirnya terminal mojok.co

Subsidi Kuota Internet Saat Pandemi Kurang Efektif, Jadi Banyak Mubazirnya

1 November 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.