Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Kenapa Ejaan yang Benar Menurut Badan Bahasa Malah Bikin Bahasa Indonesia Jadi Aneh, Asing, dan Lucu?

Dani Ismantoko oleh Dani Ismantoko
1 November 2021
A A
Ejaan badan bahasa yang aneh

Ejaan badan bahasa yang aneh

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa waktu yang lalu, di Facebook beredar postingan lama Ivan Lanin karena dibagikan oleh banyak orang. Postingan tersebut terkait dengan konten milik Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang berada di bawah naungan Kemendikbud yang disebut “Ejaan Hari Ini”. Konten itu berisi tentang ejaan yang yang salah dan benar menurut Badan Bahasa tersebut.

Postingan tersebut ramai karena banyak jokes yang beredar tentang ejaan-ejaan tersebut. Salah satu kata yang banyak dijadikan jokes adalah kata capek yang di dalam konten tersebut dianggap salah karena yang benar capai. Ada seorang netizen yang menulis “Ingat, woooi! Yang benar itu “’Capailah Cita-cita’, BUKAN ‘Capeklah Cita-cita’”. Ya, itu menjadi rancu karena capai dengan maksud capek penulisannya sama dengan capai dengan maksud raih. Selain itu ada yang memposting foto tokek menempel di dinding dan menulis caption “… dan tokek menyusul datang.”, di kolom komentarnya ada yang menulis, “yang benar tokai sebagaimana capek ditulis capai.”

Jika dilihat satu persatu, ada beberapa ejaan yang benar menurut Badan Bahasa tersebut memang terasa asing, aneh, atau malah lucu. Yang pertama tentu saja capek yang menurut Badan Bahasa salah, dan yang benar adalah capai. Yang lain di antaranya: sate dianggap salah, yang benar satai; umroh dianggap salah, yang benar umrah; panu dianggap salah, yang benar panau; sholawat dianggap salah, yang benar selawat.

Sebagaimana yang kita ketahui, ejaan bahasa Indonesia itu sangat teknis. Sebuah kata terbentuk dengan menggabungkan ucapan setiap huruf dengan huruf vokal sebagai huruf penghubung huruf konsonan. Misalnya S A Y A, dibaca saya. Tidak seperti bahasa Inggris yang antara pengucapan tiap huruf terasa tidak konsisten karena jika digabung menjadi berbeda pengucapannya. Misalnya U N D E R dibaca ander. Padahal U dbaca yu, E dibaca i. Kalau konsisten tentu saja bacanya bukan ander, tetapi yundir.

Berkaitan dengan ejaan yang benar menurut Badan Bahasa tersebut saya tidak paham. Apakah aturan membaca dalam bahasa Indonesia itu mau diubah seperti bahasa Inggris, yang antara tulisan dengan ucapan seringkali tidak konsisten?

Misalnya, dalam kata satai memang untuk penulisan saja. Dibacanya tetap sate. Apalagi, setahu saya, tidak pernah dalam sehari-hari orang mengucapkan kata satai yang cenderung tidak praktis pengucapannya. Sebab, di akhir huruf A bergabung dengan I yang pengucapannya jika digambarkan dengan garis akan seperti garis bengkok seperti anak kecil menggambar gunung dengan satu puncak. Yang jelas di lidah akan sangat terasa lebih mudah mengucapkan sate. Kalau memang mau dibuat seperti bahasa Inggris, bahasa Indonesia akan terasa aneh.

Atau, penulisan satai itu maksudnya hanya dipergunakan untuk sesuatu yang bersifat formal akademis atau formal birokratif. Tapi, kapan kata satai akan digunakan secara formal akademis atau formal birokratif? Bukankah penulisan tentang salah satu jenis makanan itu seringkali hanya untuk papan nama sebuah warung. Misalnya, Warung Sate Pak Pong. Bukankah aneh jika tiba-tiba berubah menjadi Warung Satai Pak Pong.

Atau, ada tujuan lain. Kalau ada, apa?

Baca Juga:

Menyesal Masuk Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia? Wajar, tapi Saya Yakin Kamu Akan Berubah Pikiran Setelah Membaca Ini

Jurusan Bahasa Indonesia Adalah Jurusan Paling Menderita oleh Stigma Negatif yang Lahir dari Ketidaktahuan Masyarakat

Itu baru satu kata, satai. Belum kata yang lain. Coba bayangkan Anda ngobrol dengan seseorang dengan tema umroh, tapi Anda menyebutnya dengan umrah karena mengikuti ejaan yang benar menurut Badan Bahasa. Alih-alih ngobrol tentang umroh, Anda dengan lawan ngobrol Anda pasti akan membahas mana yang benar. Kata umroh yang lumrah disebut di masyarakat atau penyebutan umrah yang benar menurut Badan Bahasa.

Kira-kira seperti ini jika obrolan tersebut disimulasikan:

“Eh, katanya pak itu mau umrah lho,” Anda bertanya.

“Umrah? Apa sih umrah?” jawab lawan bicara Anda.

“Itu lho, pergi ke Mekkah, selain haji,” jawab Anda.

“Oalah, umroh to maksudmu?”

“Kalau menurut Badan Bahasa yang betul umrah, bukan umroh”.

Atau, coba Anda bayangan pergi ke apotek bilang, “permisi, mau beli obat panau.” Alih-alih dilayani, Anda pasti akan ditanya ulang, “Obat apa?”, oleh pegawai apotek. Dan Anda malah memperlama diri dengan menjelaskan bahwa panau itu maksudnya panu, alih-alih beli obat, bayar, pulang.

Sebenarnya sebelum ejaan-ejaan itu ramai, sudah ada kata baku bahasa Indonesia yang rancu, karena pada akhirnya tidak diucapkan sesuai tulisan. Salah satunya bus. Dalam pengucapan tidak pernah orang mengucapkan bus, pasti mengucapkannya bis. Entah itu dalam urusan formal maupun tidak. Seharusnya hal semacam itu dikoreksi, ditulisnya bis saja, karena toh diucapkannya bis.

Pembaharuan bahasa, bisa juga dengan mengoreksi hal-hal yang kurang pas walau sudah digunakan sangat lama sebagaimana kata bus yang sering diucapkan bis itu. Bukan malah mengubah yang sudah umum di masyarakat menjadi sesuatu yang aneh, asing, dan lucu.

Sumber gambar: Pixabay

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 1 November 2021 oleh

Tags: anehAsingbadan bahasabahasa indonesiabakuejaan
Dani Ismantoko

Dani Ismantoko

Penulis yang kadang-kadang jadi guru MI

ArtikelTerkait

tapal batas negeri

Anak Tapal Batas: Tahukah Kalian Rasanya Menjadi Asing di Negeri Sendiri?

16 Juni 2019
Bahasa Indonesia, Mata Pelajaran yang Jadi Musuh para Siswa Terminal Mojok

Bahasa Indonesia, Mata Pelajaran yang Jadi Musuh para Siswa

11 November 2022
Jangan Anggap Mudah Bahasa Indonesia kalau Nulis Saja Masih Sering Salah

Jangan Anggap Mudah Bahasa Indonesia kalau Nulis Saja Masih Sering Salah

7 Februari 2023
penggunaan tanda petik satu dan tanda petik dua puebi online daring ivan lanin mojok.co

Beda Penggunaan Tanda Petik Biasa dan Tanda Petik Tunggal

25 Juni 2020
Bahasa Jawa Surabaya yang Sulit Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia (Unsplash)

10 Bahasa Jawa Suroboyoan yang Paling Unik dan Sulit Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Para Perantau di Surabaya Wajib Tahu!

12 Desember 2023
12 Singkatan dalam Bahasa Indonesia (Pixabay)

12 Singkatan dalam Bahasa Indonesia yang Nggak Sadar Sering Kita Gunakan

21 Oktober 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Jepara Malas Liburan di Daerah Sendiri dan Memilih Plesir ke Kudus Mojok.co

Alasan Orang Jepara Malas Liburan di Daerah Sendiri dan Memilih Plesir ke Kudus

10 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025
Promo Pelanggan Baru Melimpah, Pelanggan Lama Cuma Jadi Figuran

Promo Pelanggan Baru Melimpah, Pelanggan Lama Cuma Jadi Figuran

9 Desember 2025
Iseng Ikut Kelas Menulis Terminal Mojok, TernyataLebih Berbobot daripada Mata Kuliah di Kampus Mojok.co

Iseng Ikut Kelas Menulis Terminal Mojok, TernyataLebih Berbobot daripada Mata Kuliah di Kampus

10 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas Mojok.co

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

13 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah
  • Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur
  • Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua
  • Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban
  • Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri
  • Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.