Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Ilmu Titen dan Mitos Jawa Itu Beda, Jangan Dipukul Rata

Muhammad Rizal Firdaus oleh Muhammad Rizal Firdaus
11 Juli 2021
A A
Ilmu Titen dan Mitos Jawa Itu Beda, Jangan Dipukul Rata terminal mojok.co

Ilmu Titen dan Mitos Jawa Itu Beda, Jangan Dipukul Rata terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Ngomongin tradisi Jawa, saya memang bukan pakarnya apalagi ahlinya ahli. Namun, saya taulah tentang Jawa karena saya lahir di Jawa yang memegang erat budaya Eropa, ya Jawa, lah. Saya sebenarnya tidak ingin berdebat atau ngajak gegeran Mas Mohammad Maulana iqbal karena tulisannya yang berjudul “Ilmu TItien: Sebuah Usaha untuk Memahami Alam yang Sering Dianggap Mistis” Pasalnya, sebagai orang Jawa, saya lebih mengedepankan harmoni kehidupan dan berdampingan tanpa gegeran.

#1 Ilmu Titen

Dalam konsep Jawa, ilmu titen tidak sebatas burung gagak atau kupu-kupu. Lebih dari itu, ilmu titen adalah pegangan hidup orang Jawa. Bagi masyarakat Jawa, niteni adalah adalah hal yang prinsipil. Pasalnya, konsep ini adalah aktualisasi dari falsafah Jawa, “Iling lan waspodo” (artinya ingat dan waspada).

Dalam falsafah tersebut, orang Jawa dituntun untuk iling, maksudnya ingat kepada Yang Maha Kuasa, dan selalu bersikap kehati-hatian. Sikap ini lantas membuat orang Jawa selalu niteni segala hal yang terjadi, misalnya tingkah laku manusia atau fenomena alam karena bisa diamati dengan pancaindra atau hal yang fisik bukan metafisik.

Dengan cara mengamati, orang Jawa terlatih untuk bersikap kritis-analitis ketika membaca situasi,  hati-hatian dalam bertingkah laku. Contohnya ada ungkapan, “Wong alok bakal melok, wong gething bakal nyanding.” Artinya, yang mengumpat atau mengolok-olok bakal ikut (seperti yang diolok-olok). Orang yang kita benci akan lebih dekat atau jangan terlalu benci nanti jadi terlalu sayang. Eak.

Falsafah ini tentunya tidak lahir dari ruang hampa. Ia bukan pula hanya sebatas parikan yang berirama. Akan tetapi, ia lahir dari niteni yang tentunya berulang terjadi. Misalnya nih, para aktivis zaman dulu yang punya semangat reformasi dan sangat antipati pada kemapanan apalagi kekuasaan prinsipnya memilih parlemen jalanan, nyatanya kini masuk dalam lingkaran pemerintahan. Melok ora? Melok, lah.

Primbon

Selain ungkapan tersebut, ada konsepsi Jawa buah hasil dari niteni dan ini kerap menjadi paku buminya orang Jawa apalagi kalo bukan primbon. Meski ia sering dikambing hitamkan oleh para calon pasangan yang gagal nikah karena terganjal olehnya, tapi dalam primbon inilah laku titen itu dimanifestasikan. Primbon adalah konsepsi angka-angka. Kita tidak bisa lepas dari angka-angka. Dan kata Mas Pythagoras, dunia ini tersusun atas harmonisasi angka-angka. Maka, orang Jawa menggunakan primbon sebagai pedoman dalam mengharmoniskan angka-angka agar tidak semerawut kayak kabel Telkom.

Pranoto Mongso

Baca Juga:

Serba Salah Orang Jawa yang Lahir dan Besar di Sumatra: Mengaku Jawa Ribet, Mengaku Sumatra Nggak Dipercaya

Pacaran di Kebun Raya Bogor Bikin Putus? Halah, Omong Kosong!

Contoh lainnya adalah Pranoto Mongso, yakni semacam penanggalan yang berkaitan dengan musim yang biasanya digunakan oleh petani dan nelayan, Pranoto Mongso adalah hasil dari ilmu titennya orang Jawa. Dalam Pranoto Mongso dijelaskan secara detail mengenai masa tanam, masa panen, serta varietas apa yang dianjurkan untuk ditanam sampai kondisi angin.

#2 Mitos

Sedangkan mitos bagi orang Jawa adalah nasihat atau larangan yang disampaikan secara implisit, Ia tidak langsung diungkapkan secara gamblang dan cenderung pada konstruksi ketakutan jika bicara soal larangan. Misalnya, mitos pohon beringin tidak boleh ditebang. Alasannya, karena ia jadi tempat favorit nongkrongnya makhluk gaib. Namun, sebenarnya ini bisa dijelaskan secara ilmiah. Pohon beringin dapat menyimpan air yang cukup banyak. Mitos tersebut dimunculkan agar kelestarian alam dan kebutuhan air tercukupi. Jadi, bukan karena ada genderuwonya.

Saya kasih contoh lagi, larangan duduk di depan pintu bagi perempuan bisa membuatnya sulit mendapat jodoh. Sebenarnya, yang ingin disampaikan, pintu adalah tempat keluar masuknya orang. Duduk di pintu sama artinya dengan mencegah orang masuk. Selain itu, pintu adalah akses utama segala macam debu, kotoran, asap kenalpot, virus, dll.

Begitu pun dengan kupu-kupu, burung gagak, atau hewan yang turun dari gunung, itu bukan tergolong dalam konsepsi Jawa tentang ilmu titen. Akan tetapi, ia mitos yang menyimpan makna dan sebenarnya punya argumentasi rasional. Misalnya, hewan-hewan disematkan mitos-mitos berbau mistis sebenarnya adalah ekologi tradisional. Maksudnya, mitos itu ditumbuhkan di masyarakat agar masyarakat patuh dan mau menjaga lingkungan. Contonya, tempat-tempat wingit seperti Taman Nasional Alas Purwo, Nusa Barong, atau Alas Mantingan adalah cara leluhur Jawa menjaga pemberian Tuhan. Lantaran orang Jawa masih kental dengan mistisisme, maka dibuatlah berbagai mitos yang mengikutinya.

BACA JUGA Ilmu Titen: Sebuah Usaha untuk Memahami Alam yang Sering Dianggap Mistis dan artikel Muhammad Rizal Firdaus lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 6 Oktober 2021 oleh

Tags: Gaya Hidup Terminalilmu titenMitosorang jawaPrimbon
Muhammad Rizal Firdaus

Muhammad Rizal Firdaus

Penikmat setia masakan ibu.

ArtikelTerkait

Mempertanyakan Orang Jawa Tulen yang Masih Bingung dengan Istilah Bahasa Jawa “Selawe”, “Seket", dan “Sewidak” Mojok.co

Mempertanyakan Orang Jawa Tulen yang Masih Bingung dengan Istilah Bahasa Jawa “Selawe”, “Seket”, dan “Sewidak”

22 Mei 2024
AQUA Adalah Merek Mesin Cuci Terbaik Sohib Receh terminal mojok

AQUA Adalah Merek Mesin Cuci Terbaik Sohib Receh

7 Juli 2021
Culture Shock Orang Jawa Ketika Pertama Kali ke Mekkah dan Madinah Terminal Mojok

Culture Shock Orang Jawa ketika Pertama Kali ke Mekkah dan Madinah

8 Juli 2022
panti jompo orang tua mojok

Menitipkan Orang Tua di Panti Jompo Bukan Berarti Durhaka

24 Juni 2021
Solomon’s Paradox solomon's paradox mojok

Solomon’s Paradox : Alasan Kita Berpikir Lebih Jernih dan Bijak tentang Masalah Orang Lain daripada Masalah Sendiri

19 Juni 2021
Mengacungkan Jari Tengah Saat Foto Ngapain, sih_ Ngajak Ribut_ terminal mojok

Mengacungkan Jari Tengah Saat Foto Ngapain, sih? Ngajak Ribut?

29 Juni 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.