Teng-teng-teng-teng-teng teng-teng-teng-teng-teng, teng-teng-teng-teng-teng teng-teng-teng-teng-teng, teng-teng-teng-teng-teng teng-teng-teng-teng-teng, Susu Murni Nasional….
Itulah lagu yang khas dengan datangnya penjual susu legendaris ini. Dengan menggunakan sepeda, mereka berkeliling dari kampung ke kampung. Dari pusat keramaian yang satu ke keramaian yang lain. Aktivitasnya, nggak jauh beda dengan penjual ice cream Walls. Gairah anak-anaknya pun sama, yang berbeda adalah antusias orang tuanya.
Sebetulnya, saya nggak terlalu memiliki ikatan yang kuat dengan susu ini. Namun, berbeda dengan adik saya yang saat ini berusia 21 tahun. Susu ini masuk sebagai salah satu milestone hidupnya.
Pasalnya, sejak disapih oleh ibu saya, susu ini menjadi minuman andalannya selain susu formula. Hanya karena adik saya bisa mengucapkan kata “pink” saat bayi, adik saya menjadi pengagum warna merah muda. Lantas, ini turut menjadi alasannya menginginkan susu formula yang rasa strawberry. Padahal, nggak semua merek menyediakan rasa ini. Menyedihkannya, hanya merek-merek susu formula mahal yang menjualnya. Tentu saja, ini cukup mengganggu kestabilan keuangan keluarga kami.
Untungnya, Susu Murni Nasional menyediakan rasa kesukaan adik saya. Dengan harga Rp1.500 per cup (saat itu), kami bisa lebih menghemat pengeluaran perihal susu.
Itulah yang menyebabkan adik saya cukup histeris ketika tahu di Jogja sudah cukup banyak yang menjualnya lagi. Ini berbeda dengan kota tempat adik saya tinggal, Jember, Jawa Timur. Dia begitu girang saat meminum lagi susu itu. Katanya, rasanya sama sekali tidak berubah. Masih sama seperti rasa yang dia minum saat balita hingga TK dulu. Sungguh, saya begitu kagum dengan ingatannya soal rasa. Begitulah manusia, kalau soal makanan tiba-tiba bisa begitu pintar!
Perkara makanan nostalgia, nggak sedikit dari kita yang membeli dan mengonsumsinya saat ini untuk balas dendam. Ice cream Viennetta yang dulu sangat identik dengan makanan orang kaya, misalnya. Dia hadir untuk memuaskan hasrat kepengin yang terpendam dari kecil. Akan tetapi, meminum Susu Murni Nasional saat ini bukan sekadar perkara balas dendam.
Harga susu ini sekarang naik dua kali lipat. Selain itu, Susu Murni Nasional sekarang memiliki varian rasa yang lebih beragam. Setidaknya yang saya ketahui ada rasa cokelat, strawberry, mocca, plain, dan yogurt. Selain kemasan cup, ada yang kemasan botol dan bantal.
Beberapa hari yang lalu, saya ikut membeli susu ini. Lantaran adik saya memilih varian Susu Murni Nasional yang tulisannya Susu Segar Nasional dengan histeris, saya bilang ke bapaknya, “Maaf, Pak. Adik saya kangen banget. Dia seneng di Jogja sudah banyak yang jual lagi.”
“Wah, ini pasti mbaknya dulu termasuk generasi yang disapih dengan susu ini, ya?” si Bapak menebak.
“Hahaha, iya, Pak. Banyak yang gitu juga, ya?”
Celetukan itu membuat beliau bercerita agak panjang, “Iya, Mbak. Dulu tahun 2000-an awal saya dan istri sama-sama jualan ini. Terus sempat sepi. Alhamdulillah sekarang rame lagi. Dulu yang kecilnya minum ini dan sekarang udah punya penghasilan sendiri, mereka belinya satu kresek-satu kresek gitu, Mbak. Pada kangen kayaknya.”
Analisis yang dikatakan si bapak bisa saya katakan benar, kalau merujuk dengan yang terjadi pada adik saya. Bedanya, adik saya saat ini belum punya penghasilan dan beli Susu Murni Nasional satu kresek bukan untuk diri sendiri, tapi buat orang satu rumah. Alias, dia menganggap dirinya belum mampu berfoya-foya dengan beli susu yang sekarang harga per cup-nya jadi tiga ribu rupiah.
Susu Murni Nasional mungkin memang tidak tampak sekece Ultramilk, Indomilk, atau susu Bendera yang selalu ada di rak dan kulkas minimarket ternama. Namun, justru karena itulah, jingle-nya yang sepaket dengan gerobak sepeda penuh susu, begitu kita harapkan kedatangannya. Sebaliknya, terkadang sesuatu yang kita anggap amat gampang diperoleh, tidak terlalu menjadi prioritas untuk dimiliki. Jadi, berharap susu ini masuk toko atau punya gerai sendiri, kok, kayaknya ia nggak bakal seromantis ini lagi~
Sumber Gambar: YouTube Street Foods Village
BACA JUGA Kembalinya Es Krim Viennetta, Melunasi Mimpi Masa Kecil Saya dan tulisan Audian Laili lainnya.