Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Film

Mewawancarai Livi Zheng Before It Was Cool

Intan Kirana oleh Intan Kirana
28 Agustus 2019
A A
livi zheng

livi zheng

Share on FacebookShare on Twitter

Tahun 2015, aku berkesempatan mewawancarai Livi Zheng, sang sutradara Indonesia penembus Hollywood itu, kebanggaan para pejabat di Indonesia, sebelum itu jadi sesuatu yang banyak dibicarakan orang, dan mungkin keren. Bukan—bukan karena Livi mampu mengguncang dunia, tetapi karena Livi mampu mengguncang nalar banyak orang lewat kekuatannya di media.

Livi datang ke (mantan) kantorku  dengan setelan blazer hitam, celana hitam, dalaman biru tua. Penampilannya tidak berlebihan. Cenderung elegan malah. Atasanku bilang dia diwawancara karena menjadi kandidat suatu penghargaan diaspora dan dia adalah sineas Hollywood dari Indonesia. 

Kupikir, gila juga ada sineas Hollywood yang mau ke kantorku pada saat itu. Rasanya bahkan Agnes Monica pun enggan lama-lama ke kantorku kecuali kalau punya dasar yang kuat sekali.

Sebelum wawancara dimulai, kami masuk ke sebuah ruangan presentasi, untuk melihat slide demi slide prestasi Livi Zheng sekaligus melihat trailer “Brush with Danger”. Saat menonton trailer film yang dibintangi dan sekaligus disutradarai sama dia untuk pertama kalinya, aku cuma merasakan bingung yang amat sangat. 

Bagaimana, ya? Livi bilang bahwa film ini sempat jadi nominator Oscar. Iya, penghargaan bergengsi itu. Aku memang awam, tetapi tidak cukup bodoh untuk mengetahui nominator Academy Award kala itu. Internet ada dalam genggamanku, kok.

Bos-bosku di media itu mengagung-agungkan betapa hebatnya Livi. Gila, kapan lagi aura Hollywood ada di kantor kami? Namun begitu aku diberi informasi tentang rencana wawancara ini, aku langsung mencari tahu namanya, trailer filmnya, dan tak lupa ulasannya. 

Film “Brush with Danger” memang bukan film yang sengaja dibuat kacau seperti—saking kacaunya bahkan jadi keren seperti, hmm, Azrax. Namun sudah jelas, film ini bukan film yang mendapatkan pujian banyak kritikus. Skornya rendah sekali di IMDb! LA Times dan New York Times pun mengkritiknya habis-habisan!

Inilah yang lantas dijadikan dasar pertanyaanku dalam wawancara eksklusif dengannya, di ruang studio berdebu itu—iya, kantorku waktu itu punya nama besar, tetapi divisiku seolah hidup segan mati tak mau. 

Baca Juga:

5 Pekerjaan yang Bertebaran di Indonesia, tapi Sulit Ditemukan di Turki

Pengalaman Melepas Penat dengan Camping ala Warlok Queensland Australia

Aku bertanya padanya tentang kritik keras di sebuah media tentang kualitas filmnya. Dan tahu apa jawaban Livi? Livi bilang bahwa kritik itu biasa. Oke, ini klise. Selanjutnya, dia bilang lagi kalau pihak kritikus itu tahu, bahwa dia adalah “young and upcoming talented director“—sutradara muda yang berbakat di masa depan.

Setelah itu, aku meminta nomor telepon Livi dan dia memberikannya dengan senang hati. Sampai sekarang, nomor Livi masih ada di kontakku dan foto profilnya memuat poster “Bali: Beats of Paradise”.

Aku sih tidak heran kalau cuma orang kantorku yang percaya dengan gemerlap cerita beliau. Masalahnya, setelah kulihat lagi, ternyata media lain juga banyak yang percaya. Bahkan para pejabat pun memberikan himbauan untuk menonton filmnya! Dan setelah artikel Limawati Sudono di Geotimes viral, maka banyak orang angkat suara tentang kegelisahan mereka.

Gelisah karena? Ya karena sebetulnya Livi tidak pernah benar-benar menembus nominasi Academy Awards. Mungkin filmnya lolos seleksi administrasi Academy Awards. Namun, tentu tak ada pihak waras manapun di dunia ini yang akan berbangga hati bilang bahwa dirinya cuma lolos seleksi administrasi seleksi CPNS atau tes beasiswa Monbukagakusho sekalipun.

Aku menebak kalau Livi menempuh jalan ini—membuat dirinya viral dulu—supaya nantinya akan ada banyak proyek yang mampir ke dirinya. Terutama, aku lihat, proyek pemerintahan. Kupikir dia punya selera sinematografi yang cukup bagus. Cuma, klaimnya terlalu berlebihan.

Livi punya bakat membuat iklan TV atau YouTube. Vibrant Jakarta kupikir bagus sebagai promosi kota. Namun, ini jelas bukan kelas Academy Awards. Berlebihan juga kalau dia sampai jadi duta sebuah lembaga yang lekat sama Pancasila, bahkan sampai dipuji-puji oleh pejabat tinggi.

Aku tahu bahwa para jurnalis yang mewawancarainya dulu, membesar-besarkan namanya, juga salah. Di antara mereka, aku yakin banyak yang kata hatinya menyuarakan kegelisahan—sama seperti kalau kamu melakukan sesuatu yang sebenarnya merugikan 

Namun mereka bisa apa, kalau dipaksa atasan buat membikin nama Livi Zheng jadi cemerlang, atau bahkan wawancaranya diedit sedemikian rupa untuk bisa tetap memberikan berita yang mengagung-agungkan sang young and talented director itu?

Yah, mungkin sebaiknya dari dulu Livi Zheng masuk rubrik advertorial saja. (*)

 

BACA JUGA Bumi Manusia for Millenials Jakarta Selatan Part II: Nyonya Ontosoroh atau tulisan Intan Kirana lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 24 Januari 2022 oleh

Tags: hollywoodIndonesiakemayoranlivi zhengPejabatsineas
Intan Kirana

Intan Kirana

Seorang manusia yang ingin berpikir secara biasa-biasa saja agar lebih bahagia.

ArtikelTerkait

bagimu negeri

Lagu Bagimu Negeri: Musyrik?

19 Agustus 2019
macron jokowi komentar motif mojok

Menebak Alasan Jokowi Merasa Perlu Berkomentar Soal Pernyataan Macron

4 November 2020
5 Uang Kertas Indonesia dengan Desain Terkeren terminal mojok.co

5 Uang Kertas Indonesia dengan Desain Terkeren

19 November 2021
hantaran

Salah Satu Indahnya Keberagaman: Dapat Hantaran dan Menikmati Makanan saat Hari Raya Agama Lain

12 Agustus 2019
rekomendasi film pendek

Rekomendasi Film Pendek Bagus di YouTube yang Wajib Kamu Tonton

8 Oktober 2019

Buruh Belum Sejahtera, tapi Kemenaker Bilang Upah Minimun Kita Terlalu Tinggi

18 November 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran Mojok.co

Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran

12 Desember 2025
Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia Mojok.co

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia

13 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba
  • Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya
  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur
  • Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.