Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Polemik Nama Paraban Orang Tua yang Diturunkan ke Anaknya

Dicky Setyawan oleh Dicky Setyawan
5 Maret 2021
A A
nama paraban profesor snape kebapakan bapak-bapak indonesia mojok

profesor snape kebapakan bapak-bapak indonesia mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Agaknya bagi para orang tua tak perlu repot-repot menamai anaknya dengan begitu indah. Toh, nanti kalau sudah membaur dengan manusia lain, namanya secara kurang ajar bisa diganti seenak udel. Ya, walau nama adalah doa. Ada dua tipe nama yang sering lahir sebagai wujud ke-kurang-ajar-an pergaulan kita, pertama adalah nama alias atau dalam istilah Jawanya disebut sebagai nama paraban. Nama paraban ini bisa datang dari ciri-ciri fisik, bisa pula dari kebiasaan, bisa pula plesetan nama, atau kadang lahir sekonyong-konyong tanpa sebab.

Kedua adalah nama orang tua. Untuk yang satu ini juga umum, walau menurut survei saya sendiri, untuk tipe nama ini lebih umum dan mashok di pergaulan Jakartanan. Teman saya yang berasal dari Jabodetabek sering menceritakan teman-temannya yang dipanggil dengan nama bapaknya, dibarengi cekikikan mengingat kembali memori zaman sekolahnya. Masalahnya, selain formulanya lebih jarang saya gunakan dibanding nama paraban, saya dan pergaulan saya sendiri sebenarnya kurang relevan untuk menertawai cerita teman-teman Jakartanan ini.

Begini, “nama-nama bapak” yang mereka gunakan, misalnya seperti: Edi, Yanto, Eko, bagi mereka adalah nama-nama lucu. Sebagaimana diksi lucu dalam stand up comedy, semakin jarang terdengar, semakin lucu kosakatanya. Sedangkan, saya sampai hari ini saja masih punya teman dengan nama yang “mungkin” bagi mereka-mereka ini masuk dalam kategori diksi lucu. Paryadi, Darmanto, Yanto, Agus adalah contoh nama-nama teman saya, yang di kalangan teman saya lintas daerah, mungkin nama itu jarang ditemukan pada teman sebaya, atau hanya nama-nama para orang tua mereka.

Teman saya di desa masih banyak yang dianugerahi nama-nama tradisional, yang barangkali sudah ditinggalkan para orang tua modern. Bukan hanya tradisional, sebagian malah hanya menggunakan satu kata saja, tanpa nama kedua, apalagi ketiga, sungguh merepotkan di zaman 4.0 ini.

Dari situ saya mengingat kembali, ternyata ada formula yang mirip yang juga sering dipakai dalam kultur ke-kurang-ajar-an pergaulan saya. Bedanya, yang dipakai bukan nama orang tua asli, tapi nama parabannya. Bayangkan, dua ke-kurang-ajar-an itu di-merger, betapa nggak “sangat kurang ajar?”

Saya jadi ingat teman saya yang biasa dipanggil Bagong, yang ternyata anak dari Pak Bagong, dan kakaknya Bagong teman saya ini juga dipanggil Bagong. Bagong jelas bukan nama asli dari ketiganya. Ceritanya, Bagong teman saya ini mendapatkan panggilan Bagong karena kakaknya, dan kakaknya mendapatkannya dari Bapaknya.

Begitulah ceritanya hingga dalam satu keluarga ada tiga orang yang dipanggil Bagong, bisa dibayangkan mbuletnya. Saya malah curiga, jangan-jangan Pak Bagong yang masih mempunyai satu anak lagi, juga dipanggil Bagong. Wah, bisa jadi malah ada empat Bagong dalam satu rumah. Sayangnya saya sendiri tidak mengikuti perkembangannya.

Lalu teman saya SMP ada yang dipanggil Tempong, karena bapaknya punya nama paraban Tempong. Saya sendiri lebih dulu mengenal Tempong sebagai bapak, karena sudah dikenal sebagai tukang sound system kondyang dari kampung sebelah. Masalahnya, teman-teman SMP yang menamai anak Om Tempong dengan Tempong ini, tidak semuanya tau asal-usul nama Tempong sebagai anak tersebut. Konon, pernah kejadian seorang teman Tempong yang main ke rumah Tempong sempat keceplosan menyebut “Tempong” sementara di situ juga ada Tempong (yang asli). Entah bagaimana absurd dan awkward-nya situasi itu, pun si anak tersebut tidak sadar kalau Tempong sebenarnya ada dua, sebelum diberitahu setelahnya.

Baca Juga:

Akibat Menyandang Nama Aneh, Seumur Hidup Nama Saya Dikira Typo: Sekali Lagi, Saya Dinas, Bukan Dimas!

Alasan Banyak Nama Anak Zaman Sekarang Semakin Rumit

Untuk satu ini, sebenarnya saya juga pernah merasakan situasi yang hampir mirip. Bedanya, nama yang dulu disematkan ke saya adalah nama jabatan bapak saya sebagai perangkat desa: Bayan. Dulu pernah suatu ketika teman saya mengirimi SMS, “Yan, tugasmu udah selesai belum?” Tulisnya. Waktu SMS itu masuk, kebetulan saya sedang menghanduki badan saya selepas mandi, dan orang yang pertama membuka SMS-nya adalah bapak saya, pun dibarengi dengan mimik muka yang kurang sedap nan asem.

Saya paham setelah membuka SMS-nya, lantas dibarengi dengan tatapan akward saya ke bapak, pun saya jadi paham bagaimana perasaan bapak-bapak yang nama parabannya juga diturunkan ke anaknya. Dan cerita saya walau sedikit nggak nyambung hanya sebagai gambaran saja. Lha wong nama bapak saya yang bukan paraban saja sudah nampak syedih, apalagi yang nama paraban. Bagong dan Tempong juga cuma dua contoh besar dari sekian banyak kasus.

Yang lebih menyedihkan adalah, kadang nama paraban dari sang bapak juga sama populernya ketika dipakai sang anak. Hingga menimbulkan polemik, sebenarnya nama paraban tersebut milik siapa, sih? Apa perlu pencatatan nama paraban? Agar tidak muncul kesalahpahaman lagi. Waduh.

BACA JUGA Repotnya Orang yang Punya Nama Lengkap Panjang dan Susah Dilafalkan dan tulisan Dicky Setyawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 5 Maret 2021 oleh

Tags: nama anakOrang Tuaparaban
Dicky Setyawan

Dicky Setyawan

Pemuda asal Boyolali. Suka menulis dan suka teh kampul.

ArtikelTerkait

Memakaikan Perhiasan Emas pada Anak Tak Lebih dari Kebodohan Orang Tua terminal mojok

Memakaikan Perhiasan Emas pada Anak Tak Lebih dari Sekadar Kebodohan Orang Tua

7 Agustus 2022
4 Jenis Ujian Kesabaran untuk Pasutri yang Memutuskan Tinggal Beda Rumah dengan Orang Tua (Pixabay)

4 Jenis Ujian Kesabaran untuk Pasutri yang Memutuskan Tinggal Beda Rumah dengan Orang Tua

8 November 2022
30 Kosakata Parenting yang Njelimet, tapi Sebaiknya Dipahami Orang Tua Zaman Sekarang Mojok.co

30 Kosakata Parenting yang Njelimet, tapi Sebaiknya Dipahami Orang Tua Zaman Sekarang

14 Juni 2024
Mengenal Fase Falik pada Anak dan Tips Menghadapinya Terminal Mojok

Apa Itu Fase Falik pada Anak dan Cara Menghadapinya

8 November 2022
nama kebarat-baratan

Kelihatannya Doang Keren, Aslinya Punya Nama Kebarat-baratan Sering Bikin Repot

21 April 2020
keinginan orang tua pisah rumah dari orang tua pengalaman manfaat mojok.co

Menebak Keinginan Orang Tua Lebih Rumit daripada Menolaknya

6 Agustus 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.