Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Bontot, Limbah Kerupuk yang Menjadi Makanan Khas Karawang

Agung Setoaji oleh Agung Setoaji
28 Februari 2021
A A
bontot kerupuk udang limbah udang mojok

bontot kerupuk udang limbah udang mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Dulu, saya sempat bingung setiap ditanya kuliner apa yang menjadi makanan oleh-oleh khas Karawang. Mau bilang Soto Gempol, lah itu cuma nama restorannya saja, yang disajikan di sana soto berkuah santan mirip soto Betawi. Mau bilang pepes jambal, hampir semua wilayah di Tanah Pasundan punya pepes jambal. Mau bilang sayur terubuk, sayur terubuk keburu diakui sebagai makanan khas Sidamulih, Banyumas. Imbasnya, ketika bertukar oleh-oleh dengan sanak famili dari luar kota, saya hanya membawa bolu kukus atau kue semprong kalengan saja.

Sebenarnya saya cukup minder juga, ketika orang Tegal bertandang ke rumah saya dengan tahu aci, kacang klithik, dan telur asinnya; atau orang Jogja membawakan saya Bakpia 88; atau ketika orang Bandung menyuguhkan peuyeum, saya hanya bisa membarter bawaan dengan mereka sesuatu yang mungkin bisa ditemukan di mana saja. Apalagi mereka menerimanya dengan sorot mata yang menyiratkan tengah mempertanyakan keautentikan kota saya. Rasanya seperti kepengin masuk ke dalam lubang semut saja.

Namun, itu cerita lama bin usang. Berkat internet, kegundahan saya bisa diredakan. Setelah bergabung dengan grup Facebook Kuliner Karawang, saya menemukan sesuatu yang sempat dipandang sebelah mata yang menjelma menjadi makanan oleh-oleh yang bisa dibanggakan oleh kota yang berjuluk Kota Pangkal Perjuangan ini: bontot.

Apa itu bontot?

Bontot adalah penganan yang terbuat dari tepung dan ikan/udang. Asal tepatnya dari Kecamatan Rengasdengklok. Bontot diproduksi secara massal di pabrik pembuatan kerupuk udang. Cara pembuatannya sama seperti pembuatan adonan kerupuk udang. Singkatnya, bontot adalah bahan setengah jadi dari kerupuk udang. Bentuknya berupa adonan yang digulung membentuk tabung sepanjang dua jengkal dengan diameter sekitar sepuluh sentimeter. Warnanya terkadang sedikit oranye. Orang yang belum mengenalnya secara up close mungkin menyangka itu adalah pepaya.

Perihal rasa, bontot tidak mengecewakan. Rasanya gurih, ya mirip kerupuk udang. Bedanya, teksturnya sedikit mirip dengan makanan khas Palembang, pempek. Cara memasaknya biasanya dengan dipotong-potong melintang—seperti memotong kue bolu gulung—kemudian digoreng. Oleh penduduk setempat, bontot goreng kerap dijadikan lauk peneman nasi. Bontot goreng juga cocok dijadikan hidangan untuk menjamu tamu dan camilan ketika sedang arisan, kumpul di pos ronda, atau nonton bola. Dan menurut saya, bontot goreng lebih enak jika disantap dengan dicocol ke dalam sambal atau saus cabai, supaya menghasilkan sensasi crunchy-crunchy kenyal gurih pedas.

Oh iya, hampir saya lupa, perihal nama bontot sendiri ada ceritanya. Dalam bahasa Sunda, kata bontot berarti “bungsu”. Asal muasalnya, bontot merupakan sisa potongan adonan kerupuk udang, jadi bukan limbah buangan yang diolah ulang apalagi ampas. Oleh karena tidak memungkinkan untuk dipotong (karena hasilnya akan jelek) akhirnya bagian sisa itu dikonsumsi sendiri oleh produsen dan pekerjanya. Berhubung rasanya enak, banyak yang suka dan akhirnya dijual per gulungan. Dan nama itu kadung melekat hingga sekarang.

Soal harga, jangan khawatir. Bontot adalah makanan yang membumi alias murah meriah. Satu gulung bontot hanya dibandrol sepuluh ribu rupiah, paling mahal 20 ribu rupiah. Satu gulung bisa dipotong menjadi 12 sampai 15 potong. Artinya satu potong bisa dihargai seribu rupiah, sama murahnya dengan sepotong bakwan, tapi dengan rasa yang sedikit lebih mewah. Kalau mau mengonsumsi bontot sambil menerapkan gaya hidup anak kos, bisa-bisa saja, tinggal dipotong lebih tipis lagi dan jadilah kerupuk udang setengah lembek. Sekarang, bontot sudah populer, diakui keberadaannya, dan sudah dijual di toko-toko oleh-oleh. Meski begitu, terkadang ia diproduksi di rumah-rumah dan dijual secara gerilya dengan sistem COD oleh ibu-ibu yang ingin menambah uang belanja.

Baca Juga:

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

Karawang Sibuk Bersolek ketimbang Memenuhi Kebutuhan Dasar Adalah Bukti Daerah Ini Salah Urus

Makanan from zero to hero ini sangat layak dijadikan kebanggaan Karawang dan didistribusikan dalam skala nasional. Pasalnya, beberapa kawan dan sanak famili dari luar kota mengaku cocok ketika mencicipi bontot. Dari ekspresi dan frekuensi mengunyah mereka, saya bisa memastikan bahwa mereka amat puas. Bahkan beberapa dari mereka meminta dikirimi bontot.

Mendapati itu, saya gembira. Terima kasih, bontot, engkau adalah pahlawanku, berkat dirimu saya jadi tidak minder lagi ketika bertukar oleh-oleh.

BACA JUGA Garut Bukan Cuma Dodol dan Makam Hitler, Ada 10 Makanan Khas Garut yang Enaknya Nauzubillah dan tulisan Agung Setoaji lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 28 Februari 2021 oleh

Tags: bontotKarawangkerupuk udang
Agung Setoaji

Agung Setoaji

Ayah beranak dua. Hobi makan dan tidur.

ArtikelTerkait

Tidak Ada Satu pun Pantai di Karawang yang Bisa Dibanggakan, Semuanya Kotor Tertimbun Sampah!

Tidak Ada Satu pun Pantai di Karawang yang Bisa Dibanggakan, Semuanya Kotor Tertimbun Sampah!

14 Februari 2024
Ilustrasi Bendungan Walahar Karawang Produk Penjajah, Rasanya Nikmat (Unsplash)

Bendungan Walahar Karawang: Penjajahan oleh Belanda Memang Menyakitkan, tapi Bangunan Tinggalan Mereka Memang Luar Biasa

23 Oktober 2023
UNSIKA Karawang: Kampus Potensial yang Naik Daun Bukan karena Prestasi, tapi karena Kontroversi

UNSIKA Karawang: Kampus Potensial yang Naik Daun Bukan karena Prestasi, tapi karena Kontroversi

22 April 2025
Hal Menarik Lainnya yang Bisa Kamu Temukan di Karawang Selain Goyang Karawang

Hal Menarik Lainnya yang Bisa Kamu Temukan di Karawang Selain Goyang Karawang

7 Desember 2019
karawang cikampek mojok

Kok Bisa, sih, Cikampek Lebih Terkenal ketimbang Karawang?

8 Agustus 2020
Pasuruan Ideal, Lebih dari Kota dengan UMR Tertinggi di Indonesia (Unsplash) banyumas, pandaan, bangil

Meninggalkan Keinginan Merantau di Kota dengan UMR Tertinggi di Indonesia, Saya Memilih Pasuruan Sebagai Kota Ideal untuk Merantau

21 Juni 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.