Di sebuah akun @karirfess, ada seorang sender yang mengirimkan pertanyaannya terkait kegalauannya. Pasalnya, ia diterima di dua tempat, yakni SCBD dan Cikarang. Sebetulnya, ia ingin bekerja di SCBD agar dapat dilihat keren. Namun, ternyata gaji yang akan diterima bila kerja di Cikarang nyaris dua kali lipat daripada SCBD. Pun dengan beberapa benefit yang lebih banyak.
Sebagai seorang yang besar dan lama tinggal di Cikarang, saya tergugah untuk memberikan beberapa alasan bahwa tidak perlu ragu untuk menerima pekerjaan di sini. Setidaknya, ada 7 alasan berikut untuk meyakinkan keraguan yang kamu alami.
#1 Cari kerjaan saat pandemi itu susah
Sejak Indonesia menghadapi pandemi Covid-19, banyak usaha yang mengalami kesulitan finansial. Terutama, usaha yang memerlukan pertemuan fisik dalam keberlangsungannya. Inilah yang kemudian bikin banyak perusahaan terpaksa mem-PHK karyawannya karena tidak sanggup lagi membayar gaji mereka.
Selain banyaknya pekerja yang di-PHK, lowongan kerja saat pandemi pun sangat sulit ditemukan. Jika ada, saingannya pasti banyak. Oleh karena itu, jika kamu mendapatkan tawaran pekerjaan, tidak ada salahnya untuk dicoba. Pun jika pekerjaan tersebut ada di Cikarang. Cari kerjaan itu susah, nggak perlu terlalu pilih-pilih.
#2 Lebih baik pusing bekerja, daripada pusing menganggur
Sebagai orang yang menganggur hampir tiga bulan setelah lulus sebagai sarjana, ingat baik-baik yang saya sampaikan: lebih baik pusing karena bekerja daripada pusing karena menganggur. Pusing bekerja, setidaknya ada hasilnya yang berupa gaji. Sementara kalau pusing menganggur, hasilnya apa? Jadi, kalau ada tawaran kerjaan di Cikarang, nggak ada salahnya dicoba.
#3 Sebagai orang Jakarta dan sekitarnya, kamu akan mudah beradaptasi
Kondisi di sini nggak terlalu beda jauh dengan Jakarta dan sekitarnya. Mulai dari jenis kudapannya, ada nasi uduk, nasi kuning, ketoprak, gado-gado, warteg, dan lain-lain. Selain itu, budaya di sini nggak jauh beda dengan yang ada di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Di sini pun, perpaduan budaya Betawi dan Sunda cukup terasa. Apalagi dalam hal macet, di Cikarang pun sering macet kayak di Jakarta. Jadi, kamu nggak bakal kesulitan untuk beradaptasi, kan?
#4 UMK Cikarang cukup tinggi
Perlu kamu ketahui bahwa UMK di Cikarang (Kabupaten Bekasi) pada 2022, tertinggi nomor dua di daerah Jabodetabek. UMK di sini sekarang adalah Rp4.791.843. Jumlah tersebut hanya selisih sedikit dari UMK Bekasi yaitu Rp4.816.921. Bahkan, jika kamu bandingkan dengan UMP DKI Jakarta, UMK Cikarang masih sedikit lebih tinggi sekitar 300 ribu, lah.
#5 Biaya gaya hidup belum sebesar di Jakarta
Ada quote bijak yang pernah saya dengar. Katanya, “Gajimu akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, tapi tak pernah cukup untuk memenuhi gaya hidup.” Kalian perlu tahu bahwa biaya gaya hidup di Jakarta jauh lebih tinggi dibandingkan Cikarang. Pasalnya, saat saya jadi karyawan di Jakarta, untuk makan siang pasti teman-teman saya akan ngajak makan di mal atau restoran cepat saji. Sementara saat saya jadi karyawan di Cikarang, makan di warteg pun jadi.
#6 Berita aneh Cikarang tertutupi oleh berita dari Depok
Sebenernya ada banyak berita-berita aneh dari sini. Hampir setiap hari, kamu bisa menemukan berita-berita aneh di ini berbagai media online. Contohnya, baru-baru ini, ada pocong yang meneror warga di Cikarang Timur. Ini cukup aneh, bukan? Beruntungnya, selalu ada berita dari Depok yang menutupi keanehan berita soal Cikarang. Jadi, kalau kamu sudah bekerja dan berdomisili di sini, nggak bakal ditanyain aneh-aneh sama keluarga dan teman-teman kamu, deh. Alias, citra Cikarang jadi nggak “aneh-aneh” amat dan kamu aman.
#7 Tempat hedon di Cikarang sedikit
Jika kamu adalah seorang pekerja yang tujuan utamanya adalah mengumpulkan uang dan nggak suka foya-foya, Cikarang sepertinya cocok menjadi tempatmu bekerja. Hal ini karena jumlah mal di sini cukup sedikit. Pun jumlah bioskop di sini cuma ada dua. Di sini juga nggak ada Lawless Burger dan tempat hedon lainnya.
Ini adalah kesempatan untuk kamu supaya nggak hedon, kan? Jadi, uang yang kamu anggarkan untuk hedon, malah jadi tabungan. Jadi hemat dan hebat, bukan?
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Audian Laili