Festival Santet adalah sebuah hiburan di tengah kebosanan yang sudah mendarah daging selama masa-masa sulit pandemi. Seperti ada angin segar, tiba-tiba saja sekelompok dukun di Banyuwangi berkumpul dan membentuk sebuah organisasi bernama Perdunu (Persatuan Dukun Nusantara).
Kabar berdirinya Perdunu seperti memanggil ingatan dan khayalan saya ketika membaca seri Supernova karya Dee, di salah satu sekuelnya ada imajinasi tentang STIGAN (Sekolah Tinggi Ilmu Gaib Nasional). Kini saya menjadi berpikir, karya fiksi dan alam nyata kadang bedanya hanya tipis. Khayalan tentang berdirinya Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry di film Harry Potter bisa saja terwujud di bawah naungan Perdunu.
Perdunu memiliki program kerja untuk menggelar doa bersama, dan salah satu proyek terbesar mereka adalah menggelar sebuah festival santet guna memperkenalkan beragam ilmu-ilmu gaib kepada khalayak umum. Bukan hanya itu mereka berencana mempromosikan wisata mistis di Banyuwangi, yang kita tahu tempat mistis di kota ini sudah tidak diragukan lagi level keangkerannya.
Bergabungnya para dukun Nusantara menunjukkan sinyal bahwa dukun tak lagi malu-malu kucing untuk tampil dan dikenal oleh publik. Dukun juga manusia, yang membutuhkan validasi atas keberadaannya di muka Bumi ini. Ketika dukun mulai menampakkan diri, mereka bisa semakin beken. Nah, berikut ini adalah hal-hal yang mungkin terjadi jika para dukun semakin dikenal masyarakat.
Tak perlu insecure lagi
Dulu mbah dukun itu selalu identik dengan sesuatu yang tabu dan tersembunyi, kini mereka akan mencoba keluar dari sarang persembunyiannya. Para dukun akan berusaha melakukan branding pada profesinya dengan sebaik-baiknya. Mereka bisa mengutip salah satu tagline “menyelesaikan masalah tanpa masalah”, sehingga ketika ada yang butuh jasa penyembuhan, pesugihan, penglaris, pasang susuk, hingga menyantet, calon pengguna jasa mereka akan semakin mudah menemukan alamat dan nomor kontaknya.
Pariwisata mistis
Julukan Banyuwangi yang dulu terkenal sebagai Kota Santet tidak perlu lagi susah payah dihapuskan. Sehingga upaya pemerintahan kabupaten Banyuwangi membuat kota ini jauh dari kata santet, mungkin perlu dikaji kembali.
Angkernya tempat-tempat di Banyuwangi semakin menjadi pilihan para wisatawan untuk berkunjung. Cerita tentang KKN Desa Penari yang diduga berada di Banyuwangi pun, akan semakin terdengar nyaring terdengar.
Upaya nenek moyang untuk membuat branding suatu tempat menjadi sangat angker, bisa menjadi sia-sia. Nenek moyang yang membuat suatu tempat dikenal angker demi melindungi flora dan fauna langka, menjaga sumber mata air, hingga melestarikan keberadaan benda-benda bersejarah tampaknya tak akan lagi mempan. Sebab, tempat angker merupakan suatu pilihan baru destinasi wisata. Jika Perdunu berhasil banyak mengajak orang untuk datang ke lokasi wisata mistis seperti ke Alas Purwo, Antaboga, Rowo Bayu, usaha nenek moyang menjauhkan tempat tersebut dari jamahan manusia, akan sedikit sia-sia.
Ancaman untuk profesi lain
Jika dukun bisa memberikan segala solusi permasalah di kehidupan, termasuk menyembuhkan penyakit, mencegah gunung meletus, meramal terjadinya bencana, bahkan menyelesaikan urusan putus cinta, profesi tenaga kesehatan bisa semakin tersudut. Selama ini, para dukun lebih dipercaya mampu menyembuhkan segala macam penyakit. Psikolog dan konselor pun terancam keberadaannya, sebab setiap ada orang yang putus cinta mereka tidak lagi ingin curhat dan menyembuhkan traumanya kepada mereka. Dukun lebih mampu memberikan solusi nyata dan aneka resep cinta, mantra jaran goyang misalnya, adalah bukti bahwa dukun adalah solusi atas segala kisah cinta.
Tidak hanya itu, pemilik klinik dan salon kecantikan pun semakin waswas, sebab dukun punya jurus kecantikan sepanjang masa. Susuk lebih cepat bikin orang tampil menawan dan rupawan dalam waktu yang amat singkat. Selain itu, agensi periklanan pun harus menyiapkan diri untuk bersaing, karena upaya mereka capek-capek bikin strategi marketing dan branding bisa segenap kalah dengan jampi-jampi penglaris usaha.
Lagu-lagu dengan lirik mistis semakin hits
Kalau festival santet jadi diselenggarakan, maka akan menghidupkan kembali lagu-lagu bertema mistis dalam ruang dengar Anda. Misalnya lagu “Mbah Dukun” yang dinyanyikan oleh Alam dan “Jaran Goyang” yang didendangkan oleh Nella Kharisma, akan semakin naik daun. Desas-desus lagu yang diduga punya makna menyeramkan pun akan semakin disukai banyak orang. Maka lagu aliran indie dan dangdut koplo, bahkan K-pop pun harus siap bersaing ketat dengan lagu-lagu bergenre mistis.
Go international
Kok bisa? Ya semakin pamor dukun dikenal luas, maka bisa jadi akan ada banyak orang yang membahasnya di media sosial, nah lama-lama bisa jadi viral. Dunia dukun Nusantara bisa bersiap bersaing di kancah internasional, mensejajarkan diri dengan prestasi vodoo dan ilmu-ilmu sihir di berbagai belahan dunia.
Lapangan pekerjaan baru
Biasanya beragam ritual mistis sering sekali membutuhkan hal-hal pendukung, seperti kembang tujuh rupa, dupa, kemenyan, minyak jafaron, hingga ayam cemani. Segenap barang-barang penunjang kehidupan mistis melonjak drastis, dampaknya akan membuka lahan pekerjaan baru bagi insan duniawi. Profesi penjual kebutuhan klenik dan penunjangnya akan semakin laris manis.
Ya terlepas dari kontroversi berdirinya Perdunu (Persatuan Dukun Nusantara) dan wacana festival santetnya, hingga kini tak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih mempercayainya. Bahkan hingga di era modern pun, masih banyak orang yang menggeluti dan mempercayai sihir ketimbang hal-hal yang bersifat ilmiah. Masih banyak yang lebih mudah nurut akan dibawa Nyi Roro Kidul ketika berenang dan memakai baju warna hijau di Pantai Selatan. Penjelasan macam arus mematikan atau rip current kurang dipercaya.
BACA JUGA Dukun Itu Nggak Bisa Mencari Barang Hilang, Sudah Nggak Usah Berharap dan tulisan Rahmita Laily Muhtadini lainnya.