Good Day selalu jadi pilihan, selalu ada di pikiran
Sebagai mantan mahasiswa di salah satu universitas di Purwokerto yang juga sempat ngambil part time-an di pujasera, saya merasa diri saya cukup kompeten untuk mengangkat judul ini. Observasinya pun tidak main-main, saya kuliah dalam rentang 2015-2022 (iya, 7 tahun) dan selama rentang waktu itu pula saya mengobservasi tingkah laku, kebiasaan, hingga minuman favorit mahasiswa Purwokerto.
Untuk menemukan keabsahan paling akurat, saya menggunakan metode sampel acak karena memang tidak mungkin semua populasi bisa saya cover. Lokasi observasinya tersebar di berbagai burjo, pujasera, dan angkringan di Purwokerto. Rentang durasi observasinya dilakukan selama kurang lebih 7 tahun secara berkala dengan rincian: 6,5 tahun sebagai mahasiswa/konsumen yang mengamati pola konsumsi konsumen lainnya, dan setengah tahun sisanya sebagai pegawai pujasera yang punya akses terhadap data penjualan. Objek kajiannya saya kerucutkan menjadi hanya satu merek saja yaitu minuman kopi sachet Good Day. Hal ini dilandaskan pada alasan: biar gampang aja.
Hasilnya, saya berhasil merumuskan 5 varian Good Day yang jadi favorit mahasiswa di Purwokerto. Kebetulan, saya juga sudah mencoba semua varian yang ada di list ini, jadi saya juga akan sedikit memberikan pemaparan mengenai deskripsi rasanya. Namun, saya yakin betul kalau saya bikin riset kota lain, hasilnya akan tetap sama.
Sebab, Good Day selalu jadi pilihan mahasiswa proletar, yang jelas-jelas lebih banyak ketimbang yang nongski di Starbucks.
Tanpa berlama-lama, inilah varian Good Day paling laris di kalangan mahasiswa, urut menuju yang paling laris
Peringkat kelima, Good Day Chococinno
Varian ini sempat menjadi favorit saya selama bertahun-tahun. Rasanya unik, kayak minuman coklat dan krimer yang mengandung sedikit hint dari kopi. Jika list ini merupakan favorit saya pribadi, mungkin varian ini akan menempati urutan kedua, karena memang seenak itu. Hanya saja kalau dibandingkan dengan varian lainnya dalam list ini, Chococinno memang kurang populer. Chococinno ini bisa dengan sangat tepat mempresentasikan lirik lagu yang belakangan ini sedang viral, “Wong ko ngene kok dibanding-bandingke, saing-saingke, yo mesti kalah.”
Peringkat keempat, Good Day Caribbean Nut
Dalam list belanja ketika saya ngambil part time di Pujasera, varian ini merupakan salah satu item yang di stok lebih banyak. Keunikan rasa yang dimiliki varian ini adalah sensasi rasa kacang yang creamy. Karakter rasa varian ini agak mirip dengan es kopi hazelnut yang biasa ditemui di kafe-kafe, dalam versi lebih murahnya tentu saja. Saya pribadi menganggap varian ini sebagai pemain cadangan kalau Chococinno habis.
Peringkat ketiga, Good Day Freeze Choco Orange
Varian ini merupakan varian paling unik dari segi rasa. Apresiasi perlu diberikan pada tim Good Day yang berhasil menemukan rasa choco orange ini. Mereka berhasil meramu minuman dengan rasa yang tak hanya unik, tapi juga enak. Sesuai dengan namanya, varian ini adalah perpaduan kopi, krimer, coklat, serta sensasi jeruk yang nyegerin.
Secara pribadi, varian ini adalah favorit nomor satu. Namun, pada studi kasus mahasiswa Purwokerto, saya menemukan ketimpangan yang signifikan pada pemesanan varian ini jika diklasifikasikan secara gender. Laki-laki sangat dominan, mungkin jika dijadikan persentase, lebih dari 80 persen pemesan varian ini di pujasera tempat saya kerja adalah laki-laki. Asumsi saya, karena varian ini mengandung sedikit karakteristik asam, yang memang lebih enak untuk jadi teman merokok.
Peringkat kedua, Good Day Cappuccino
Varian ini menempati urutan kedua karena peminatnya lebih universal. Laki-laki, perempuan, tua, muda, sudah menikah ataupun belum, semua suka dengan varian ini. Hal ini juga berlaku di Purwokerto. Keunikan utamanya terletak pada foam yang tebal serta taburan choco granule-nya. Dari pengamatan saya, keunikan kecil ini memberikan dampak yang cukup besar, penjualan varian Good Day Cappuccino cukup memuaskan.
Hal yang membuat saya yakin bahwa faktor pendongkraknya ada pada choco granule-nya adalah beberapa pelanggan kadang meminta untuk menuangkan choco granule-nya sendiri. Entahlah, mungkin memang ada sensasi kenikmatan berbeda jika menuangkannya sendiri.
Peringkat pertama, Good Day Moccacino
Tentu saja, varian ini sudah menjadi top of mind para konsumen jika mendengar kata Good Day. Dengan bungkusnya yang merah itu, varian ini banyak sekali ditemukan di warung-warung kelontong, mini market, dan warung-warung kopi. Ibarat Indomie, varian ini adalah Indomie Goreng atau ayam bawangnya. Rasanya biasa saja menurut saya, tapi nyaman, nggak neko-neko. Namun, justru itu yang membuat kita betah. Bukankah kesetiaan itu terletak pada kenyamanan? Eaak..
Karena saya tidak mau menutup tulisan ini dengan kalimat putis nan romantis, izinkan saya memberikan dua pernyataan sebagai penutup. Pertama, hasil observasi ini tentu saja tidak valid secara akademik, namun pada kenyataannya ilmu pengetahuan bukanlah sumber kebenaran tunggal. Kebenaran juga bisa didapat dari pengalaman dan pengamatan yang komprehensif. Pernyataan kedua, selaku-lakunya Good Day Moccacino, masih lebih laku es teh manis. Kalau ini valid, no debat.
Sumber gambar: Akun Instagram @gooddayid
Penulis: Muhamad Faqih Taqiyudin
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Kopi Kemasan di Indomaret yang Lebih Layak Dibeli daripada Starbucks Kaleng