Pemerintah itu seperti fans Manchester United memandang Manchester City ketika SBY masih menjadi presiden, ya, tetangga berisik! Tapi, bukan tetangga yang baik namanya kalau tidak mengurusi ribut-ribut tetangga. Ini tetangga kenapa sih? Mobilnya baru? Kerja di mana? Uangnya dari mana? Menggoda sekali pertanyaan itu untuk keluar dari lubuk hati terdalam. Godaan mengurusi inilah yang mungkin memang sudah tertanam dalam dan kita, sehingga bukannya sibuk urusan mengantar anak sekolah kita justru sibuk dengan kerjaan tetangga lain. Tak tanggung-tanggung kali ini pemerintah berusaha berpeluh keringat untuk membimbing dan mengurusi pemuda tanggung penganut anarko kembali ke jalan yang benar, mungkin menjelang Ramadhan (anggep aja gitu) jadi waktunya pas.
Saya coba untuk memberikan saran dan konsultasi kepada pemerintah jika mereka memang serius membimbing anak-anak anarko ke jalan yang benar, anggap saja saran saya ini gratis sebelum saya menjadi konsultan ternama di ibu kota.
Pertama, saya menyarankan pemerintah agar mengajari anak-anak anarko untuk bangun pagi. Ingat kata orang tua dahulu, bangun siang rezeki keburu dipatok ayam, maka daripada itu melatih anak-anak anarko agar terbiasa bangun pagi adalah langkah yang tepat untuk pemerintah selain itu bisa juga dalam bentuk memberikan pelatihan bagaimana mengatur alarm di telepon genggam dan belajar agar tidur tidak terlalu larut. Ingat begadang itu kalau tidak ada perlunya buat apa? Buat apa diskusi hingga larut kalau tidak ada artinya bagi HRD kelak.
Kedua, saya memberikan saran agar pemerintah bisa mengajak anak-anak anarko menjaga kesehatan lambung melalui pemberian informasi bahaya minum kopi terlalu banyak untuk lambung. Jujur saja kopi ini kan tidak sehat jika diminum terlalu banyak, nah anak-anak Anarko ini pasti konsumen setia kopi saset hingga kopi olahan sendiri. Coba kamu bayangin, apa enaknya ngobrol petuah Bakunin dan Marx tanpa kopi? Itu seperti orang Indonesia makan nasi goreng tidak pakai kerupuk, nggak enak! Jadi kopi jelas merupakan minuman wajib anak-anak Anarko untuk begadang hingga larut sambil berdiskusi buku-buku pemikiran kidal di burjo/warkop.
Nah daripada menutup warungnya yang berdampak pada pemasukan pemerintah pusat dan daerah, lebih baik memberikan pendidikan kepada anak-anak anarko untuk menyayangi lambung mereka dengan tidak konsumsi kopi berlebihan.
Ketiga, saya menyarankan pemerintah memberikan les desain grafis. Ini hal penting. Pernah nggak sih kamu lihat desain poster mereka buat aksi? Bikin sakit mata! Merah hitam tambah tangan terkepal atau ditambah kata-kata lawan. Haduh, ketinggalan zaman. Daripada anak-anak anarko ini membuat polusi visual di media sosial, lebih baik pemerintah memberikan mereka les desain grafis tentang bagaimana membuat poster yang baik. Siapa tahu selain mereka bisa membuka usaha desain yang menambah lapangan kerja dan investasi, pemerintah juga bisa mendapatkan ide poster baru, misalnya poster Visit Indonesia dengan aksen lebih militan dan tegas. Bayangkan jika logonya ditambah tangan kiri terkepal, kan menarik tuh karena bisa juga memberikan ide bagi youtuber untuk membuat konten membahas sosok tangan siapakah yang berada di balik poster Visit Indonesia atau bisa juga judulnya menjebak gitu seperti “Mencengangkan! 5 fakta di balik tangan poster Visit Indonesia, nomor 3 bikin kaget!”
Keempat, sebenarnya pemerintah bisa juga mengajak anak-anak anarko untuk belajar ternak lele. Eh benar loh jangan diketawain, bayangin ternak lele bisa menghasilkan jutaan rupiah loh sekali panen. Coba bayangin, dahulu mana ada mahasiswa kepikiran beli buku ternak lele namun sekarang ternak lele bersanding dengan buku-buku trik dan tips wawancara perusahaan! Daripada mengkaji buku tebal tulisan Karl Marx hingga larut atau ikut demonstrasi, mending belajar ternak ikan lele. Selain bermanfaat kan juga bisa meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.
Bayangkan, anak-anak anarko yang paham sistem koperasi swadaya ini pasti sukses mengelola koperasi dengan mengajak warga di sekitar bekerja sama melalui bagi hasil panen. Daripada mereka dibotakin lebih baik mereka diajari ternak lele. Itu baru satu daerah, bayangkan jika satu anarko di Indonesia melalui ketua mereka diajak perlahan, siapa tau mereka sukses kemudian bisa melakukan ekspor. Pasti bisa meringankan tugas Menteri Keuangan mencari cara menguatkan rupiah. Saya bosan, Bu Menteri, lihat teman saya update rupiah di instastory mereka, jadi ternak lele untuk anak Anarko menarik kan?
Kelima, mengerahkan anak-anak anarko sebagai mentor pembimbing pendidikan dasar untuk pegawai negeri. Mungkin Anda bertanya kok bisa anak-anak yang dicap pembuat onar ini malah jadi mentor pembimbing pegawai negeri? Tapi, kenyataanya anak-anak anarko ini sangat mafhum akan nilai-nilai kerja ikhlas. Contohnya gini. Politisi kayak anggota DPR hingga Presiden BEM, mereka senang jika nama mereka mencuat karena kerja atau dianggap kerja. Tapi, anak-anak anarko ini sungguh ikhlas karena mereka tidak mau kerja keras mereka membuat nama dari anggota mereka diekspos media. Soal ikhlas anak anarko jagonya.
Bayangkan ketika anggota DPR dan presiden BEM ingin agar wajah mereka nampak, justru anak-anak anarko menyembunyikan wajah mereka dengan kain atau masker sehingga tidak ketauan siapa sosok tersebut. Sungguh mereka inilah orang-orang yang memahami jargon-jargo Presiden Jokowi untuk kerja, kerja, kerja. Sosok mereka yang ikhlas, tanpa pamrih dan tidak ingin cari panggung inilah bekal yang pas untuk memberikan pendidikan kepada pegawai negeri baru agar bisa terus kerja dengan hati ikhlas tanpa peduli peluh bagi nusa dan bangsa. Kan selama ini pegawai negeri sering sekali dinyinyirin jika jadi pilihan pekerjaan generasi muda. Nah mengerahkan anak-anak anarko untuk menjadi mentor bagi pegawai negeri baru inilah saat yang tepat untuk mendukung reformasi birokrasi dengan baik, efektif, dan efisien.
Saya yakin jika kelima saran tersebut dilakukan tentu insya Allah para anak-anak anarko ini bisa kembali ke jalan yang benar,. Daripada baca buku soal corat-coret tembok, bangun siang, ngopi hingga larut ,atau diskusi buku yang tidak ditanya saat wawancara kerja lebih baik mereka diberikan hal-hal bermanfaat sehingga bisa membantu Indonesia meraih bonus demografi dan Indonesia Emas 2045.
BACA JUGA Mengapa Lulusan Fakultas Filsafat UGM Bisa Sukses Nyaris di Segala Bidang?