Kegiatan gotong royong atau kerja bakti masih menjadi tradisi masyarakat pedesaan di seluruh Indonesia. Tradisi itu masih terjaga seiring sifat masyarakat desa yang masih guyub dengan tetangga, kalau kata Emile Durkheim masih masyarakat mekanik.
Apa pun kegiatan yang berkaitan dengan masyarakat akan dikerjakan bersama-sama, seperti yang dikatakan pepatah lama, “ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.” Dengan tradisi yang masih terawat baik itu, tak jarang mengurangi ongkos saat hendak melakukan pembangunan fasilitas umum dan kegiatan lain yang membutuhkan tenaga banyak.
Pemandangan itu sudah jarang kita temui di daerah perkotaan, sekali pun ada mungkin di kawasan pemukiman yang padat penduduk dan di sana tinggal banyak warga aslinya. Saya beruntung masih tinggal di daerah pedesaan dengan semangat gotong royong yang masih tinggi. Saat berada di rumah, penulis ikut kegiatan gotong royong, meski tidak semua gotong royong penulis ikuti.
Kegiatan yang sering saya ikuti misalnya, membersihkan pemakaman umum dari tumbuh-tumbuhan yang mengganggu, membersihkan mushola saat hendak ada acara besar, dan menyiapkan semua kebutuhan menjelang perayaan hari besar Islam.
Selama mengikuti kegiatan gotong royong, saya mengamati ada empat tipe orang di setiap kegiatan ini.
1# Pemodal
Ini uniknya gotong royong. Meski yang dikerjakannya fasilitas umum, selalu ada orang-orang baik hati yang menyumbangkan uang atau makanannya untuk mereka yang bekerja. Tipe orang ini biasanya tidak sempat ikut bergotong royong, mungkin karena sibuk atau malas. Tapi, ada juga orang yang menyumbang juga ikut bekerja.
Tidak selalu orang berduit atau orang kaya yang masuk tipe ini, siapa pun bisa jadi tipe ini karena mereka yakin dengan menyumbangkan atau bersedekah akan mendatangkan pahala dan kebaikan.
2# Pesuruh
Tipe manusia ini mungkin merasa kalau dia adalah bos atau dia adalah orang kuat dan terpandang, jadi bisa sesuka hatinya menyuruh orang-orang untuk melakukan permintaannya. Tapi, ada juga tipe orang seperti ini disebabkan karena wataknya yang suka banyak bicara dengan kadar caper yang lumayan tinggi.
Tipe ini masuk golongan orang-orang yang menyebalkan dan sering jadi bahan gunjingan kalau dia sudah tidak ada di lokasi. Tingkah orang ini amat mengesalkan, kalau dia sudah menyuruh dan kita menolaknya, ia akan berkata, “Dasar malas, gini aja nggak bisa, kok lu gitu sih”.
3# Pemburu makanan dan rokok
Di setiap gotong royong akan ada tipe orang pertama yang selalu menyumbangkan makanan. Di sisi yang berseberangan ada tipe orang yang lebih suka makan dan merokok ketimbang bekerja. Posisinya selalu dekat dengan termos air dan nampan makanan. Ia berpura-pura menjadi tukang seduh kopi. Tipe orang ini tidak melakukan aksinya sendirian, ia biasanya berkerumun tiga sampai lima orang. Tangan kanan memegang rokok dan tangan kiri memegang gelas kopi, nikmatnya hidup mereka.
Bertambah nikmat saat satu orang menjadi pemantik obrolan yang ngaler-ngidul, mereka bergantian melemparkan canda dan tawa. Keberadaan tipe orang ini tidak terlalu dibenci karena membuat suasana ramai, tapi tidak terlalu diinginkan karena membuat makanan dan minuman lebih cepat habis.
4# Serba bisa
Nah, ini dia tipe orang yang benar-benar sangat ditunggu kehadirannya di setiap gotong royong. Dia adalah orang dengan kemampuan serba bisa dan kemauan yang tinggi. Mulai dari menebang bambu, menggali tanah, membetulkan listrik, mendirikan tenda kegiatan, menggunakan mesin rumput, dan semua aktivitas yang dibutuhkan dia bisa melakukannya.
Bagusnya lagi orang tipe ini bekerja tanpa pamrih. Ia melakukan pekerjaannya dengan senang hati, kadang sambil membetulkan listrik dia masih sempat melemparkan guyonan. Soal makanan pun tidak terlalu ambisius. Mereka makan seadanya, kadang kalau tidak disuguhkan mereka malah tidak makan atau ngerokok. Tipe orang seperti ini harus ada di setiap gotong royong, kalau tidak ada bisa jadi gotong royong hanya jadi momen kumpul-kumpul saja.
5# Pemerhati
Saya mengakui kalau di setiap gotong royong tidak banyak keringat yang saya keluarkan. Maklum, saya tidak punya skill sehebat teman-teman lain di kampung. Kemampuan saya hanya ala kadarnya, menggali tanah bisa, membetulkan kabel yang putus bisa, memegangi tangga yang sedang dipakai orang bisa, dan semuanya hanya ala kadarnya.
Sebab ala kadarnya, sedikit orang yang percaya dengan kerjaan saya. Oleh karena itu saya lebih suka mengamati cara kerja mereka, cara bercanda, cara merokok, sampai cara mereka mengaduk kopi.
Itulah tipe-tipe orang yang ada saat gotong royong. Mereka akan selalu ada selama gotong royong masih menjadi budaya dan semoga saja budaya gotong royong tidak lekang oleh zaman. Dengan gotong royong kita akan terus memelihara rasa kepedulian terhadap sesama.
BACA JUGA Mengenal Cisadon, Daerah Penghasil Kopi yang Tersembunyi dan tulisan Irvan Hidayat lainnya.