Adanya fitur status WhatsApp setelah Instagram dan Facebook sangat bermanfaat karena orang-orang dapat membagikan segala hal. Bahkan, sebagian orang menggunakannya untuk bisnis. Akan tetapi, penggunaan fitur ini sering kali menjadikan orang-orang kebablasan dalam berekspresi.
Semenjak ada fitur tersebut, halaman status semakin ramai dipenuhi postingan orang-orang yang membagikan kegiatan pribadi mereka. Mulai dari membagikan momen paling berkesan, spam selfie layaknya selebgram sedang endorse, hingga adu sindiran dengan sesama kontak.
“Dan akhirnya semua doa- doa yang selalu dipanjatkan terkabulkan. Aku dan kamu menjadi kita dalam sebuah ikatan pernikahan yang sah.”
Tulis salah satu kawan saya 3 bulan yang lalu. Setelah hari itu, konten kegiatan rumah tangga terus dibagikan pada status WhatsApp. Tak hanya membagikan momen pernikahan seperti akad hingga resepsi, tetapi kegiatan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga rajin dibagikan ke publik.
Berikut hal-hal yang sering kali dibagikan oleh teman-teman saya yang baru menikah di status WhatsApp dan membuat saya memutuskan untuk membisukan status WhatsApp-nya karena sungguh merasa tidak nyaman.
1# Bersyukur dan berdoa lewat status WhatsApp
“Alhamdulillah hasil keringat suami, semoga berkah amiin ya Allah. Tahap awal masih 90%.”
“Alhamdulillah makasih sayang, paketannya udah dateng.”
“Sehat selalu suamiku, semangat kerjanya, yah.”
“Di hari yang spesial ini tak henti2 nya saya berucap alhamdulillah ya Allah, akhirnya imamku ngajak istrinya main keluar.”
Bersyukur dan mengaminkan doa sendiri melalui status WA sering dilakukan ibu rumah tangga yang pernikahannya baru seumur jagung. Semula pihak WhatsApp menyediakan fitur ini supaya pengguna betah dan setia, tampaknya berhasil bagi kalangan cringe. Saat mereka membagikan foto pernikahan, hal itu tidak menjadi masalah. Namun setelahnya, saya masukkan kontak tersebut ke daftar “mute”.
2# Belanja keperluan rumah bareng suami
“Gini udah emak-emak mah, belanjanya juga ke Mutiara Kitchen, Ikea, Informa.”
Salah satu rekan saya posting kegiatan lagi belanja keperluan rumah baru dengan caption se-lebay itu. Ekspresi saya membaca tulisan tersebut, “Memang harus nikah dulu dan jadi emak-emak biar posting konten lagi di Informa? Terus ngasih tahu pemirsa kalau belanjanya sudah nggak Miniso-an lagi, tapi home living?” Padahal banyak milenial yang belum menikah tapi tertarik main-main ke store home living sekaligus cari barang yang ramah lingkungan buat di kosan atau kontrakan.
Saya pikir, tak perlu menjadi emak-emak berdaster sambil gendong anak dengan wajah kusam untuk memahami kewajiban ibu rumah tangga. Sebab, wanita single pun sudah biasa memasak, cuci pakaian, belanja ke pasar, dan beres-beres rumah. Bedanya, wanita single tidak berdaster, belum gendong anak, dan belum dipeluk suami di malam hari.
3# Membagikan foto hasil masakan dan nulis list pekerjaan rumah
– Beres-beres rumah √
– Nyuci baju suami √
– Masak buat suami √
– Belanja ke pasar √
– Tinggal rebahan nunggu suami pulang
Wanita yang baru menjadi ibu rumah tangga sering membagikan hasil masakannya pada status WhatsApp dengan caption, “Makanan kesukaan paksu.” Entah sejak kapan suami jadi paksu (pak suami).
4# Posting suami lagi beres-beres rumah
“Paksu paling rajin, pulang kerja langsung nyuci piring biar istrinya istirahat.”
Tindakan berlebihan lainnya yang sering dilakukan pasangan baru menikah yakni membagikan kegiatan suami sedang membantu beres-beres rumah. Sebenarnya membantu pekerjaan istri juga wajib, tapi jadi cringe kalau istrinya sudah posting ke publik. Seminggu pertama masih dimaklumi oleh pemirsa WhatsApp. Namun, kalau sudah sebulan bahkan 3 bulan, kontak tersebut masuk ke daftar “mute”.
5# Posting screenshot chatting sama suami
Ini biar rakyat tahu kalau suaminya romantis, perhatian, bertanggung jawab, dan bapak rumah tangga banget. Wanita yang baru beberapa bulan menjadi istri sering kali membagikan screenshot chatting suami pas bagian, “Pulang kerja mau dibawain apa?” Atau sengaja menunjukkan respons suami ketika istri ingin makan di luar. Status akan berlanjut pada video atau foto yang diposting istri dengan caption atau ucapannya “Makasih sayang mau ajakin istrinya makan di luar abis pulang kerja.”
Awalnya saya berpikir, bagus juga WhatsApp punya fitur seperti Instagram dan Facebook. Jadi, saya tetap bisa keep in touch sama teman yang jarang ditemui tinggal komen statusnya bila bingung cari topik. Namun, membagikan status berlebihan malah bikin silaturahmi terhambat karena kontak dibisukan. Ah, ribet amat ya pengin bisa keep in touch, tapi tetap bisa merasa nyaman.
BACA JUGA Saya Membisukan Story WA Semua Orang dan Saya Tidak Menyesal