Tidak ada driver ojol yang sempurna, tapi setidaknya mereka tidak melakukan hal-hal red flag ini.
Kerap bepergian ke banyak daerah di Indonesia membuat saya cukup sering menggunakan jasa ojek online alias ojol dari berbagai aplikasi. Maklum saja, tidak semua kota dan kabupaten di Indonesia memiliki layanan transportasi umum yang baik. Namun, sebagian besar kota dan kabupaten ternyata sudah tersentuh oleh aplikasi ojek online.
Pengalaman itu membuat saya banyak berjumpa dengan berbagai jenis driver ojol. Tidak sedikit driver ojol yang menyenangkan, ramah, dan memberi layanan maksimal. Di sisi lain, banyak juga yang membuat saya tidak nyaman.
Nah, di bawah ini beberapa jenis driver ojek online yang membuat saya ingin buru-buru menyelesaikan perjalanan. Jenis driver ojol ini begitu red flag di mata saya:
Daftar Isi
#1 Driver ojol yang jorok
Sebenarnya saya tidak menuntut banyak dari driver ojol soal kebersihan. Mereka tidak harus semerbak mewangi layaknya pramugari dan pramugara. Kendaraan dan perlengkapan ngojek tidak harus kinclong dan baru. Saya hanya ingin kebersihan yang sesuai standar sehingga kenyamanan penumpang tidak terganggu.
Salah satu hal mengesalkan yang sering saya alami adalah helm bau tengik. Padahal menghindari helm bau tengik ini sebenarnya mudah, helm harus rajin diangin-angin. Perkara helm saya memang cukup sensitif karena baunya bisa menempel ke kerudung yang saya kenakan. Bau semacam ini menempel cukup lama hingga menimbulkan pusing tidak berkesudahan.
Persoalan bau lain yang kadang mengganggu adalah bau badan driver ojol. Saya menyadari driver ojol bekerja keras setiap hari melawan macet jalanan dan terik matahari. Namun, saya tetap berharap setidaknya driver ojol mandi dahulu sebelum narik penumpang. Saya rasa memperhatikan kebersihan tubuh adalah hal yang perlu mengingat ojek sebenarnya bisnis jasa. Kebersihan badan adalah bagian dari bisnisnya.
Hal jorok lain yang kerap saya jumpai adalah membiarkan motor kotor. Saya sudah singgung sebelumnya, kendaraan tidak perlu seri terbaru atau kinclong, cukup bersih saja. Motor ojek kotor banyak terjadi saat musim hujan, terutama bekas lumpur atau tanah di foot step motor. Penumpang bisa kurang nyaman dengan itu lantaran bekas lumpur yang biasanya masih basah bisa mengenai pakaian.
#2 Driver ojol curhat
Saya sebenarnya tidak keberatan diajak ngobrol oleh driver ojol selama tidak dalam keadaan lelah. Hanya saja, ketika saya sedang dalam mode malas bicara dan sudah memberi kode, driver ojol yang kurang peka akan terus menerus ngajak ngobrol. Semakin lelah rasanya ketika driver curhat tentang masalah hidupnya.
Sepanjang perjalanan bukannya istirahat, pikiran saya malah bertambah banyak. Intinya, saya senang-senang aja diajak ngobrol asal tidak dalam keadaan lelah. Bahan obrolannya lebih baik yang umum-umum saja, nggak perlu deep-talk.
#3 Ugal-ugalan dan melanggar lalu lintas
Pelanggan memang suka kalau ojol yang ditumpanginya sampai tujuan tepat waktu. Namun, itu bukan berarti driver ojol bisa ugal-ugalan di jalan, apalagi melanggar rambu-rambu lalu lintas. Sebagai penumpang saya tegaskan, jenis driver ojol semacam ini bikin tidak nyaman.
Selama menggunakan jasa ojek online saya kerap mengalami dan mengamati driver yang berhenti di zebra cross, berkendara di atas trotoar, dan melakukan manuver mendadak. Tindakan yang paling sering saya jumpai adalah memaksa menyalip kendaraan di depannya meski ruang yang tersedia begitu sempit. Hal seperti ini biasa terjadi di daerah-daerah yang rawan macet.
Iya, mungkin mereka sudah mahir menyalip di kondisi-kondisi sempit. Namun, saya sebagai penumpang sebetulnya sangat takut.
#4 Driver berbeda dengan profil aplikasi
Saya pernah beberapa kali pesan ojol dan mendapati driver yang datang berbeda dengan yang tertera di aplikasi. Kendaraannya sama, plat nomornya sama, tapi driver-nya orang yang berbeda. Sejujurnya penumpang takut kalau mendapat driver ojol seperti itu. Jangan-jangan penumpang adalah incaran tindakan penipuan atau hal kriminal lain.
#5 Driver ojol kurang persiapan
Driver ojol yang kurang persiapan kadang bikin jengkel. Salah satu yang sering saya temui adalah driver tidak membawa jas hujan padahal sudah memasuki musim hujan. Kalau sudah seperti ini pilihannya hanya dua, menunggu hujan reda atau kehujanan di jalan.
Alangkah baiknya kalau driver ojek online selalu membawa jas hujan. Nggak harus jas hujan merek-merek ternama seperti Alpina, Eiger atau yang lain. Jas hujan plastik Indomaret saja sudah cukup. Setidaknya penumpang tidak langsung terkena air hujan ketika membonceng.
Catatan lain, jas hujannya harus dua ya. Soalnya, sering kali jas hujan yang dibawa model pinguin yang untuk satu orang, lalu penumpang diminta merunduk di belakang, jas hujan model seperti ini seperti ini membuat penumpang tetap kehujanan lho.
Selain itu, ada baiknya driver ojol memastikan bensin atau baterai kendaraan selalu terisi. Soalnya tidak semua penumpang memiliki banyak waktu luang. Sebenarnya kalau diminta menunggu driver isi bensin sebentar di pom yang tidak antri panjang, saya masih bisa menerima ya. Masalahnya, saya pernah diajak lewat jalan yang memutar demi mengganti baterai kendaraan. Bayangkan saya dari Jalan Ngagel Surabaya ingin ke Kebonsari, tapi diajak berputar ke Jalan Margosari Giant terlebih dahulu. Hadeeh, jaraknya cukup jauh lho itu.
Di atas beberapa jenis driver yang red flag di mata saya karena membuat penumpang kurang nyaman. Artikel ini bukan berarti saya membenci driver ojol ya. Sebaliknya, saya justru pelanggan setia ojek online berbagai aplikasi yang berharap para driver ojol terus berkembang. Syukur-syukur pelayanannya bisa konsisten mendapatkan bintang lima dan bonus dari penumpangnya.
Penulis: Tiara Uci
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Mengenal Escorting, Aksi Luhur Ojek Online Indonesia
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.